Share

Kompak

"Ayo, kita masuk sayang!" Bram bengong dan terkejut melihat Ferdi sudah merangkul Naima.

Sesampai di kamar, Ferdi langsung bereaksi.

"Lain kali, jangan mau ditindas!"

Sesaat, Naima terperangah. TIdak ada angin, tidak ada hujan ... si Ferdi ini apakah sudah mulai jatuh cinta padanya? Soalnya, sudah perhatian, sih. Tapi, kalau lagi begini dia keren juga. 

"Iya, Bang!"

"Jangan Iya-iya saja. Orang kayak gitu harus dihantam."

Naima mesem-mesem memikirkan satu hal. Ini, si Ferdi sedang cemburu, kah? 'Uh, so sweet banget sih, Bang!'

"Jangan ge-er, ingat! kita tu cuma akting!"

"Iya, siap Bos!" Naima mencebik setelahnya. 'Siapa juga yang ge-er, gak kebalik Bang?!'

Malam kedua mereka masih tidur terpisah, Ferdi mengambil bantal dan tidur di kursi sofa kamar. Kamar mereka memang sangat luas sekali, persis seperti kamar hotel. Naima pun sangat betah karena ruangan ini dilengakapi dengan pendingin dan pemanas ruangan. Kapan lagi bisa menikmati jadi istri CEO kaya, sekali-kali kita harus jadi orang yang melihat peluang. Peluang jadi orang kaya. Hahaha! Cinta tak cukup, Ferguso! Kok jadi ngehalu giniih.

Drrt...Mama video Call

"Assalamualaikum, Naima."

"Waalaikumsalam, Ma."

"Mana menantu Mama?"

"Lagi sibuk Ma, menantu kesayangan Mama."

"Gimana, sudah merasakan belah duren belum? Hahaha..." apaan Mama inih!

Duren, duren emang si Bos tekotek-kotek buah-buahan!

"Sudahlah, Mak." Lebih baik bohong daripada si Emak panjang pertanyaannya.

"Wow, Mantap kali anak Mama ini." Ceileh, apaan si Mama ini, logatnya juga ikut berubah. Hahaha..

"Halooo, Ma." Eh, tiba-tiba si Abang udah di sebelah.

"Menantu Mama makin bersinar wajahnya." Iii... Si Mama apaan, sih! Besar telinganya si Ferdi ini nanti kalau dipuji!

"Iya, dong Ma, anak Mama ini terbaik pokoknya." Ya ampun, si Emak pake adegan mesem-mesem dipuji sama Bos tekotek-kotek.

"Kalian istirahat deh ya, pengantin baru harus banyak istirahat."

"Siyap, Ma, salam ma Papa ya." Pinter banget emang si Abang kalau akting! Telpon ditutup dan bersiap untuk istirahat.

"Sanaaaaa, jauh-jauh!" Naima merasa canggung berada di samping Ferdi.

"Emang gak mau belah duren, Dek!"

"Apaa!!"

****

Naima bangun dan terkejut ada Ferdi memeluknya. Seingatnya, semalam mereka masih tertidur pisah. Ferdi di sofa, sementara Naima sendiri di kasur empuk nan mewah itu. Namun, apa yang membuat kini mereka berada dalam satu ranjang yang sama, dan sedang berpelukan seperti teletubbies?

"Astaghfirullah!!!"

Ferdi langsung bangun, karena Naima teriak.

"Kenapa?"

Naima memelotot karena pertanyaan Ferdi. Masih berani dia nanya kenapa? "Apaaan, meluk-meluk!"

""Siapa meluk-meluk?"

"Abanglah, pakai meluk segala!"

Tuduhan Naima membuat Ferdi bingung. Dia celingukan mencoba mengamati situasi saat ini. Matanya membulat sempurna saat melihat di mana dia dan Naima sekarang berada. 'Kenapa dia bisa di ranjang?'

Mereka saling adu pandangan tajam. Melihat Ferdi tidak bisa menjawab tuduhannya, Naima pun mulai punya pikiran yang tidak-tidak.

'Ketauan, kan, Abang mulai gak tahan liat ada yang bening-bening di kamar!'

Setelah berdebat, akhirnya mereka sholat berjamaah. Naima sepertinya agak sedikit canggung karena adegan pelukan tadi.

"Yang tadi itu khilaf, jangan ge-er!"

Padahal, Naima sudah mulai mau melupakan kejadian barusan. Eh, dia pakai ungkit-ungkit lagi. Jadi, mungkin saja kan, Ferdi yang sebenarnya ge-er?

Mereka turun ke bawah untuk sarapan. Bram dan istrinya sudah menunggu di bawah. Papanya juga sudah siap di meja makan. Berada di sini sebenarnya sangat menyenangkan, benar-benar seperti ratu.

Ferdi tanpa disadari mulai terbiasa turun ke bawah dengan merangkul istrinya. Lama-lama, dari acting bisa jadi biasa lo, Bang!

"Wah, pengantin baru seger banget."

Lisa yang menyambut mereka. Memang, Lisa orangnya lebih asyik, mirip-miriplah dengan papa mertua. Semoga dia tidak kecewa dengan sifat aslinya Bram yang buaya darat, semoga juga Bram tidak menyakiti Lisa nantinya.

"Papa makin betah di rumah, Fer, liat kalian mesra terus begini."

"Iya dong, Pa."

"Sayangnya, Papa hanya seminggu di sini. Besok kalau punya cucu, baru Papa diam di sini."

"Papa sama kita saja, sambil liat perkembangan memiliki cucu."

Ferdi melotot, tak percaya Naima makin berani.

"Iya, Nak, tapi rumah di sana gak ada yang nempatin, ini memang khusus rumahnya Ferdi."

"Iya sayang, ini juga rumah Adek juga."

'Manis banget emang abangku ini!' Kalau lagi tidak bersandiwara, Naima jamin dia sudah jadi istri paling bahagia di dunia. Iya, kan? Gagal nikah, tiba-tiba dinikahi orang kaya. Diperlakukan bak ratu yang semuanya sudah disiapkan. Naima hanya perlu lenggak-lenggok dengan senyum, sambil berusaha nyenengin suami. 'Halah, bangun Nai ... ingat, ini cuma acting!'

"Uhuk, uhuk." Bram mulai batuk. 

"Pelan-pelan, Mas." Lisa mengambil tisu karena Bram belepotan. Kapok lu Bram!

Naima menipiskan bibirnya, mencoba memberikan tatapan sinis, 'Kapok, kan?'

"Makasih, sayang." Entah mengapa Naima mengecup pipi Ferdi. Ferdi dibuat benar-benar salah tingkah, Naima pinter banget  di bagian 'Reff.'

Kemudian, batuk Bram semakin menjadi. "Saya permisi dulu ke belakang."

Lisa mungkin heran liat suaminya lebih banyak diam dan sedikit berubah. Sementara Bram ke belakang, entah mau apa, Lisa dan semua melanjutkan makan.

"Kayaknya hari ini kita balik Fer." Lisa kembali membuka suara. "Kita nginap tadi malam karena ada proyek Mas Bram di kota ini, sekarang Mas Bram yang ditunjuk sebagai direktur oleh Papa, menggantikan aku di perusahaan."

Naima angguk-angguk. Ternyata, inilah alasan Bram tidak jadi menikahinya. 'Hm, pantes si Bram matrealistis, cari yang bening dan kaya!'

"Wah hebat dong, jadi kamu di rumah aja," sambung Ferdi.

"Iya Fer, soalnya lagi hamil muda juga."

"Selamat ya Lis, doakan kami segera menyusul."

Naima dan Ferdi kompak mengucapkan selamat.

Naima pamit izin ke belakang, karena tadi titip pesan ke Bi Ratih untuk buat roti bakar. Sesampai di dapur, dia berpapasan dengan Bram.

"Aku pastikan kamu akan kembali padaku lagi!"

Alis Naima naik sebelah. Apa maksud si Bram ini? Tidak merasa bersalah sama sekali!

Namun, jelas Naima tidak mau. Dia sudah dapat durian premium, kok, kenapa harus kembali ke durian busuk?

"Cuuuiih, aku juga pastikan bahwa kamu tidak bisa dekat denganku walau se-centi, jangan harap!"

"Sekarang kamu bilang begitu, besok kita lihat!" Bram mulai mengancam.

"Kalau kamu ingin bertahan di perusahaanmu, jangan pernah kamu menganggu kami. Aku tidak segan melaporkan semua sikapmu, apalagi istrimu sedang hamil!"

"Aku tidak takut!" Benar-benar buaya darat dan matre si Bram ini. Tidak puas sudah mendapatkan Lisa yang bening dan kaya, eh, mau dapat Naima juga. Mau punya dua istri, gitu?

Bram kembali ke meja makan. Naima dengan perasaan gondok menuju Bi Ratih untuk mengambil roti bakarnya.

Begitu sampai di meja makan lagi, Naima benar-benar panas dibuat oleh Bram. 'Laki-laki yang begini harus segera diberi pelajaran supaya tidak semena-mena.'

Tak berselang lama, Bram kelihatan panik.

"Kenapa, Mas?" Lisa bertanya ke suaminya.

"Proyek yang akan kita bahas hari ini dibatalkan."

"Apaaa?! Bukannya itu proyek besar Mas, kamu bisa apa gak sih mengelola perusahaan!"

Uh, seru banget ternyata Lisa orangnya judes juga!

Kapook lu Bram!

****

Tanpa Bram tahu, kegagalan proyeknya malam itu disebabkan oleh Ferdi, bos terkotek-koteknya. 

"Pak Rafa, coba cari rekam jejaknya Bram Erlangga, suami Lisa sepupu saya, saya tunggu 1x 12 jam." 

"Baik Pak Ferdi, segera saya laporkan."

Pak Rafa adalah sekertaris keluarga yang bekerja sangat cepat. Diam-diam, Ferdi sedikit geram melihat sikapnya Bram ke Naima, sekali-kali harus diberi pelajaran.

 Tidak lama, Pak Rafa menelepon.

"Gimana, Pak Rafa?"

"Dia sekarang menjadi Direktur menggantikan  Bu Lisa, Pak." Pak Rafa mulai menjabarkan. "Dan sekarang sedang menangani proyek besar, sepertinya dia main belakang juga untuk mendapatkan proyek ini."

"Kalau begitu, arahkan semua untuk menggagalkan proyek itu."

"Siap Pak!"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rastri Quinn
Bram gak nyadar apa ya. Lawannya bukan cuma Naima, tapi Ferdi juga. Dia pikir Ferdi bakalan diem aja sepupunya dipermainkan. Ohooo, tidak semudah itu Ferguson
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status