Share

Dia Tampan

Malam harinya, tepat di mana Lilac akan bertemu dengan seseorang yang dibicarakan oleh kedua orang tuanya.

Cyan dan Lime sudah lebih dulu sampai karena dari kantor langsung ke restoran yang sudah dipesan oleh Jade sebelumnya.

Lilac baru saja memarkirkan mobilnya, Ivory yang turun lebih dulu langsung masuk begitu saja karena mereka berdua terlambat.

“Bunda duluan kamu nyusul, Li! Awas kalau kabur kamu!” ancam Ivory dengan tangannya memberikan peringatan.

“Udah cantik begini masa mau kabur, Bun. Tenang aja, Lilac bentar lagi nyusul!”

Ivory langsung berlari kecil menuju restoran tersebut. Lilac yang sebenarnya sangat gugup saat ini hanya bisa menetralkan rasa itu.

“Wah...gila! Gak bisa kayak gini,” ucapnya sambil mengeluarkan ponsel dalam tasnya. Lilac mengirim pesan kepada Cyan.

“Kak, aku gugup sumpah!”

“Cepetan masuk! Orangnya udah nunggu kamu dari tadi, percaya sama kakak!”

“Oke sebentar!”

Kali ini Lilac membenarkan riasannya, mungkin saja rambut atau ada beberapa make up yang terhapus. Tidak boleh memalukan dikesan pertama.

“Gimana kalau udah om-om anjir!” gumamnya lagi.

Dengan percaya diri, Lilac langsung keluar dari mobil. Berjalan dengan santai, Lilac menggunakan mini dress berwarna hitam lengkap dengan ankle strap heels, Lilac sangat anggun dibuatnya.

“Selamat datang! Reservasi atas nama siapa, nona?” tanya pelayan dengan ramah.

“Jade Brown!”

“Baiklah, mari ikuti saya!”

“Terima kasih.”

Lilac mengikuti langkah pelayan pria yang kini membawanya ke dalam restoran dengan nuansa khas Eropa. Design yang elegan dan mewah. Lilac baru pertama kali datang ke restoran ini, mengingat dirinya tidak pernah mengadakan acara seperti pengusaha-pengusaha pada umumnya.

Tok!

Tok!

Tok!

“Masuk!” suara seseorang di dalam ruangan VVIP tersebut. Suara Jade terdengar oleh Lilac, hal pertama yang Lilac pikirkan adalah sosok pria yang akan disandingkan bersamanya.

“Apa itu suaranya?” gumamnya dalam hati.

Srak!

Klek!

“Silakan, Nona! Jika ada hal lain bisa panggil saya!”

“Terima kasih,” ucapnya tulus.

Begitu pintu tertutup, Lilac langsung menatap satu persatu orang yang ada di hadapannya. Kedua orang tuanya dan Cyan tersenyum begitu melihatnya masuk. Ada satu keluarga di sebelah keluarganya, sudah pasti itu keluarga pria yang akan dijodohkan dengannya.

“Apa itu orangnya?” ucap Lilac dalam hati.

Satu orang pria seumuran dengan Lime-ayahnya, dan seorang perempuan yang berbeda generasi. Sudah pasti itu istri dari pria yang duduk di sebelahnya. Dan seorang gadis berusia mungkin belasan tahun sedang tersenyum ke arahnya. Lalu, di mana pria yang akan dijodohkan dengannya?

“Lilac sini duduk sayang!”

Lilac mengangguk lalu berjalan menuju kursi kosong di samping Cyan. Tidak lupa dirinya memberi salam kepada Jade dan Azure.

“Selamat malam Om, Tante. Maaf, Lilac terlambat!” ucapnya dengan sopan.

“Tidak apa-apa sayang, jalanan kota jam segini memang cukup padat. Tunggu, yah! Biru lagi pergi ke toilet barusan!”

“Eh..., iya Tante!”

Setelah nyaman duduk, Lilac lebih banyak diam sambil memainkan tangannya tak tenang.

“Lilac, apa kegiatan kamu akhir-akhir ini?” tanya Jade.

“Lilac sibuk bikin komik aja, Om!”

Jade bingung dengan jawaban yang diberikan oleh Lilac. Namun, beberapa detik kemudian Cyan ikut menjelaskan pekerjaan adiknya itu.

“Lilac seorang penulis komik, Om. Dia juga terkadang bekerja untuk membuat beberapa design apa pun itu, asal dia mood dan mau mengerjakannya, Lilac punya prestasi di bidang itu,” jelas Cyan.

“Wah, kakak seorang author komik? Kalau boleh tahu, nama pena kakak apa?” itu suara Violet yang langsung semangat.

Saat Lilac hendak menjawab, seseorang baru saja kembali dari toilet. Semua mata langsung terpusat pada seorang pria tinggi dengan setelan kemeja berwarna biru muda dengan celana warna navy.

Jangan tanya Lilac seperti apa sekarang, dia seolah masuk ke dunia lain yang tidak dimengerti oleh orang sekelilingnya. Matanya tidak bisa berkedip sedikit pun, karena dirinya tidak mau melewatkan hal yang indah di hadapannya.

“Demi Dewa Neptunus aku gak salah lihat ini?” gumamnya pelan.

Tiba-tiba saja lamunannya tersadar ketika Cyan mencubit lengan Lilac cukup kencang.

“Aww..., Kak ngapain cubit-cubit? Sakit tau!” gerutu Lilac dengan nada seperti anak kecil.

“Li, lihat kondisi kalo mau terpesona bego, ih!” bisik Cyan pada Lilac.

Kemudian matanya langsung menatap semua orang yang kini menatapnya juga. Aneh? Memang dirinya selalu seperti itu kalau melihat pria tampan.

“Lilac sayang, kenalkan ini Xabiru Greyish Brown. Anak Tante yang kedua, ayo Biru kenalkan diri kamu sama Lilac!”

Mendengar kata “Anak Tante” Biru langsung berubah menjadi sendu, dirinya teringat dengan bundanya.

Biru menundukkan wajahnya sejenak, lalu dirinya langsung tersenyum ramah.

“Saya Xabiru, bisa panggil Biru atau Grey. Jangan panggil Brown, karena nama itu punya papah!”

Lilac terkekeh mendengar ucapan Biru yang menurutnya lucu. Ternyata pria tampan yang memiliki wajah tegas itu bisa bercanda juga.

“Aku Lilac Xabella, kalau nama panggilan terserah. Mau Li, Lilac, Bella juga boleh. Salam kenal Biru,” ucap Lilac sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman.

Karena posisi duduk di meja bundar ini Lilac duduk bersebelahan dengan Xabiru, itu sangat memudahkan mereka untuk saling bersalaman.

“Salam kenal juga Lilac,” balasnya dengan senyuman tulusnya.

Sebenarnya Biru dari segi wajah terlihat tegas dan cuek. Tapi, begitu berkenalan dan melihat senyuman maut itu, Lilac langsung membuang semua prasangka buruk tentang pria yang kini ada di sampingnya.

“Siapa pun tolong jangan bangunkan aku kalau ini memang mimpi!” Lagi-lagi Lilac masih belum percaya dengan perkenalan malam ini.

Setelah saling berkenalan, mereka langsung menyantap makan malam yang sudah disediakan koki profesional di restoran ini.

Beberapa kali Xabiru mencuri pandang ke arah Lilac. Sedangkan Lilac sangat tenang dengan makanan di hadapannya.

Cyan yang sejak tadi memperhatikan keduanya hanya bisa tersenyum geli melihat Lilac yang so cool dan tidak bar-bar seperti biasanya.

“Bisa stay cool juga ternyata!” bisik Cyan pada Lilac.

“Ssttt! Aku lagi menikmati makanan ini, jadi jangan ganggu!” ucapnya cukup pelan. Namun, masih bisa didengar oleh Xabiru.

“Lucu,” ucapnya dalam hati.

Tiba-tiba seseorang berbicara padanya dengan sangat antusias.

“Kak Lilac! Tadi kakak bilang kakak seorang author komik, nih manusia satu ini dia fans berat karya Purple Lime. Sampai merchandise sama kamar dia penuh dengan hiasan khas Purple Lime. Bahkan Kak Biru udah pesan tiket untuk fanmeet Minggu depan. Kakak kenal sama Purple Lime siapa tahu satu circle gitu?” tanya Violet sambil menunjuk ke arah Biru.

Lilac menatap ke arah Cyan, dirinya hanya bisa menatap heran ke arah Violet.

“Iya, kenal. Nanti kakak bilangin sama dia kalau kakak kamu fans beratnya!”

Mata Violet berbinar ketika mendengar jawaban yang sangat memuaskan dari Lilac. Perbincangan mereka berlangsung sebentar karena setelah makan, tujuan utama mereka bertemu malam ini langsung diutarakan oleh Jade.

“Biru, Lilac, kalian tahu alasan kami melakukan pertemuan dua keluarga ini bukan?” tanya Jade mulai serius.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status