"Kita harus cerai, jika dalam dua tahun tidak ada cinta di antara kita atau tidak ada alasan yang menghalangi perceraian itu," ucap Bisma, tenang. "Bisa jelaskan apa aja yang Mas Bisma anggap menghalangi perceraian?" tanya Cassie meminta penjelasan. "Ya ... semisal kamu hamil. Namun, itu kecil kemungkinan, karena saya gak mungkin akan menyentuh kamu." *** Cassie tak menyangka kehidupannya yang semula hanya berisi hal yang indah-indah harus berubah menjadi aneh semenjak kedua orang tuanya memutuskan untuk menjodohkannya dengan seorang duda yang merupakan putra tunggal dari sahabat—yang sekaligus saudara jauh dari sang ibu. Bisma, si duda sekaligus bos di perusahaan tempat Cassie magang, terpaksa menerima perjodohan lantaran ia tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Namun, perbedaan usia yang jauh, ditambah sikap dan tingkah laku Cassie kerap membuat Bisma geleng kepala, menjadikan kehidupan Bisma yang semula penuh keseriusan, perlahan berubah lebih berwarna. Kehidupan pernikahan mereka pun kerap diramaikan dengan perseteruan yang tak lazim, serta hal-hal baru bermunculan dalam kehidupan Bisma—yang mau tak mau membuat Bisma mencoba berpikir dan melihat segala hal dari sudut pandang berbeda. Namun, segalanya tak akan pernah mulus. Kehadiran mantan istri Bisma serta pengakuan cinta dari sahabat Cassie pada akhirnya membuat keduanya sedikit goyah. Akankah benih cinta yang tak mereka sadari itu tumbuh menjadi cinta? Atau mereka harus mengakhiri pernikahan mereka hanya karena kegoyahan hati akan kehadiran cinta lain dalam kehidupan mereka?
View MoreWhat do you do when you're a human in a wolf pack and your best friend is the next Alpha?
You join in that's what. Or you join as much as a human can. Kennedy and Jeremiah have been friends since birth. Their moms were best friends in college and passed on the friendship to their kids.
When a tragic accident claims her parents but somehow leaves Kennedy alive and no family members will take on the burden of a teenager with no large inheritance. The one person closest to her mom steps up to claim her.
Kennedy and Jeremiah have been inseperable ever since. She has spent the last two years learning pack ways and pack values, but is set on going to college and experiencing human life outside the pack she knows and loves. She’s a human and knows she won’t be a wolf’s mate. She is prepared to leave the pack and live in the human world. She aspires to take over the fitness studio her mom started with Jeremiah's mom. It's a legacy that keeps her parent's memory alive.
She has everything planned out, much to her best friend's dismay. All her college forms are signed, room and board set up and her business classes are on track to have her graduate in three years. She just has to survive high school for one more year before that can all happen. Thankfully werewolves think that senior year is the time to start focusing on the future so many classes are in place to help her succeed faster.
Her life is planned, Jeremiah will start training to take over his pack. This is the last hurrah before their lives go in their predetermined ways. She knows they will always be close, like their moms. She can't go a day without talking to him. It's been like that for as long as she can remember. She feels incomplete without the contact, so there is no question of losing touch. She also knows that they aren't mates, even though many people were hoping their close relationship couldn't be anything else. At eighteen their relationship is that of siblings with twin like tendencies. Also something no one can explain. She cannot mindlink, or shift and yet she move like a wolf, thinks like a wolf, has the instincts of a wolf.
Many believe she will get her 'human adventure' out of her system and then come home to the pack for good.
Until Kennedy's life decides to throw her another curve ball and force her to make choices she never planned on.
Copyright © 2024 by Miss L Writes and Ember Mantel Productions
All rights reserved.
No part of this publication may be reproduced, distributed, or transmitted in any form or by any means, including photocopying, recording, or other electronic or mechanical methods, without the prior written permission of the publisher, except as permitted by U.S. copyright law. For permission requests, contact Miss L Writes.
The story, all names, characters, and incidents portrayed in this production are fictitious. No identification with actual persons (living or deceased), places, buildings, and products is intended or should be inferred.
“Hey, Bisma, Cassie. Kita ketemu lagi. Gimana kabar kalian?” sapa Rindi yang langsung memandang kedua sejoli di hadapannya dengan tatapan tak suka, seketika ekspresinya berubah dan Cassie tidak bisa pastikan apa yang sedang dipikirkan perempuan itu. “Kalian berdua ....”“Apa? Mbak Rindi mau ngomong apa?” tanya Cassie dengan raut wajah tenang. Ia sepertinya tahu apa yang sedang mengganggu pikiran Rindi, dan itu membuat Cassie makin semringah. Kemalasannya untuk mengeringkan rambut hari ini ternyata membawa hikmah. Terlebih Bisma juga lupa memakai gel rambutnya. “Mau makan bareng, Mbak? Aku sama Mas Bisma pengen sarapan nasi campur.”“Ehm ... boleh. Mau makan di mana?”Belum sempat Cassie menjawab pertanyaan Rindi, Bisma sudah menyenggol lengan Cassie. Gadis itu sontak mendekatkan kepalanya ke arah Bisma.“Kamu kenapa sih, Cas? Hobi banget ngajakin dia makan. Kenapa kita gak makan sendiri aja?” omel Bisma setengah berbisik.“Emang kenapa? Kamu terganggu, ya? Kalau gak ada hubungan atau
Cassie tahu, dirinya tidak mungkin menolak keinginan Bisma. Mereka sudah menikah cukup lama, tetapi baru kali ini ia melihat kilat berbeda di mata sang suami. Cassie bisa melihat bahwa Bisma sangat menginginkannya malam ini. Bukankah ia juga menantikan momen ini? Terlebih ketika mendengar perkataan Rindi yang seolah memperoloknya karena belum melakukan hubungan ranjang dengan Bisma, seolah Bisma tidak menginginkannya sama sekali. Padahal tidak seperti itu kenyataannya.“Mas Bisma yakin?” tanya gadis itu, memastikan. “Kan Mas Bisma bilang gak mau nyentuh aku karena aku belum cukup umur.”“Saya tarik kata-kata saya. Saya mau kamu dan gak bisa nahan lagi,” jawab lelaki yang masih berada di atas tubuh Cassie.“Apa ini karena perkataan Rindi?” tembaknya.“Saya gak peduli dia mau ngomong apa. Saya Cuma mau mengambil dan menikmati apa yang jadi milik saya. Bukannya kamu juga gak sabar kita ngelakukan ini?”Perkataan Bisma membuat Cassie menelan saliva yang tercekat di batang tenggorokan yan
Cassie dan Bisma berjalan memasuki aula dengan bergandengan. Cassie semula menggamit lengan Bisma, tetapi dengan cepat lelaki itu menarik tangan Cassie dan menggenggam tangannya. Meski bukan hal yang aneh bagi Cassie, tetap saja gadis itu memerhatikan sang suami dengan tatapan penuh tanya.“Kenapa liatin saya kayak gitu?” tanya Bisma. “Jangan ngerasa aneh kalau saya genggam kayak gini. Ini supaya kamu gak kabur.”“Aku gak pernah kabur dari kamu!” jawab Cassie ketus.Bisma mengangguk. Ia tahu, sang istri masih marah atas kejadian pertemuan mereka dengan Rindi, bahkan tak percaya kalau dirinya tidak memiliki hubungan dengan perempuan itu selain status sebagai mantan suami-istri. Namun, memang suli8t untuk menjelaskan semua itu pada Cassie kalau ngambeknya mulai kumat.“Duduk di sini dulu, saya ambilkan minum,” ujar Bisma yang kemudian hendak pergi setelah menarik kursi untuk Cassie. Namun, baru memutar tubuh, ia sudah mengalami hal yang bisa menjadi masalah baru kalau Cassie kumat sikap
Bisma melepaskan kecupannya yang mulai memanas. Ia tahu dan sadar bahwa dirinya menginginkan gadis itu sekarang., tetapi sisi lain dirinya yang masih berpegang teguh pada prinsip, akhirnya memilih untuk menyudahinya hari ini. Menyakitkan, pasti. Namun, ia masih punya stok kesabaran dan ketahanan setidaknya untuk hari ini, karena mereka punya jadwal yang padat.Cassie sendiri sesungguhnya kecewa karena Bisma masih bertahan dengan prinsip konyolnya dan memilih untuk menghentikan aktivitas mereka. Namun, ia tak ingin larut pada rasa kecewa, karena mereka ada di tempat ini bukan dalam rangka untuk berbulan madu, melainkan perjalanan bisnis. Ia masih punya lain waktu untuk berjuang lagi meruntuhkan dinding prinsip Bisma yang sejauh ini susah untuk dirobohkan.“Kamu sudah siap, kan? Kita berangkat sekarang, yuk.” Bisma mengulurkan tangan agar Cassie meraihnya dan bergandengan, tetapi gadis itu justru cemberut dan enggan beranjak dari ranjang. “Kenapa lagi?”“Mas Bisma bohong. Katanya sayang
Bisma tidak memikirkan perkataan Rindi. Baginya hanyalah angin lalu. Ia memang pernah mencintai perempuan itu, meski kadarnya hanya sedikit. Kala itu, ia sudah memupuskan harapan terhadap Cassie karena berbagai pertimbangan. Dan pada akhirnya bertemulah ia dengan model papan atas itu di sebuah pesta yang diadakan oleh perusahaan. Rindi diundang karena menanamkan saham di perusahaan kolega bisnis Bisma. Dari sanalah keduanya berkenalan hingga menjalin hubungan. Dan seperti yang Rindi katakan, tidak semudah itu ia menerima lamaran Bisma. Itu memang benar. “Kamu ngapain beres-beres pakaian, Mas?” tanya Cassie yang tiba-tiba masuk ke kamar sang suami. “Kamu mau pergi ke mana?” “Bukan Cuma saya, tapi kamu juga. Bereskan pakaian kamu, karena minggu depan kita berangkat ke Lombok,” ucap Bisma sembari membereskan beberapa barang. “Honeymoon lagi?” tanya Cassie sembari merebahkan bokongnya di kasur. “Kamu tuh, pikirannya kenapa ke situ terus, sih? Bukan honeymoon, melainkan untuk pesta y
“Mas, Mas Bisma harus bilang donk sama mama kalau aku tuh Cuma sakit biasa!” omel Cassie yang kini berada di kamar Bisma. Karena sang ibu mertua tak juga pulang, maka ia memutuskan untuk memindahkan barang-barangnya ke kamar sang suami. “Kasian kan kalau mama salah paham gitu.”“Iya saya tahu. Tapi gimana cara jelasin ke mama? Tetap aja nanti mama kecewa kalau tahu ternyata kamu gak hamil,” jawab Bisma. “Intinya kita serba salah. Maju kena, mundur kena.”“Ya udah maju aja kalo gitu!” rengek Cassie tanpa merasa berdosa.“Apa maksudnya?” tanya Bisma dengan alis berkerut, tanda bahwa ia tidak memahami maksud perkataan sang istri. Wajar saja, secara zaman, keduanya berbeda terlalu jauh. Jadi bisa saja perkataan Cassie itu mwmiliki arti lain. Bisma tak ingin salah menafsirkan yang membuat dia malu sendiri nantinya.“Ya gimana caranya Mas Bisma buat aku hamil, lah!”Bisma terbelalak mendengar ucapan Cassie yang tidak pakai rem. Sejak awal menikah, Cassie memang selalu menggodanya dengan hal
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments