Share

Bab 2 : Gairah Terlarang

Ya, seperti yang aku ceritakan di awal, selanjutnya aku tiba-tiba terbangun dipelukan Mas Bimo, suami tampan dari istri tetanggaku itu. Aku terkejut dan langsung turun dari ranjang. Apa yang kulakukan dengannya? Kuitari pandanganku ke seisi kamar. Ini bukan kamarku. Tak sengaja kulihat wajahku di cermin yang ada di pojok kamar. Betapa kagetnya melihat wajahku berubah menjadi istri dari pria yang masih ngorok di ranjang itu.

"Tidak," pikirku.

Apakah jiwaku tertukar? Jika benar, di mana tubuhku sekarang? Apakah jiwa asli yang ada dalam tubuh ini telah bersemayam di tubuh asliku? Kenapa ini bisa terjadi?

Aku pun langsung keluar dari kamar itu. Aku pun begegas menuju rumahku. Pintu rumah terkunci. Aku menggendor-gedor pintu rumahku sendiri berharap tubuhku ada di dalam sana.

"Ada orang di dalam?!" teriakku.

Tak lama kemudian Mas Bimo datang, masih menggunakan celana kolor dan bertelanjang dada.

"Kamu ngapain ngedor rumah orang sih, Lastri?" tanya Mas Bimo.

Aku baru tahu, perempuan yang memiliki tubuh ini bernama Lastri. Akhirnya aku berusaha sebisa mungkin bersikap seperti Lastri padanya

"Tahu yang punya rumah kemana, Mas?" tanyaku khawatir.

Bagaimana pun, yang punya rumah itu adalah tubuh asliku.

"Dia di rumah sakit, kemarin ada perampok yang ngerampok rumahnya," jawab Mas Bimo.

Aku semakin khawatir, "Perampok?"

"Iya. Tapi nggak tahu gimana detailnya. Aku cuma membantunya membawa ke rumah sakit saja. Saat aku pulang kantor, kamu malah nggak ada di rumah. Aku juga baru sadar pas bangun, kamu sudah di rumah," ucap Mas Bimo menjelaskan.

Kemana tubuh ini semalam? Apakah dia juga terlibat membuat aku koma? Tapi kalau terlibat, kenapa aku bisa merasuki tubuhnya? Ini benar-benar tidak masuk akal.

"Anter aku ke sana, Mas." pintaku.

Aku ingin tahu kondisinya bagaimana sekarang.

"Masih pagi, nanti sorean aja kalo mau jenguk. Udah masuk yuk, nggak enak sama yang lewat."

Tanganku di tarik Mas Bimo ke dalam rumah. Aku pun terpaksa mengikutinya biar dia tidak curiga kalau aku bertukar jiwa dengan istrinya. Di dalam rumah aku bingung. Apa yang harus aku lakukan?

"Mas!" ucapku memanggil Mas Bimo.

Mas Bimo yang hendak ke dapur, langkahnya terhenti lalu menoleh padaku, "Kenapa?" tanya Mas Bimo sambil menggaruk isi celana di kolornya.

Aku risih melihat itu, tapi mungkin dia sudah biasa cuek melakukan apapun yang diinginkan pada tubuh istrinya ini, tapi saat melihat dadanya yang bidang itu, aku tak berdaya. Dia benar-benar merusak kekalutanku.

"Indah baik-baik aja, kan?" tanyaku mengucap namaku sendiri pada Mas Bimo.

Bagaimana pun, jiwaku yang terjebak di tubuh istrinya ini harus aku rahasiakan dulu. Mas Bimo heran, dia tersenyum.

"Tumben kamu khawatir sama dia? Biasanya jelekin dia mulu semenjak dia pindah ke sini?" tanya Mas Bimo heran.

Hah? Rupanya Lastri istri Mas Bimo ini sering menjelek-jelekkan aku. Apa salah aku? Kenal juga tidak. Aku pun berhenti memikirkan itu agar Mas Bimo tidak curiga.

"Jawab dulu pertanyaanku," desakku.

Mas Bimo mendekat ke tubuh yang jiwaku ada di dalamnya ini. Dia membelai rambutku dengan lembut. Astaga. Aku tak berdaya akan apa yang dilakukannya. Aku pun pasrah. Bukan karena mau menikmatinya, tapi aku tak mau Mas Bimo curiga kalau aku merasuki tubuh istrinya.

"Dio koma. Tapi aku seneng kamu berubah baik pada tetangga," ucap Mas Bimo.

Tiba-tiba aku sadar, membiarkan dia menyentuh tubuh ini sama saja dia menyentuh tubuhku. Seketika kudorong tubuh Mas Bimo. Karena bagaimana pun di tubuh ini ada aku. Aku tak ingin merasakan semua sentuhannya. Bagaimana pun dia adalah suami orang lain. Meskipun tubuh ini adalah tubuh istrinya, tapi apa yang dilakukan tubuh ini aku akan merasakannya, aku tidak mau itu. Mas Bimo tampak bete tapi dia mengalah.

"Yaudah kalo masih nggak mau disentuh," ucap Mas Bimo dengan kecewanya.

Aku pun semakin lemas mendengar aku sedang koma. Lalu apa yang terjadi, kenapa aku bisa koma? Kenapa aku tidak ingat kejadian itu?

"Siapa yang membawanya ke rumah sakit, Mas?" tanyaku penasaran.

"Kemarin pas aku mau membawa Mbak Indah ke rumah sakit, ada cowok datang ke sini, katanya keluarnganya Mbak Indah, akhirnya aku sama dia nganter Mbak Indah ke rumah sakit." 

"Cowok? Kayak gimana cowoknya, Mas?"

"Tubuhnya agak kurus, dia punya tahi lalat di dagu."

Aku semakin terkejut. Dia adalah Mas Raka, mantan suamiku. Kenapa dia datang ke rumahku? Apakah sekarang si Raka yang menjagaku di rumah sakit?

"Kamu kenapa nanya detail gitu sih?" tanya Mas Bimo heran.

Aku kaget, aku tidak boleh membuat Mas Bimo curiga.

"Nggak apa-apa, perempuan itu kan gitu, kalo ada informasi nggak mau setengah-setengah, Mas." ucapku ngeles.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Waktu itu aku tak sengaja melihat istri Mas Bimo sedang selingkuh dengan lelaki Brondong itu. Mereka mendapatiku melihat mereka, lalu masuk ke rumahku dengan mengancam. Lalu kepalaku dibentur Lastri ke tembok, kemudian aku pingsan. Dan Lastri pingsan karena kakinya aku tendang. Astaga. Selanjutnya apa yang terjadi? Apa lelaki berondong itu yang membuatku koma karena aku mencelakai Lastri?

"Nanti aku anter kamu ke rumah sakit buat jenguk dia. Kalian sudah akrab ya? Kok aku nggak tau," tanya Mas Bimo heran.

"Pokoknya nanti anterin aku besuk ya, Mas." pintaku.

Mas Bimo mengangguk. Aku berjalan ke arah kamar, bagaimana pun aku harus menjadi seseorang dalam tubuh ini. Jika tidak, pasti akan jadi masalah besar. Saat aku melewati Mas Bimo hendak berjalan ke kamar, dia menarik tanganku. Aku kaget.

"Lastri..." panggilnya lembut dengan pandangan mata penuh nafsu.

Aku lemas. Kubiarkan dia memegang tanganku.

"Kenapa, Mas?" tanyaku.

"Udah enam bulan, kamu masih belum mau ngasih jatah ke aku. Aku janji bakal ikutin kemauan kamu untuk pindah ke Sukabumi, tapi pleas... suamimu ini lagi butuh kamu." Ucap Mas Bimo dengan penuh harap.

"Butuh apa?" tanyaku sok polos.

"Belaian, sayang," jawab Mas Bimo genit.

"Nggak!" ucapku tegas.

Sebenarnya aku tidak ingin berucap itu. Aku ingin berkata ; iya atau terserah. Sejak kejadian dia membantu mengganti ban mobilku, aku sudah jatuh hati padanya, seperti yang sudah aku ceritakan. Tapi waktu itu aku pikir dia belum menikah. Akan tetapi saat aku tahu dia sudah punya istri yang jiwaku ada dalam tubuhnya ini, aku tidak mau menjadi selingkuhannya karena perselingkuhan lah yang membuat aku meminta cerai pada mantan suamiku dulu.

"Lastri! Melayani suami itu kewajiban istri!" tegas Mas Bimo sekali lagi.

Matanya masih penuh nafsu melihatku. Entah kenapa wajahnya semakin manis. Apalagi saat ini aku bisa melihat jelas bagaimana tubuhnya yang bertelanjang dada itu. Dia tampak begitu menggairahkan di mataku.

Akhirnya aku diam, tak berapa lama Mas Bimo menarik tubuhku ke dadanya hingga dapat kucium wangi tubuhnya. Jantungku berdegub kencang. Kemudian Mas Bimo menciumku dengan beringas. Aku diam saja. Lama-lama aku membalas ciumannya. Kami berdua seperti orang kelaparan yang baru mendapatkan makan.

"Tidak, apa yang aku lakukan?" pikirku.

Tapi aku tak berdaya mencegahnya. Setan sudah menguasai jiwaku yang lemah. Aku juga tak tahu kenapa aku pasrah saja? Apa karena aku sudah lama tidak melakukan hubungan intim juga semenjak bercerai? Hingga saat dipancing begini aku kalah?

Tak lama kemudian Mas Bimo menggotong tubuhku dan membawaku ke kamar seperti Singa yang kelaparan yang tak sabar untuk memangsaku. Dan aku pun masih pasrah, membiarkan dia melakukan apapun semaunya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ar_key
tulisan rapi, enak dibaca lanjut kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status