공유

Egois!

작가: Kennie Re
last update 최신 업데이트: 2022-09-02 23:21:22

Untuk gadis yang belum pernah disentuh oleh lelaki mana pun, menyaksikan adegan beberapa jam lalu tentu saja membuat Cassie kena mental. Terlebih yang melakukan itu adalah laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.

Oke, memang dia akui kalau pernikahan mereka hasil perjodohan dan tidak ada cinta di dalamnya, tetapi tidak seharusnya Bisma melakukan itu juga.

Lelaki itu seharusnya menjaga nama baik kedua orang tuanya. Persetan apakah mereka tinggal bersama atau tidak, tetap saja apa yang dilakukan Bisma sangat tidak pantas.

“Duh, ngapain sih nih orang telepon-telepon terus?” gerutu Cassie yang mulai ilfil dan malas menerima panggilan atau apa pun dari laki-laki itu.

Apalagi untuk bertemu langsung dan melihat wajahnya. Lebih baik tidak sama sekali.

Namun, lama-kelamaan ia tak tahan juga, akhirnya diterimanya telepon dari bosnya itu, sebelum si bos kumat galaknya lalu mencak-mencak.

“Ya, Pak? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Cassie, berusaha mengendalikan nada bicaranya agar tetap sopan. Bagaimana pun laki-laki yang bicara dengannya dari saluran seberang adalah calon suaminya.

“Kamu ke mana aja? Tiba-tiba ngilang kayak setan?!” omelnya.

Tuh, kan, benar .... belum juga Cassie selesai membatin, si bapak bos sudah mengomel ngalah-ngalahin eyang putrinya yang sudah sepuh.

“Saya pulang, Pak. Gak enak badan.” Terpaksa dia berdusta, dengan harapan, Bisma tidak marah sekaligus tidak akan datang ke rumahnya untuk mencarinya.

Namun, ternyata yang terjadi tidak seperti harapan Cassie, karena bahkan saat ini juga, Bisma sudah ada di teras rumahnya dan disambut hangat oleh Monika, ibu Cassie.

Tak lama berselang, terdengar panggilan dari sang mama.

“Cas ... ada Bisma, nih. Turun dulu, gih!”

“Aish, sialan bener, nih duda! Ngapain sih pake acara datang ke sini segala? Gimana gue menghindarnya?” gerutu Cassie, bermonolog.

Bukan tidak sopan atau bermaksud membantah keinginan kedua orang tuanya, melainkan karena Cassie enggan meski sekadar membayangkan tingkah Bisma nanti ketika mereka sudah menikah.

Terserah perkara mereka menikah tanpa rasa cinta, tetapi jika Bisma masih meneruskan hubungannya dengan wanita lain, nantinya Cassie yang harus menanggung kehidupan pernikahan yang mengenaskan.

Tidak ada pilihan lagi, Cassie memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan menemui sang calon suami tercinta.

“Kenapa gak pamit kalau memang mau pulang? Saya bisa antar kamu,” ucap Bisma yang langsung memberondong Cassie dengan omelan seketika Cassie tiba di hadapannya. “Jangan dibiasakan seperti itu, nanti dipikir saya laki-laki gak bertanggung jawab, ngebiarin kamu pulang sendiri!”

Cassie tak menjawab perkataan Bisma, bahkan ia tidak menatap wajah rupawan lelaki dengan bola mata gelap dan tatapan tajam itu.

Bisma yang berbuat tak senonoh, tetapi Cassie yang merasa malu.

“Cassie, hey! Jawab perkataan saya! Kamu gak tuli, kan?”

“Jangan teriakin saya seperti itu, Pak Bisma!” sergah Cassie, sengaja dengan volume pelan, tetapi tak mengurangi ketegasan dalam intonasinya. Ia kemudian menarik lengan Bisma agar keluar dari ruangan dan menuju ke taman.

“Apa lagi ini?” tanya lelaki itu.

“Saya mau pernikahan kita dibatalkan aja!”

“Saya juga mau begitu, tapi kamu harus punya alasan kuat untuk itu,” jawabnya. “Memangnya ada?”

“Ada. Boleh saya yang utarakan ke orang tua kamu? Kamu siap?”

Sungguh, ini bukan cara Cassie untuk mengintimidasi Bisma, demi apa pun. Ia benar-benar tak bisa menerima kalau ada perilaku memalukan yang ia lihat langsung di hadapannya dan itu mungkin akan berakibat buruk bagi kedua belah pihak.

“T-tunggu! Masalah apa yang kamu bicarakan?” tanya lelaki itu, tampak raut wajahnya berubah pias saat ini.

“Masalah perempuan di apartemen kamu. Aku gak peduli dia siapa, tapi rasanya gak sopan aja kalau kalian melakukan itu saat ada aku.”

Bisma mendesah cukup keras mendengar jawaban Cassie dan baru sadar kalau gadis itu pasti sudah menyaksikan banyak hal. Mungkin bagian awalnya saja, tidak sampai akhir. Namun, tetap saja, seharusnya jadi hal memalukan baginya.

“Aku gak masalah kamu mau menjalin hubungan dengan siapa aja, sudah ada di kontrak—meski terkesan gak adil buatku. Tapi setidaknya, jangan di depanku. Apa mentang-mentang pernikahan kita ini tanpa cinta dan hasil pemaksaan, lantas kamu boleh ngelakukan apa-apa seenaknya?” Cassie mulai kehilangan kendali.

Wajar saja, ia tak mungkin mau menikah dengan lelaki yang gagal move on dari kehidupan masa lalunya. Atau misal perempuan tadi bukan mantan istrinya, mungkin kekasihnya.

Bayangkan saja apa jadinya kalau mereka menikah dan hal semacam itu terjadi di hadapannya.

“Apa sudah? Boleh saya yang gantian bicara?”

Cassie bungkam, dengan kata lain, mempersilakan lelaki itu membela diri. Meski tak akan berpengaruh apa pun terhadap pendirian dan sudut pandang Cassie yang cukup keras kepala.

“Gak mudah buat siapa pun mengakhiri hubungan, Cas. Itu yang saya alami. Dan ya, memang sudah tertera dalam kontrak kalau kita boleh berhubungan dengan siapa pun, meski status kita sudah menikah. Jadi saya gak mau ada protes atau penolakan apa pun.” Bisma menjeda kalimatnya sejenak.

“Saya setuju atas perjodohan ini karena suatu alasan yang gak penting juga untuk saya katakan sama kamu. Itu terserah saya. Dan saya tidak setuju dengan keputusan orang tua saya, itu juga benar, tetapi kembali ke penjelasan saya sebelumnya. Ada alasan mengapa saya jalani ini.”

Cassie hendak memotong kalimat Bisma, tetapi lelaki itu mengangkat telunjuknya, menghalangi Cassie untuk bicara. Masih panjang penjelasan yang ingin ia paparkan, rupanya.

“Dan andai kamu tidak setuju, kamu mau menolak, lalu mau membatalkan ini, terlebih kalau itu dengan alasan karena saya, maka saya akan halangi niat kamu itu.”

Cassie menggeleng tak mengerti.

“Kamu gak mau dijodohkan, tapi menerima perjodohan, dan akan bertindak kalau aku batalkan? Gimana konsepnya? Aku gak paham,” protes Cassie.

“Intinya kamu harus tetap mau menjalani ini semua.”

“Dan bercerai dalam dua tahun kalau tidak ada cinta atau apa pun yang menghalangi perceraian tadi?” sahut Cassie.

Bisma mengangguk.

“Ya, tepat sekali.”

Cassie kemudian melayangkan satu tamparan ke lengan kekar Bisma.

“Dasar egois!”

Ia lalu pergi meninggalkan lelaki itu tepekur dan mematung di tempat yang sama.

Cassie pernah bertemu playboy kelas teri sebelumnya, tetapi tidak separah Bisma. Tidak usah mencari contoh terlalu jauh, Bryan juga seorang pemain wanita, tetapi dia tidak berani mempermainkan perasaan Cassie sedemikian rupa.

Apalagi dengan mengatakan hal-hal yang sok diplomatis seperti yang baru saja disampaikan oleh Bisma.

Cassie bahkan tak bisa menelaah dengan benar semua kalimat yang dijelaskan oleh lelaki itu. Jelas-jelas lelaki itu mau menang sendiri. Bayangkan saja, dinikahi dengan surat kontrak, lalu menjalani kehidupan pernikahan yang mengerikan karena tidak adanya cinta, pasti akan memenjarakan Cassie dan membuatnya tersiksa, kemudian setelah itu diceraikan.

Pemikiran macam apa yang membuat Bisma mengambil keputusan semacam itu? Cassie sungguh tak mengerti dan egonya pun tak ingin mengerti. Namun, ia kini berada dalam dilema. Melanjutkan perjodohan ini, tetapi dirinya akan menderita, atau mengakhirinya dan membebaskan diri dari semua ini, tentu saja dengan konsekuensi lainnya.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Jadi Madu

    “Hey, Bisma, Cassie. Kita ketemu lagi. Gimana kabar kalian?” sapa Rindi yang langsung memandang kedua sejoli di hadapannya dengan tatapan tak suka, seketika ekspresinya berubah dan Cassie tidak bisa pastikan apa yang sedang dipikirkan perempuan itu. “Kalian berdua ....”“Apa? Mbak Rindi mau ngomong apa?” tanya Cassie dengan raut wajah tenang. Ia sepertinya tahu apa yang sedang mengganggu pikiran Rindi, dan itu membuat Cassie makin semringah. Kemalasannya untuk mengeringkan rambut hari ini ternyata membawa hikmah. Terlebih Bisma juga lupa memakai gel rambutnya. “Mau makan bareng, Mbak? Aku sama Mas Bisma pengen sarapan nasi campur.”“Ehm ... boleh. Mau makan di mana?”Belum sempat Cassie menjawab pertanyaan Rindi, Bisma sudah menyenggol lengan Cassie. Gadis itu sontak mendekatkan kepalanya ke arah Bisma.“Kamu kenapa sih, Cas? Hobi banget ngajakin dia makan. Kenapa kita gak makan sendiri aja?” omel Bisma setengah berbisik.“Emang kenapa? Kamu terganggu, ya? Kalau gak ada hubungan atau

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Malam Indah

    Cassie tahu, dirinya tidak mungkin menolak keinginan Bisma. Mereka sudah menikah cukup lama, tetapi baru kali ini ia melihat kilat berbeda di mata sang suami. Cassie bisa melihat bahwa Bisma sangat menginginkannya malam ini. Bukankah ia juga menantikan momen ini? Terlebih ketika mendengar perkataan Rindi yang seolah memperoloknya karena belum melakukan hubungan ranjang dengan Bisma, seolah Bisma tidak menginginkannya sama sekali. Padahal tidak seperti itu kenyataannya.“Mas Bisma yakin?” tanya gadis itu, memastikan. “Kan Mas Bisma bilang gak mau nyentuh aku karena aku belum cukup umur.”“Saya tarik kata-kata saya. Saya mau kamu dan gak bisa nahan lagi,” jawab lelaki yang masih berada di atas tubuh Cassie.“Apa ini karena perkataan Rindi?” tembaknya.“Saya gak peduli dia mau ngomong apa. Saya Cuma mau mengambil dan menikmati apa yang jadi milik saya. Bukannya kamu juga gak sabar kita ngelakukan ini?”Perkataan Bisma membuat Cassie menelan saliva yang tercekat di batang tenggorokan yan

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Cemburu Berakhir ....

    Cassie dan Bisma berjalan memasuki aula dengan bergandengan. Cassie semula menggamit lengan Bisma, tetapi dengan cepat lelaki itu menarik tangan Cassie dan menggenggam tangannya. Meski bukan hal yang aneh bagi Cassie, tetap saja gadis itu memerhatikan sang suami dengan tatapan penuh tanya.“Kenapa liatin saya kayak gitu?” tanya Bisma. “Jangan ngerasa aneh kalau saya genggam kayak gini. Ini supaya kamu gak kabur.”“Aku gak pernah kabur dari kamu!” jawab Cassie ketus.Bisma mengangguk. Ia tahu, sang istri masih marah atas kejadian pertemuan mereka dengan Rindi, bahkan tak percaya kalau dirinya tidak memiliki hubungan dengan perempuan itu selain status sebagai mantan suami-istri. Namun, memang suli8t untuk menjelaskan semua itu pada Cassie kalau ngambeknya mulai kumat.“Duduk di sini dulu, saya ambilkan minum,” ujar Bisma yang kemudian hendak pergi setelah menarik kursi untuk Cassie. Namun, baru memutar tubuh, ia sudah mengalami hal yang bisa menjadi masalah baru kalau Cassie kumat sikap

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Salah Paham

    Bisma melepaskan kecupannya yang mulai memanas. Ia tahu dan sadar bahwa dirinya menginginkan gadis itu sekarang., tetapi sisi lain dirinya yang masih berpegang teguh pada prinsip, akhirnya memilih untuk menyudahinya hari ini. Menyakitkan, pasti. Namun, ia masih punya stok kesabaran dan ketahanan setidaknya untuk hari ini, karena mereka punya jadwal yang padat.Cassie sendiri sesungguhnya kecewa karena Bisma masih bertahan dengan prinsip konyolnya dan memilih untuk menghentikan aktivitas mereka. Namun, ia tak ingin larut pada rasa kecewa, karena mereka ada di tempat ini bukan dalam rangka untuk berbulan madu, melainkan perjalanan bisnis. Ia masih punya lain waktu untuk berjuang lagi meruntuhkan dinding prinsip Bisma yang sejauh ini susah untuk dirobohkan.“Kamu sudah siap, kan? Kita berangkat sekarang, yuk.” Bisma mengulurkan tangan agar Cassie meraihnya dan bergandengan, tetapi gadis itu justru cemberut dan enggan beranjak dari ranjang. “Kenapa lagi?”“Mas Bisma bohong. Katanya sayang

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Tidak Akan Tahan

    Bisma tidak memikirkan perkataan Rindi. Baginya hanyalah angin lalu. Ia memang pernah mencintai perempuan itu, meski kadarnya hanya sedikit. Kala itu, ia sudah memupuskan harapan terhadap Cassie karena berbagai pertimbangan. Dan pada akhirnya bertemulah ia dengan model papan atas itu di sebuah pesta yang diadakan oleh perusahaan. Rindi diundang karena menanamkan saham di perusahaan kolega bisnis Bisma. Dari sanalah keduanya berkenalan hingga menjalin hubungan. Dan seperti yang Rindi katakan, tidak semudah itu ia menerima lamaran Bisma. Itu memang benar. “Kamu ngapain beres-beres pakaian, Mas?” tanya Cassie yang tiba-tiba masuk ke kamar sang suami. “Kamu mau pergi ke mana?” “Bukan Cuma saya, tapi kamu juga. Bereskan pakaian kamu, karena minggu depan kita berangkat ke Lombok,” ucap Bisma sembari membereskan beberapa barang. “Honeymoon lagi?” tanya Cassie sembari merebahkan bokongnya di kasur. “Kamu tuh, pikirannya kenapa ke situ terus, sih? Bukan honeymoon, melainkan untuk pesta y

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Menikahi Kembali

    “Mas, Mas Bisma harus bilang donk sama mama kalau aku tuh Cuma sakit biasa!” omel Cassie yang kini berada di kamar Bisma. Karena sang ibu mertua tak juga pulang, maka ia memutuskan untuk memindahkan barang-barangnya ke kamar sang suami. “Kasian kan kalau mama salah paham gitu.”“Iya saya tahu. Tapi gimana cara jelasin ke mama? Tetap aja nanti mama kecewa kalau tahu ternyata kamu gak hamil,” jawab Bisma. “Intinya kita serba salah. Maju kena, mundur kena.”“Ya udah maju aja kalo gitu!” rengek Cassie tanpa merasa berdosa.“Apa maksudnya?” tanya Bisma dengan alis berkerut, tanda bahwa ia tidak memahami maksud perkataan sang istri. Wajar saja, secara zaman, keduanya berbeda terlalu jauh. Jadi bisa saja perkataan Cassie itu mwmiliki arti lain. Bisma tak ingin salah menafsirkan yang membuat dia malu sendiri nantinya.“Ya gimana caranya Mas Bisma buat aku hamil, lah!”Bisma terbelalak mendengar ucapan Cassie yang tidak pakai rem. Sejak awal menikah, Cassie memang selalu menggodanya dengan hal

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status