Share

Engagement

Author: Kennie Re
last update Last Updated: 2022-12-06 06:50:11

Pada mulanya memang, Cassie ingin membatalkan semuanya. Tetapi ketika ia bangun keesokan paginya, melihat seisi rumah sudah tertata rapi dengan hiasan di sana sini, Cassie kembali didera kegamangan.

Mimpi apa ia semalam, sampai-sampai tujuannya untuk menghentikan rencana orang tuanya, malah justru jadi bumerang. Bisma sudah mengatakan kalau pihak orang tua ingin pertunangan dimajukan. Namun, ini lebih cepat dari yang Cassie bayangkan.

“Ini buat apa, Ma? Kok ada hiasan-hiasan gini?” tanya Cassie, hanya sekadar memastikan. Ia berharap bukan seperti apa yang ia pikirkan.

“Lho, gimana, sih? Bisma gak bilang sama kamu kalau acara pertunangannya malam ini?” Mama menghentikan langkahnya, menatap Cassie dengan alis berkerut. “Apa kamu yang gak ngeuh pas Bisma ngasih tahu?”

Demi apa pun, Cassie ingin sekali pura-pura pingsan atau sekalian pura-pura gila karena ini. Namun, jelas itu ide yang konyol. Satu hal yang harus ia lakukan hanya menerima, dan bersiap.

Menerima perjodohan yang mana Bisma sendiri tidak menginginkannya, tetapi tak ingin membatalkannya, entah dengan alasan apa. Selanjutnya menjalani kehidupan pernikahan yang akan menyiksa batin, kemudian bersiap karena dalam dua tahun, lelaki itu akan menceraikannya.

“Ehm ... mas Bisma sudah bilang, sih, kalau pertunangannya dimajukan, tapi aku gak nyangka dalam minggu ini. Bahkan malam ini. Ini gak terlalu tergesa ya, Ma?” Cassie masih berusaha bernegosiasi, siapa tahu berhasil. Karena yang ia dengar, acaranya juga tidak mewah, yang penting khidmat, kata sang mama.

Monika kemudian menghampiri sang putri yang tampak bingung.

Ia maklum kalau Cassie masih tegang dan cemas akan bagaimana pernikahan itu nantinya. Selama ini, ia tahu sendiri kalau putrinya itu belum pernah berpacaran.

“Cas ... kenapa sih, kok kayaknya kamu gak setuju sama perjodohan ini? Padahal kamu tahu sendiri, mama sama papa sudah milihkan jodoh yang baik buat kamu. Secara fisik, Bisma ganteng, meski duda dan usia terpaut sepuluh tahun dengan kamu, tapi dia masih kelihatan muda. Belum lagi secara materi, dia sudah mapan dan sukses.”

Memang benar apa yang dikatakan sang mama, tetapi bagaimana dengan karakter? Bisma bisa jadi seorang pemain wanita yang suka bergonta-ganti perempuan dan yang kemarin dilihat oleh Cassie mungkin saja bukan kekasihnya, tetapi hanya teman tidur.

Ah, membayangkan itu kepala Cassie berdenyut nyeri.

Ia tak mungkin membatalkannya kalau sudah berjalan seheboh ini. Tak mungkin menyakiti kedua orang tuanya.

“Kamu gak pengen ngomong sama mama alasan kamu gak bersemangat sama ini semua? Apa kamu cemas gimana nantinya menjalani kehidupan yang baru?”

Iya, itu memang benar. Namun, apakah ada untungnya kalau Cassie bicara dengan Monika mengenai apa yang dia rasakan saat ini? Apakah akan memberi solusi seperti yang dia harapkan?

“Ma ... gimana kalau mas Bisma ternyata gak sebaik yang kita kira?” Gadis itu pada akhirnya memberanikan diri untuk buka suara. Meski tak yakin akan membawa efek pada sang mama yang terlanjur menyukai calon menantunya, setidaknya Cassie sudah berusaha.

“Mama yakin dia baik. Kalau ternyata dia gak baik, gak mungkin mama sama papa milih dia, Cas.”

Nah, kan ... Cassie sudah menduga itu yang akan dikatakan oleh sang ibu. Mereka sepertinya sudah telanjur kesengsem pada lelaki berperawakan atletis itu.

“Sekarang kamu istirahat dulu, nanti sore langsung siap-siap, karena jam tujuh malam nanti acaranya dimulai.”

Sempurna!

***

Seperti apa yang dikatakan oleh Monika, bahwa resepsi pertunangannya memang dimulai pukul tujuh malam dan berjalan dengan lancar, seperti apa yang diharapkan oleh kedua belah pihak. Termasuk Bisma, tentunya.

Namun, tidak dengan Cassie.

Bagaimana pun, sulit berpikir positif setelah menyaksikan bagaimana sang calon suami bermesraan dengan perempuan lain. Itu mungkin sebabnya Bisma membuat pasal mengenai kebebasan menjalin hubungan dengan orang lain, terlebih sudah memastikan tidak akan menyentuh Cassie, karena lelaki itu punya tempat untuk menyalurkan hasratnya nanti.

Sakit. Itu jelas. Namun, apa yang bisa ia perbuat?

Bahkan ketika Cassie sudah memberi sedikit sinyal, sang ibu tidak menyadari sama sekali malah berucap sesumbar kalau Bisma tidak mungkin akan berbuat yang tidak-tidak.

“Sedang apa di sini? Dicariin tamu-tamu, tuh.” Cassie tak ingin berbalik karena tahu siapa yang datang. Bos sekaligus calon suaminya.

Kini sudah resmi, bukan lagi rencana.

Dan menurut orang tua kedua belah pihak, pernikahan mereka akan dilangsungkan tak lama lagi. Setidaknya tiga bulan dari sekarang.

Waktu yang cukup singkat untuk menumbuhkan rasa cinta di hati mereka. Tampaknya itu yang sekarang harus Cassie pikirkan, cara untuk membuat Bisma jatuh cinta padanya. Atau jika tidak, opsi kedua akan lebih baik. Bagaimana caranya agar ia bisa segera hamil.

Memangnya bisa? Bukankah Bisma menegaskan sendiri kalau dia tidak akan menyentuh Cassie?

“Sumpek di dalem. Mending juga di sini, bisa lihat pemandangan,” jawab Cassie, dingin. Dia pun sama, mungkin tidak akan berharap disentuh oleh lelaki itu. Ia masih terbayang-bayang bagaimana bibir merah Bisma mengecup seorang perempuan.

Jelas Cassie tidak mau menikmati bekas perempuan lain.

“Besok kamu boleh libur. Saya akan kabari Lina buat urus pengajuan cuti kamu.” Bisma melangkah makin dekat dan kini duduk di samping Cassie.

“Gak usah. Aku tetap masuk aja. Lagi pula ini cuma pertunangan yang gak diharapkan,” ujar Cassie, datar tanpa ekspresi. Ia sama sekali tak menoleh pada Bisma. Namun, ia melihat dengan ekor matanya, kalau lelaki itu tengah memerhatikannya.

“Mama nyuruh kita untuk belanja keperluan pernikahan.” Bisma menambahkan.

“Harus buru-buru, ya? Kan masih tiga bulan.” Kali ini Cassie menoleh ke arah lelaki itu.

“Tiga bulan itu sebentar, lho! Dan aku maunya semua tersusun sesuai rencana. Kalau bisa bahkan bulan ini sudah siap semuanya.”

Cassie mendengkus mendengar perkataan Bisma, seolah lelaki itu bersemangat dengan pernikahan ini, padahal Cassie juga tidak tahu alasannya. Namun, sesungguhnya ini hanya formalitas.

“Mama juga tanya, kenapa kamu gak mau mindahin barang ke rumah baru.”

Cassie memutar bola matanya. Itu lagi yang dibahas, padahal Cassie sudah mengatakan apa alasannya, tetapi tetap saja jadi pertanyaan.

“Aku punya alasan yang percuma aku katakan ke kamu. Jadi bilang aja sama mama, aku sedang memilih mana aja barang yang mau dibawa. Selesai urusan.”

Bisma tampak hendak menjawab kembali, tetapi urung karena telepon genggamnya tiba-tiba berdering. Buru-buru ia menjauh dari Cassie saat telah memastikan siapa yang menghubunginya selarut ini.

Cassie menajamkan indra pendengarannya, Bisma bisa berkata sehalus itu pada perempuan yang menghubunginya. Ia bahkan berjanji akan segera menemui perempuan itu jika acara sudah selesai.

Yang benar saja?!

Sekarang saja sudah pukul delapan lebih dan masih ada acara ramah-tamah, lantas jam berapa Bisma akan mendatangi perempuan itu? Apa mereka akan ....

“Ehem, sampai mana kita tadi?” tanya lelaki itu, kembali merebahkan pantatnya di atas bangku, sedikit serong menghadap pada Cassie.

“Gak tahu. Tapi aku mau ngomong sesuatu.”

Bisma mengangguk, memberi isyarat agar Cassie mengungkapkan unek-uneknya.

“Karena ini pernikahan kita berdua, aku juga mau membuat syarat, apa boleh?”

“Kamu sudah tanda tangani, jadi gak akan ada syarat tambahan, dan aku gak akan membolehkan itu!” tegasnya, lalu bangkit dan meninggalkan Cassie seorang diri dengan kegalauan yang mengimpit dadanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Jadi Madu

    “Hey, Bisma, Cassie. Kita ketemu lagi. Gimana kabar kalian?” sapa Rindi yang langsung memandang kedua sejoli di hadapannya dengan tatapan tak suka, seketika ekspresinya berubah dan Cassie tidak bisa pastikan apa yang sedang dipikirkan perempuan itu. “Kalian berdua ....”“Apa? Mbak Rindi mau ngomong apa?” tanya Cassie dengan raut wajah tenang. Ia sepertinya tahu apa yang sedang mengganggu pikiran Rindi, dan itu membuat Cassie makin semringah. Kemalasannya untuk mengeringkan rambut hari ini ternyata membawa hikmah. Terlebih Bisma juga lupa memakai gel rambutnya. “Mau makan bareng, Mbak? Aku sama Mas Bisma pengen sarapan nasi campur.”“Ehm ... boleh. Mau makan di mana?”Belum sempat Cassie menjawab pertanyaan Rindi, Bisma sudah menyenggol lengan Cassie. Gadis itu sontak mendekatkan kepalanya ke arah Bisma.“Kamu kenapa sih, Cas? Hobi banget ngajakin dia makan. Kenapa kita gak makan sendiri aja?” omel Bisma setengah berbisik.“Emang kenapa? Kamu terganggu, ya? Kalau gak ada hubungan atau

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Malam Indah

    Cassie tahu, dirinya tidak mungkin menolak keinginan Bisma. Mereka sudah menikah cukup lama, tetapi baru kali ini ia melihat kilat berbeda di mata sang suami. Cassie bisa melihat bahwa Bisma sangat menginginkannya malam ini. Bukankah ia juga menantikan momen ini? Terlebih ketika mendengar perkataan Rindi yang seolah memperoloknya karena belum melakukan hubungan ranjang dengan Bisma, seolah Bisma tidak menginginkannya sama sekali. Padahal tidak seperti itu kenyataannya.“Mas Bisma yakin?” tanya gadis itu, memastikan. “Kan Mas Bisma bilang gak mau nyentuh aku karena aku belum cukup umur.”“Saya tarik kata-kata saya. Saya mau kamu dan gak bisa nahan lagi,” jawab lelaki yang masih berada di atas tubuh Cassie.“Apa ini karena perkataan Rindi?” tembaknya.“Saya gak peduli dia mau ngomong apa. Saya Cuma mau mengambil dan menikmati apa yang jadi milik saya. Bukannya kamu juga gak sabar kita ngelakukan ini?”Perkataan Bisma membuat Cassie menelan saliva yang tercekat di batang tenggorokan yan

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Cemburu Berakhir ....

    Cassie dan Bisma berjalan memasuki aula dengan bergandengan. Cassie semula menggamit lengan Bisma, tetapi dengan cepat lelaki itu menarik tangan Cassie dan menggenggam tangannya. Meski bukan hal yang aneh bagi Cassie, tetap saja gadis itu memerhatikan sang suami dengan tatapan penuh tanya.“Kenapa liatin saya kayak gitu?” tanya Bisma. “Jangan ngerasa aneh kalau saya genggam kayak gini. Ini supaya kamu gak kabur.”“Aku gak pernah kabur dari kamu!” jawab Cassie ketus.Bisma mengangguk. Ia tahu, sang istri masih marah atas kejadian pertemuan mereka dengan Rindi, bahkan tak percaya kalau dirinya tidak memiliki hubungan dengan perempuan itu selain status sebagai mantan suami-istri. Namun, memang suli8t untuk menjelaskan semua itu pada Cassie kalau ngambeknya mulai kumat.“Duduk di sini dulu, saya ambilkan minum,” ujar Bisma yang kemudian hendak pergi setelah menarik kursi untuk Cassie. Namun, baru memutar tubuh, ia sudah mengalami hal yang bisa menjadi masalah baru kalau Cassie kumat sikap

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Salah Paham

    Bisma melepaskan kecupannya yang mulai memanas. Ia tahu dan sadar bahwa dirinya menginginkan gadis itu sekarang., tetapi sisi lain dirinya yang masih berpegang teguh pada prinsip, akhirnya memilih untuk menyudahinya hari ini. Menyakitkan, pasti. Namun, ia masih punya stok kesabaran dan ketahanan setidaknya untuk hari ini, karena mereka punya jadwal yang padat.Cassie sendiri sesungguhnya kecewa karena Bisma masih bertahan dengan prinsip konyolnya dan memilih untuk menghentikan aktivitas mereka. Namun, ia tak ingin larut pada rasa kecewa, karena mereka ada di tempat ini bukan dalam rangka untuk berbulan madu, melainkan perjalanan bisnis. Ia masih punya lain waktu untuk berjuang lagi meruntuhkan dinding prinsip Bisma yang sejauh ini susah untuk dirobohkan.“Kamu sudah siap, kan? Kita berangkat sekarang, yuk.” Bisma mengulurkan tangan agar Cassie meraihnya dan bergandengan, tetapi gadis itu justru cemberut dan enggan beranjak dari ranjang. “Kenapa lagi?”“Mas Bisma bohong. Katanya sayang

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Tidak Akan Tahan

    Bisma tidak memikirkan perkataan Rindi. Baginya hanyalah angin lalu. Ia memang pernah mencintai perempuan itu, meski kadarnya hanya sedikit. Kala itu, ia sudah memupuskan harapan terhadap Cassie karena berbagai pertimbangan. Dan pada akhirnya bertemulah ia dengan model papan atas itu di sebuah pesta yang diadakan oleh perusahaan. Rindi diundang karena menanamkan saham di perusahaan kolega bisnis Bisma. Dari sanalah keduanya berkenalan hingga menjalin hubungan. Dan seperti yang Rindi katakan, tidak semudah itu ia menerima lamaran Bisma. Itu memang benar. “Kamu ngapain beres-beres pakaian, Mas?” tanya Cassie yang tiba-tiba masuk ke kamar sang suami. “Kamu mau pergi ke mana?” “Bukan Cuma saya, tapi kamu juga. Bereskan pakaian kamu, karena minggu depan kita berangkat ke Lombok,” ucap Bisma sembari membereskan beberapa barang. “Honeymoon lagi?” tanya Cassie sembari merebahkan bokongnya di kasur. “Kamu tuh, pikirannya kenapa ke situ terus, sih? Bukan honeymoon, melainkan untuk pesta y

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Menikahi Kembali

    “Mas, Mas Bisma harus bilang donk sama mama kalau aku tuh Cuma sakit biasa!” omel Cassie yang kini berada di kamar Bisma. Karena sang ibu mertua tak juga pulang, maka ia memutuskan untuk memindahkan barang-barangnya ke kamar sang suami. “Kasian kan kalau mama salah paham gitu.”“Iya saya tahu. Tapi gimana cara jelasin ke mama? Tetap aja nanti mama kecewa kalau tahu ternyata kamu gak hamil,” jawab Bisma. “Intinya kita serba salah. Maju kena, mundur kena.”“Ya udah maju aja kalo gitu!” rengek Cassie tanpa merasa berdosa.“Apa maksudnya?” tanya Bisma dengan alis berkerut, tanda bahwa ia tidak memahami maksud perkataan sang istri. Wajar saja, secara zaman, keduanya berbeda terlalu jauh. Jadi bisa saja perkataan Cassie itu mwmiliki arti lain. Bisma tak ingin salah menafsirkan yang membuat dia malu sendiri nantinya.“Ya gimana caranya Mas Bisma buat aku hamil, lah!”Bisma terbelalak mendengar ucapan Cassie yang tidak pakai rem. Sejak awal menikah, Cassie memang selalu menggodanya dengan hal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status