Share

020 | Batal Bertanya

"Yang berhak memutuskan jalan hidupmu adalah kamu sendiri, bukan orang lain."

°°°

Tidurnya gelisah sejak kepulangan Damian. Hampir setiap setengah jam sekali Adinda terbangun, menatapi langit-langit kamar, dan berusaha tidur kembali. Begitu seterusnya sampai dia menyerah pada pukul tiga pagi. Adinda bangun dan merapikan bab awal skripsinya, dilanjutkan dengan membangunkan Damian, lalu membuat sarapan untuk mereka berdua.

Pukul empat pagi, Damian belum juga terlihat. Adinda mengembuskan napas panjang, akhirnya harus kembali ke atas untuk membangunkan sang suami. Damian benar-benar kebo kalau sudah terjun ke alam mimpi!

"Mas ...," panggil Adinda dengan suara selembut beludru.

Tangan lentiknya menyibak selimut yang menutupi wajah Damian, melipatnya dan meletakkan kain tebal berwarna putih itu di bawah kaki. Adinda naik ke atas ranjang, duduk di dekat kepala Damian. Tangannya secara naluriah membelai rambut Damian yang berantakan.

"Mas bangun yuk, udah subuh. Kamu mau salat di mas
Mochallate

Catatan Penulis: 'Kita tidak akan pernah tahu reaksi seseorang sebelum mulai bicara padanya.' Kenangan buruk nggak selalu buruk kok sebenarnya dan kenangan indah nggak selalu bisa buat bahagia, apalagi kalau kenangan indahnya diukir sama orang yang udah nggak ada. Komentarnya untuk bab ini? Sampai jumpa di bagian selanjutnya ya!

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status