Home / Horor / Jiwaku di Tubuh Istrinya / Bab 5 : Aku Tak Bisa Menolak Permintaannya

Share

Bab 5 : Aku Tak Bisa Menolak Permintaannya

Author: Hakayi
last update Last Updated: 2021-08-05 19:57:23

Ilyas masih memegangi kepalaku dan memaksa aku untuk melakukan hal yang terlaknak itu. 

"Buruan, sayang!" pinta Ilyas padaku,"udah nggak tahan, nih."

Aku masih mengunci mulutku dan memejamkan mataku. Aku tak mau melakukan itu. Tak lama kemudian terdengar suara motor. Ilyas melepas tangannya dari kepalaku lalu berjalan ke arah jendela dan mengintip keluar. Aku berdiri dengan heran, siapa yang datang itu?

Ilyas buru-buru menarik celana jeansnya ke atas dan mengunci gespernya dengan panik. 

"Suami kamu pulang! Aku harus pergi dari sini," ucap Ilyas dengan panik. Aku lega. Sesuatu yang tidak aku inginkan terjadi ternyata ada penyelamatnya. Ilyas pun buru-buru berjalan ke arah belakang. Mungkin dia akan keluar melalui pintu belakang. Terdengar suara ketukan pintu.

"Lastri!" 

Itu suara Mas Bimo. Aku pun pergi ke belakang, memastikan Ilyas tidak ada lagi di sana. Ternyata Ilyas sudah pergi. Dia keluar dari pintu belakang. Aku pun langsung mengunci pintu belakang, jangan sampai Ilyas datang lagi ke sini disaat Mas Bimo pergi lagi nanti. Aku tenang. Entah kenapa aku tenang, harusnya aku melaporkan dia pada Mas Bimo. Tapi karena jiwa yang terperangkap ini, aku harus menahan semuanya dulu. Aku tidak mau kedepannya akan menjadi sebuah masalah yang lebih besar lagi.

"Lastri!" Mas Bimo masih berteriak memanggilku.

Aku pun buru-buru membuka pintu. Mas Bimo tampak heran melihat aku agak lama membuka pintunya.

"Kamu tidur?" tanya Mas Bimo heran.

"Nggak," jawabku gugup.

"Kirain tidur," ucap Mas Bimo.

"Mas kenapa balik lagi?" tanyaku heran.

"Ada yang ketinggalan," jawabnya.

Mas Bimo berjalan ke arah kamar. Tak lama kemudian Mas Bimo memegang sebuah handphone dan menunjukkannya padaku.

"Handphone aku Ketinggalan," ucapannya.

"Oh, jawabku."

"Aku pergi lagi ya?" ucapnya.

Mas Bimo berjalan ke arah pintu keluar. Aku memanggilnya.

"Mas!" 

Mas Bimo melihatku dengan heran.

"Kenapa?"

Aku diam, tadinya aku memintanya untuk tetap di rumah dan jangan pergi bekerja, tapi itu tidak mungkin. Aku tak ingin membuatnya curiga.

"Nggak apa-apa. Hati-hati di jalan ya," ucapku.

Mas Bimo mengangguk sambil tersenyum lalu pergi. Saat Mas Bimo sudah keluar dan sudah pergi dengan motornya. Aku buru-buru mengunci pintu dari dalam. Aku takut Ilyas datang lagi ke sini. Untungnya Ilyas tidak datang lagi.

Aku pun duduk di sofa, berpikir bagaimana untuk ke depannya. Aku teringat sebuah handphone. Lastri pasti memiliki handphone, aku harus menghubungi Isabel, aku harus memberitahukan padanya semuanya. Kucari handphone Lastri di kamar, akhirnya aku menemukan di meja rias yang masih terhubung dengan kabal chasan. Saat aku hidupkan handphonenya, rupanya handphonenya terkunci. Aku tidak tahu kata sandinya apa. Beruntung, ada cara membukanya dengan sidik jari, akhirnya aku bisa membuka layar handphonenya dan segera menghubungi nomor Isabel yang masih kuingat. Isabel mengangkat teleponku.

"Halo," jawab Isabel.

"Isabel, ini aku Indah." ucapku.

"Jangan ngawur kamu. Aku lagi jagain Indah sekarang," ucap Isabel tak percaya.

"Serius Isabel. Aku terjebak di tubuh seseorang," ucapku menjelaskan.

"Jangan ngada-ngada," ucap Isabel tampak kesal.

"Kamu diam-diam pacaran sama bos kan? Nggak ada yang tahu kecuali kamu, bos sama aku. Itu bukti kalau aku beneran Isabel," ucapku.

Isabel cukup lama tidak menjawab teleponku. Mungkin dia shock.

"Kamu siapa dan di mana?" tanya Isabel.

"Aku Indah. Kalo kamu pengen ketemu aku, dateng aja ke rumah Indah. Aku sekarang lagi ada di rumah tetangga. Lagi terjebak di tubuh istri tetanggaku," jawabku.

"Aku nggak tahu ini bener apa nggak, tapi coba share lock, biar aku kesana sekarang," pinta Isabel.

"Oke, tapi jangan dulu cerita ke Mas Raka ya, aku percaya sama kamu aja," pintaku.

"Yaudah buruan share lock kalo bener kamu emang lagi di deket rumah Indah," ucapnya.

Sambungan telepon itu terputus. Aku pun mengirim lokasi pada Isabel.

Satu jam kemudian. Terdengar orang mengetuk pintu. Setelah kubuka, Isabel sudah sampai di depan rumah.

"Isabel," ucapku.

Isabel masih tampak tak percaya.

"Kamu kenapa tau aku lagi pacaran sama bosku?" tanya Isabel menyelidik.

"Ini aku beneran Indah, Bel." ucapku meyakinkannya.

"Coba beri bukti yang lain," pinta Isabel.

"Coba tanya ke aku apa yang pengen kamu tahu tentang hubungan persahabatan kamu dengan Indah, atau sesuatu rahasia yang cuman kamu dan Indah yang tahu," pintaku.

Isabel berpikir.

"Siapa nama mantan aku sewaktu SMA dulu?" tanya Isabel padaku.

"Randa," jawabku.

Isabel heran.

"Cincin yang aku lagi pake ini, tulisan apa di dalemnya?" tanya Isabel memastikan.

"Isabel dan Suryo, bos kita." jawabku.

Isabel tampak mulai percaya.

"Waktu kita ke pantai Pangandaran dulu, aku pernah curhat sambil nagis sama Indah. Kalo bener kamu Indah, aku curhat apa?" tanya Isabel sekali lagi.

"Kamu curhat soal ayah kamu yang udah sepuluh tahun ngilang dari ibu kamu."

Tak berapa lama kemudian mata Isabel berkaca-kaca.

"Kamu beneran Indah yang terjebak di tubuh perempuan ini?" tanya Isabel sekali lagi.

"Iya, Bel." jawabku sambil menangis.

Isabel langsung memelukku dengan erat.

"Aku percaya ini kamu," ucapnya sambil memelukku.

Tak lama kemudian Isabel melepas pelukannya. Lalu kuajak Isabel masuk, tak lupa mengunci pintu rumah. Aku pun bercerita segalanya bagaimana aku bisa terjebak di tubuh Lastri padanya. Isabel tampak tidak percaya.

"Kok bisa ya? Aku pikir cuma ada di film-film doang," ucap Isabel yang masih tak percaya.

"Aku juga sama," ucapku.

"Terus sekarang kita harus gimana biar kamu kembali lagi ke tubuh kamu," tanya Isabel.

"Aku juga bingung."

Tak lama kemudian aku teringat akan benda yang tergantung di ruang tengah rumahku.

"Kamu tahu di mana Pak Mahmud sekarang tinggal?" tanyaku pada isabel.

Seperti yang aku sudah ceritakan, Pak Mahmud ini adalah pemilik lama rumahku.

"Kenapa?" tanya Isabel heran.

"Apa mungkin karena benda yang tergantung di rumah aku itu aku bisa kayak gini?" tanyaku pada Isabel.

Isabel tampak berpikir.

"Mungkin aja sih," jawabnya.

"Kamu tahu nggak di mana Pak Mahmud tinggal sekarang?" tanyaku lagi.

"Aku nggak tahu. Tapi nanti aku coba cari tahu," ucap Isabel, "terus sekarang kamu gimana sama suami dari tubuh yang kamu rasuki itu?" tanya Isabel bingung.

"Untuk sementara aku berpura-pura jadi istrinya dulu, biar masalahnya nggak makin gede sampai aku bisa kembali ke tubuhku," ucapku pada Isabel.

"Kalian nggak macem-macem, kan?" tanya Isabel curiga.

Aku kaget.

"Ya, nggak lah," jawabku.

Isabel berpikir.

"Coba cerita, bagaimana sebenarnya kamu sama Mas Raka dulu?" tanya Isabel.

Aku heran.

"Kamu masih belum percaya?"

"Coba cerita, biar aku makin yakin kalo sekarang aku beneran lagi ngobrol sama Indah, soalnya agak aneh aja aku ngobrolnya sama wajah yang baru aku kenal," ucap Isabel.

"Punyanya Mas Raka itu kecil banget, kalo tegang sebesar kelingking, hingga sekarang aku masih ngerasa perawan karena belum pernah ngerasain yang besar," ucapku agak risih.

Isabel tertawa senang.

"Kamu beneran Indah berarti."

Aku manyun. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu.

"Sayang! Sayang!"

Aku tahu itu suara Ilyas. Aku bingung. Isabel pun tampak heran.

"Siapa?" tanya Isabel.

"Selingkuhannya tubuh aku ini," jawabku.

"Hah?" Isabel tampak terkejut, "kamu udah deket juga?"

"Udah, tadi pagi dia ke sini pas Mas Bimo berangkat kerja," jawabku.

"Terus?"

"Ngajak aku hubungan intim gitu."

"Parah banget," ucap Isabel tak percaya, "sekarang gimana?"

"Aku juga bingung," jawabku.

"Nggak usah dibukain aja," pinta Isabel.

"Sayang! Buka, sayang!" Ilyas masih berteriak di luar sana memanggilku.

Aku pun tak tahu harus bagaimana. Isabel menarik tanganku dan mengajak aku bersembunyi di kamar dan membiarkannya berteriak di luar sana.

"Sayang! Buka, sayang!" Ilyas terus saja memanggilku, "kalo nggak dibuka aku dobrak pintunya!" ancam Ilyas  di luar sana.

Mendengar itu aku dan Isabel terkejut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
takawa buton
pak Mahmud sekarang ada di Baubau sultra
goodnovel comment avatar
Ar_key
ya Ampun gimana nih?? auto bingung juga kasihan Indah...
goodnovel comment avatar
Nazwatalita
Makin penasaran ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Ending : Cinta Kembali Bersemi

    “Apa harus aku lakukan ketika menghadapnya?” tanyaku. “Kau akan mendapatkan kekuatan yang luar bisa. Kau akan mengurus mereka-mereka yang menjadi pengikut setia Tuan Raja di alammu. Kau akan menjadi dukun yang sangat sakti,” ucapnya. “Apa yang harus aku lakukan jika aku menjadi dukun sakti?” tanyaku penasaran. “Nanti kau akan tahu sendiri jika sudah menghadap Tuan Raja,” ucapnya. Lalu kuda yang membawa kereta kencana yang kunaiki perlahan mendekati sebuah gerbang istana. Di sana kulihat banyak pengawal seram yang menjaga gerbang itu. Pengawal itu langsung membuka gerbang istana untuk kami. Kami pun masuk ke dalam gerbang itu. Kulihat istananya begitu megah terbuat dari batu. Aku seperti melihat banyak candi di sana. Peri-peri kulihat beterbangan di atasnya. Tak lama kemudian kuda itu berhenti. “Turunlah dan masuklah ke dalam istana itu,” pinta perempuan yang sangat meny

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 112 : Tak ada Pilihan Lain

    Saat Mobil itu melaju kencang di jalanan. Kulihat Mas Bimo menangis. Aku ikut menangis melihatnya.“Terima kasih, Mas. Terima kasih kamu masih setia sama aku,” ucapku.Sekarang aku benar-benar yakin kalau Mas Bimo memang sangat mencintaiku. Lelaki mana yang masih setia pada istrinya yang sudah gila dan akan menunggunya sampai sembuh, meski tak ada yang tahu apakah istrinya itu benar-benar bisa sembuh atau tidak?Mobil yang kami naiki tiba-tiba berhenti di depan rumahku. Aku heran kenapa Mas Bimo ke sini. Aku pun turun bersama Mas Bimo lalu masuk ke dalam rumah. Papah dan Mamahku menyambut Mas Bimo dengan hangat. Aku kembali menangis melihat mereka. Mereka pasti sangat sedih melihatku kini sudah gila.“Apapun yang terjadi, aku akan tetap cinta sama Indah, Mah, Pah,” ucap Mas Bimo pada mereka.Mamah dan Papah menangis mendengarnya.&ldqu

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 111 : Arwah Perempuan Berdaster

    Tak lama kemudian, tubuhku keluar bersama tiga perawat itu dari dalam ruangan itu. Dia tampak diam dengan tatap kosong. Dia juga tidak bisa melihat kehadiranku. Lalu tubuhku dibawa kembali oleh mereka ke ruangan tempat tubuhku tadi. Ketika kami sudah sampai di sana, kulihat Mas Bimo datang membawa makanan, mendekati tubuhku yang tersenyum-senyum sendiri.“Itu siapa?” tanya arwah perempuan itu padaku.“Itu suamiku,” jawabku.Arwah perempuan itu tampak heran.“Suamimu tampan!” pujinya.Mas Bimo duduk di dekat tubuhku.“Sayang, ini aku bawain kamu makanan. Kamu makan ya?” pinta Mas Bimo pada tubuhku.Aku menangis haru melihat itu. Rupanya Mas Bimo masih sayang padaku meski tubuhku sekarang sudah sudah gila.Tubuhku melihat ke arah Mas Bimo dengan marah.

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 110 : Suara Teriakan Itu

    Bus yang aku naiki tiba di sebuah halte dekat apartemenku. Aku turun dari sana. Tak ada satupun manusia yang bisa melihatku. Aku pun memasuki lobby apartemen dan berdiri di depan lift, menunggu mereka yang naik ke lantai yang sama dengan apartemenku. Saat ada dua sepasang kekasih memencet lantai yang sama dengan apartemenku, aku buru-buru masuk ke dalam. Dua sepasang kekasih itu saling melihat.“Kok aku merinding ya, yang?” tanya perempuan itu pada lelakinya.“Aku juga sama, kayaknya emang angker apartemen ini,” jawabnya.Aku diam saja. Aku tak peduli obrolan mereka. Saat pintu lift itu terbuka. Aku ikut keluar dan segera menembus pintu apartemenku. Aku mencari-cari Mas Bimo di dalam sana. Di dua kamar yang aku masuki aku tak menemukan Mas Bimo. Tiba-tiba aku mendengar kucuran air di dalam kamar mandi. Aku masuk ke dalam sana. Aku menangis saat mendapati Mas Bimo sedang telanjang menyandar di dind

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 109 : Rumah Sakit Jiwa

    Aku mengangguk. Ya, aku tak tahu sudah berapa lama aku di sana. Setipa kali pintu sering terbuka dan dua lelaki seram datang menyuruh kami kerja paksa untuk membangun istana mereka. Entah sudah berapa bulan lamanya hingga tubuhku sangat kurus dan rambutku terlihat acak-acakan. Tapi suatu hari, keajaiban datang. Kudengar di luar sana seperti terjadi peperangan. Lelaki itu berdiri dengan senang.“Mereka sudah datang!” ucapnya.Aku pun berdiri. Kami menempelkan telinga ke arah pintu gua yang tertutup. Sekarang terdengar jelas suara pedang yang beradu dan suara teriakan kesakitan. Tak lama kemudian, pintu gua terbuka. Benar saja, makhluk berjubah putih yang bercahaya terang itu masuk ke dalam gua dan menyuruh kami keluar dari sana. Aku dan lelaki itu pun keluar. Di depan gua, kulihat banyak sekali makhluk-makhluk yang menyeramkan terkapar di atas tanah dengan bersimbah darah. Burung-burung besar dan bersayap itu berdatangan. Mereka m

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 108 : Bangsa yang Suka Berperang

    Aku pun terpaksa bersimpuh di hadapannya.“Tolong aku! Aku janji akan membantumu asal kembalikan aku ke tubuhku!” pintaku lagi.Makhluk seram itu tidak menggubrisku. Dia melihat ke dua lelaki seram yang berdiri di belakangku.“Kurung dia sekarang juga!” pintanya pada mereka.Akupun di tarik oleh dua lelaki yang menyeramkan itu.“Tolong! Aku janji akan menuruti kemauanmu! Aku janji tak akan berniat lagi untuk mengeluarkan ilmuku! Jangan kurung aku!” isakku.Makhluk menyeramkan dan memiliki dua tanduk itu tak menggubris permohanku. Dua lelaki itu terus saja menyeretku, lalu aku dimasukkan ke dalam gua yang sempit dan berpintu.“Keluarkan aku! Aku mau kembali ke tubuhku! Jangan kurung aku!” teriakku sambil terisak. Aku pun teruduk menyandar di dinding gua. Aku tak menyangka kalau akhirnya nasib

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status