40 Hari Setelah Kematian Bapak

40 Hari Setelah Kematian Bapak

last updateLast Updated : 2025-03-06
By:  Yasmin_imajiCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
272 ratings. 272 reviews
147Chapters
7.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Masih dapat kuhirup aroma tanah basah yang sore tadi kugenggam. Bayang-bayang batu nisan bertuliskan nama bapak juga masih jelas di depan mata. Hidup dalam teror selama 40 hari lamanya, ketika kehadiran pocong Bapak terus muncul dan menghantui mulai menguak misteri yang lebih dalam. Ada sesuatu yang masih menahannya. Apakah itu penyesalan, amarah, atau rahasia yang tak pernah terucap semasa hidupnya? Kegelapan yang terus menghantui adalah jawaban yang harus diungkap sebelum semuanya terlambat.  Bersiaplah menghadapi ketakutan yang paling dekat—ketika yang sudah mati enggan pergi.

View More

Chapter 1

Bab 1. Kematian Bapak

“Bapak! Bangun, Pak!”

Murni masih memeluk tubuh Raharjo yang kini telah terbujur kaku. Beberapa kali ia menggoyangkan tubuh bapaknya, berharap agar laki-laki yang begitu ia cintai dapat membuka kedua matanya kembali.

“Bu, ini ndak mungkin. Bapak belum meninggal kan, Bu?” tanya Murni yang kemudian beralih memeluk sang ibu yang juga duduk di samping jenazah suaminya.

Memang sulit untuk dipercaya, tak ada angin tak ada hujan, Raharjo meninggal begitu saja. Dia yang lebih dikenal sebagai Juragan Harjo sama sekali tak sakit. Bahkan, pagi harinya Juragan Harjo masih mampu pergi menagih utang dari para warga yang kerap kali meminjam uang padanya.

Raharjo merupakan seorang tuan tanah yang sangat disegani. Luasnya area lahan yang dia miliki, serta kekayaan yang mungkin tak akan habis untuk tujuh turunan membuatnya begitu berkuasa di desa itu, Desa Juwono namanya.

“Murni … ikhlaskan bapakmu, Nduk,” ucap Lasmi seraya mengusap punggung putrinya itu dengan lembut.

“Tapi, Bu. Murni ndak sempat berpamitan sama Bapak.” Murni kembali terisak di dalam pelukan sang ibu.

Beberapa hari yang lalu memang Raharjo sempat menghubungi Murni dan memintanya untuk pulang. Juragan Harjo adalah satu-satunya orang yang memiliki telepon rumah di desa itu. Dengan kekayaan yang ia miliki, Juragan Harjo memang sengaja menyekolahkan Murni di kota. Dia tidak ingin jika Murni menjadi seperti warga desa lainnya yang tidak berpendidikan tinggi.

Murni, yang pada saat itu tengah berharap dengan tugas yang menumpuk, tentu saja tidak dapat pulang ke desa begitu saja. Ia harus mencari waktu yang tepat untuk meminta izin dari universitas. Namun, inilah yang saat ini ia temui. Sang ayah sudah terbaring, terbujur kaku dan menjadi mayat tepat di hadapannya. Bendera kuning menyambutnya tatkala ia memasuki pekarangan rumahnya sore itu.

“Biarkan bapakmu tenang, Nduk. Jangan tangisi lagi.” Lasmi melonggarkan pelukan dan mengusap pipi Murni yang masih dibanjiri dengan air mata.

“Aji, ajak mbakmu ini masuk ke dalam,” titah Lasmi pada Aji–anak keduanya yang masih berusia 17 tahun.

“Iya, Bu,” jawab Aji singkat.

“Ayo, Mbak,” ajak Aji lembut.

“Ndak mau! Mbak mau di sini, mau nemenin Bapak!” Murni berteriak, menolak ajakan Aji untuk masuk ke dalam.

“Murni!” seru Lasmi yang terlihat tidak ingin dibantah.

Semua orang yang ikut hadir, segera menoleh setelah mendengar suara Lasmi yang menggema di seluruh ruangan. Suasana di rumah Juragan Harjo semakin hening. Para pelayat yang datang hanya bisa menunduk, tak berani berkata apa-apa. Murni sendiri terhenyak saat sang ibu membentaknya. Seumur-umur, baru kali ini Lasmi bersuara tinggi padanya.

Di sudut ruangan, Aji berdiri memandangi kakaknya. Di usianya yang baru menginjak 17 tahun, ia merasa beban berat tiba-tiba menimpa pundaknya. Kepergian bapaknya begitu mendadak, dan meskipun ia bukan putra sulung, Aji tahu ia harus mulai bersiap menjadi laki-laki dewasa di keluarganya.

“Mbok Tum, tolong bawa Murni ke kamarnya,” ucap Lasmi pelan kepada salah satu pelayan yang sudah begitu lama tinggal bersama keluarganya. Mbok Tumini yang sejak tadi duduk di dekat pintu pun mengangguk paham.

“Cah ayu, ayo Nduk, istirahat dulu. Biar bapakmu didoakan yang baik-baik oleh yang lain,” ucap Mbok Tumini. Dengan suara bergetar, ia mencoba mengajak Murni untuk bangkit.

Murni masih bergeming. Matanya yang sembab tertuju pada wajah pucat bapaknya. Dalam benaknya, ia teringat berbagai kenangan bersama Raharjo—bapaknya yang selama ini menjadi tumpuan hidup keluarga. Sebuah rasa sesal terus menghantui benaknya. Seandainya ia sempat pulang lebih cepat, mungkin ia masih bisa bercengkerama dengan bapaknya. Dan ….

Seketika itu juga terbesit dalam ingatan Murni saat almarhum bapaknya mengatakan, “cepat pulang, Nduk. Ada yang ingin Bapak sampaikan.”

Degh!

Perasaannya menjadi bergemuruh. Apa itu? Apa yang ingin disampaikan? Murni kembali menangis saat kembali menyadari jika semua sudah terlambat sekarang.

“Maafkan Murni, Pak,” ucapnya dalam hati.

“Ndak, Mbok. Murni mau di sini. Bapak ndak boleh ditinggalin sendirian.” Air mata kembali jatuh membasahi pipinya yang semakin pucat.

"Bu Lasmi, almarhum sudah siap dibawa ke kubur," ucap seorang laki-laki paruh baya yang bernama Kasnan.

"Baiklah, Pak. Bawa saja!" jawab Lasmi singkat.

"Astaghfirullah, Bapak kenapa pergi secepat ini." Murni mencoba untuk mengumpulkan tenaga yang tadi sempat terkuras untuk menangis.

Akhirnya, dengan mencoba melapangkan dada atas apa yang terjadi, Murni pun ikut mengiring jenazah almarhum sang ayah ke peristirahatan terakhirnya.

Awalnya, semua masih berjalan normal dan baik-baik saja, tapi tidak setelah mayat mulai diangkat. Saat keranda keluar rumah, suasana yang semula khusyuk mulai berubah. Tiba-tiba, para pengangkat keranda merasakan sesuatu yang aneh.

"Berat sekali, Pak!" seru Kasnan. Tampak keringat mulai membasahi wajahnya.

Kasnan, yang berada di bagian depan, segera memanggil beberapa pria lain untuk membantu. Delapan orang kini berkumpul, berusaha keras mengangkat keranda Juragan Harjo, namun tetap saja keranda itu terasa semakin berat. Bahkan, delapan orang pun tampaknya tidak cukup.

"Kenapa jadi begini? Biasanya keranda tidak seberat ini," gumam Paimin yang mulai merasakan keanehan.

Lasmi, Murni dan Aji yang mengikuti di belakang, juga merasakan perubahan suasana. Murni menoleh ke arah ibunya, wajahnya memancarkan kekhawatiran. Lasmi menahan napas, tatapan matanya kosong, seolah ia merasakan sesuatu yang tak terkatakan. Tiba-tiba, angin kencang datang, menggulung dedaunan dan membuat suasana semakin tegang. Suara gemerisik angin yang berhembus di antara pepohonan terdengar seperti bisikan-bisikan gaib yang mencekam.

Langit mendung mulai menutupi sinar matahari yang memang tengah menuju peraduannya. Setiap langkah menuju pemakaman terasa semakin berat, seolah ada tangan tak terlihat yang menarik keranda ke arah yang berlawanan.

"Ya Allah, apa ini?" desis salah satu pemanggul keranda yang mulai pucat. Mereka berusaha tetap melangkah, namun angin yang terus berhembus makin kencang seolah menolak keberadaan jenazah Raharjo di dunia ini.

Tanpa diduga, terdengar suara retakan keras. Kayu penyangga keranda mulai patah. Kasnan yang berada di depan terpeleset, dan dalam sekejap keranda terjatuh ke tanah dengan suara yang cukup keras. Orang-orang berteriak kaget. Jenazah Raharjo yang terbungkus kain kafan—pocong—tergelinding keluar dari keranda, tubuhnya berputar-putar di tanah basah, membuat semua orang yang menyaksikan terpaku dalam ketakutan.

"Pocongnya jatuh!" teriak salah seorang warga dengan suara bergetar. Ketakutan segera menyelimuti para pelayat.

Murni langsung berlari menuju jenazah bapaknya. "Bapak! Ya Allah, jangan tinggalkan Bapak begini!" tangisnya pecah, tubuhnya bergetar hebat. Tapi ketika tangannya hampir menyentuh kain kafan itu, sesuatu yang tak terduga terjadi.

Kain kafan yang membungkus tubuh Raharjo bergerak perlahan, seolah ada sesuatu yang hidup di dalamnya. Semua orang yang menyaksikan mundur dengan cepat, ketakutan menjalar di antara mereka.

"Astaghfirullah, apa ini?!" pekik Murni.

- Bersambung -

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
100%(272)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
272 ratings · 272 reviews
Write a review
user avatar
Anah Sukmara
bagus banget ceritanya
2025-02-18 06:46:28
0
user avatar
Ratih Fitriya
gregeten pengen jitak Laras ......
2025-02-17 22:00:53
0
user avatar
Ratih Fitriya
nggk dibaca makin penasaran tapi rada takut serem
2025-02-12 18:18:51
1
user avatar
ika setia
masih ada kelanjutan ceritanya lagi kah ini thor? cerita nya seru dan menegangkan
2025-01-31 21:05:32
1
user avatar
CICICICOT
semakin suka dan suka sama smua yg Terjadi pada Murni n keluarganya.. ada misteri yang sulit dipecahkan , dan kadang bikin pembaca terkagum2 sama ide author.. kereeeenn .. emang sekeren ituu
2025-01-31 19:33:36
2
user avatar
~•° Aishiteru °•~
novel horor yang oke banget. banyak banget pelajaran yang bisa di ambil dari novel ini
2025-01-31 02:44:18
2
user avatar
ika setia
di tunggu cerita selanjutnya thor
2025-01-30 21:43:25
1
user avatar
~•° Aishiteru °•~
top banget novel nya, novel horor pertama yang aku baca di goodnovel
2025-01-30 07:27:17
2
user avatar
CICICICOT
aih masih penasaran gimana kelanjutanny.. kapan UP thor?
2025-01-29 15:14:18
1
user avatar
~•° Aishiteru °•~
di tunggu updatenya kak kalau bisa jangan tamat dulu...
2025-01-29 11:56:35
2
user avatar
CICICICOT
good job.. suka banget sm kelanjutannyaa.. keren
2025-01-28 22:14:06
1
user avatar
Safitri Adibah
prawiro sudah menentukan pilihan, semoga saja yg ditinggalkan Prawiro sudah tak mengusik murni dan aji lagi
2025-01-28 11:12:53
1
user avatar
CICICICOT
prawiro bertanggung jwb dgn ap yg ia lakukan.. ia ngambil keputusan yg Wow utk dirinya dan hidupnya
2025-01-28 00:40:21
2
user avatar
ika setia
di tunggu cerita selanjutnya thor
2025-01-27 23:40:37
1
user avatar
CICICICOT
aih smakin seru dan pastinya bkin penasaran.. good job thor..
2025-01-27 23:28:57
1
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 19
147 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status