Bram sepertinya menyadari dan terlihat kaget sekali melihat Naima mesra dengan suaminya. Naima terus merangkul Ferdi.
Perubahan sikap Naima itu membuat Ferdi bingung dan salah tingkah. Sekarang yang lebih agresif justru Naima. "Ini suamiku, Fer." "Saya Ferdi, sepupunya Lisa." "Saya Bram." Mereka kenalan, Naima terus merangkul suaminya, seperti sepasang kekasih yang takut ditinggal. Ferdi benar-benar dibuat salah tingkah. "Genit banget sih Dek, kalau pengen bilang aja?" Ferdi berbisik-bisik.
Naima menahan kedikannya. ‘Apaan pengen-pengen, gak kebalik, Bang!’ "Bisik-bisik apaan sih Fer, takut banget istrinya jauh-jauh."
Kali ini Bram yang mulai salah tingkah. Naima terus memegang tangan Ferdi, seperti takut banget suaminya jauh-jauh darinya. Naima lebih semangat merangkul Ferdi setelah melihat gelagat salah tingkah Bram. Dia harus tunjukkan bahwa Ferdi adalah jodoh terbaik. Bukan Bram, laki-laki pengecut dan tidak bertanggung jawab itu. Ya, hanya laki-laki pengecut yang meninggalkan mempelai wanitanya ketika hari H akad nikah.
Ayo Naima! Semangaaat! Jangan kasih kendor si Bram! "Buka hapeku, cepat!" Naima berbisik. "Apaaan!" "Buka pokoknya." Ferdi langsung membuka HP-nya. [Suaminya Lisa itu adalah mantanku yang kabur itu, tooloong! Aktingnya harus oke!] Hahaha.... Eh, kenapa jadi dia yang ketawa. "Ada apa Fer? Sudah lama Papa tidak melihatmu tertawa seperti itu."
Papanya Ferdi yang juga sudah ikut bergabung itu terheran-heran. "Gak Pa. Biasa pengantin baru, Papa kayak gak tau aja."
Sementara Naima hanya mesam-mesem, mendukung jawaban Ferdi Supaya acting mereka lebih meyakinkan.
"Lisa, udah berapa bulan nikahnya?"
Eh, kenapa jadi Abang Ferdi yang mulai jadi detektif Conan? "Sudah 6 bulan Fer, 6 bulan ya, Mas Bram?" "Iya, 6 bulan," jawab Bram. Terlihat sekali dia ragu menjawab. Cuih, ternyata dia pergi alasannya karena ada yang lebih bening toh? Kalau bisa, Naima pengen ngumumin se-RT biar si Bram digebukin! "Oo, ternyata udah lama juga ya." "Iya Fer, kami sudah pacaran 1 tahun. Jadi daripada lama-lama, ya, kita nikah saja." ‘Apaaa??? Satu tahun? Gila emang! selama ini aku dikadalain, dia selingkuh di belakangku.’
Naima terus merutuk dirinya yang sudah percaya dengan lelaki buaya darat ini. "Oo ... begitu ceritanya?" "Kenal sama istrimu di mana Fer, kok gak asing ya?" Ferdi melirik sekilas. Sueer, pengen copot nih jantung dibuat. Sementara, ekspresi Ferdi tidak berubah. Kalau acting, dia mah jagonya, asli … tulen! "Istriku ini dulu sekertaris di kantor, Lis. Kepintaran dan semangatnya bekerja membuatku merasa nyaman. Dia pokoknya selalu ngangenin, jadi gak bisa berjauhan sedikitpun dengannya."
Sueer, mo copot ini jantung, romantisnya aduhai banget Abangku! "Uhuk, uhuk!" Bram batuk, biarin! Biar keselek sekalian! "So sweet banget kamu Fer, sejak kapan jadi romantis kayak gini, Hahaha..." "Sejak ada Naima Ningrum." Adegan menatap dan mengenggam tangan. "Uhuuk, uhuuk." "Kenapa Mas? Kok batuk terus?" Lisa kaget liat suaminya Kapok lo Bram!! **** Rencananya Lisa dan Bram akan menginap malam ini. Naima benar-benar tidak nyaman. Jujur, marah dan sakit hati bercampur jadi satu. Rasa malu yang Bram buat di hari bahagianya membuat Naima belum bisa melupakan kejadian 6 bulan lalu.
Bram benar-benar membuat aib keluarga, sampai semua orang menganggap Naima seperti aib di kompleknya. Ucapan-ucapan yang tidak enak pun keluar dari mulut semua orang. Benar-benar dibuat sakit hati oleh si Bram dan keluarganya. Jangankan minta maaf, dia kabur dan tidak ada kabarnya sama sekali. Mengingat kejadian itu, Naima masih sakit hati. Ferdi sepertinya tau isi hati Naima, tapi dia terlihat cuek saja. Naima juga malas mengungkit kembali. Baginya saat ini, Bram sudah tidak ada artinya, masih mending bos tekotek—koteknya, walau ngeselin masih bisa setia.
Ciyee Naima, udah mulai ada rasa ya! "Setelah sholat, kita turun ya, makan malam." "Hooh..." Kalau di kamar mereka dingin kayak es batu. "Aktingnya bagaimana?"
Ciye, si Abang tumben cair. "Tingkatkan lagi, kurang di reff tadi." "Reff, reff, emang aku ini penyanyi idol!"
Hahaha, kocak juga Abang ini, gemes kalau lagi lucu. "Ayo turun, sudah ditunggu Lisa dan suaminya." Akhirnya mereka turun. Kali ini Bos tekotek-koteknya benar-benar mesra, merangkul istrinya berjalan sampai meja makan. Sesampai meja makan, tak lupa Ferdi menyiapkan kursi untuk Naima, Bram dan istrinya sampai dibuat terkejut-kejut. Papanya hanya bisa tersenyum melihat kemesraan anaknya. "Silahkan duduk, Sayangku." "Terima kasih, Sayang." "Ciyee, Fer, uwwu banget sih. Kita dibuat cemburu, nih." Lisa melirik Bram yang salah tingkah, karena terus memandang Naima, rasain!! Dengan mesranya Naima menyiapkan Ferdi makanan, semua lauk dia ambil. Sesekali menanyakan mau Ferdi yang mana, sambil adegan menatap cinta dengan suaminya. Bram benar-benar dibuat salah tingkah, emang enak!! "Fer, katanya mas kawinmu 25 ribu US dollar, itu ada angka cantiknya gitu?" "Oh, yang itu. Sebenarnya pengen nambahin 72 ribu US dollar, tapi istriku ini tidak mau, cukup 25 ribu saja seperti angka tanggal jadian kami."
Apaa? 72 ribu Dollar? Ah, si Abang, mau ngalahin artis yang baru nikah kemarin ya, bang! Hahaha ... "Ciyeee, asli kalian ini serasi banget." "Sebenarnya pakai Dollar, karena ada sejarahnya Lis."
Apaan Abang, iniih! "O, Ya, Fer, sejarah apa? Jadi kepo liat kalian yang sangat serasi ini, pemandangan yang sangat langka." "Sejarahnya, istriku ini pernah sakit hati dan keluarganya mengeluarkan biaya tidak sedikit. Jadi aku ingin mengganti semuanya, tapi Naima hanya mau segitu, padahal kalau mau lebih pun aku kasih." "Uhuk, uhuk."
Sekarang Naima dan Bram yang batuk. Ferdi ini pinternya aduhai. Maksudnya biaya pernikahan yang dihancurkan si Bram! Ide darimana coba, dia ungkit-ungkit soal itu? Benar-benar, kalo akting jangan diragukan lagi pokoknya! *** Setelah makan malam, Naima duduk di taman depan rumah, lebih tepatnya menghindari si Bram. Dia menahan nafas berkali-kali sambil mengingat kenangan yang pahit, sakit hati, merutuk dirinya yang sangat percaya dengan Bram. Ternyata dia selingkuh di belakang. "Hebat kamu, ya, Nai!"
Bram tiba-tiba menghampirinya. Liat mukanya aja malas, kenapa coba dia datang! "Sudah bisa dapatkan Ferdi, Hebat banget kamu Nai, dapat yang lebih kaya!" Dia memang berbakat membuat orang sakit hati! "Alhamdulillah, selain Ferdi kaya raya, dia juga laki-laki setia, tidak sepertimu! Satu hal yang aku syukuri di dunia ini adalah tidak jadi menikah denganmu!" "Cuiih, bilang saja kalau kamu dekat dengan Ferdi karena dia kaya."
Mulutnya memang tidak pernah disekolahkan, sampai ringan banget membuat orang sakit hati. "Yang jelas Ferdi itu jauh lebih baik, setia dan bertanggung jawab!" Asli pengen nampar si Bram ini! Tiba-tiba Ferdi datang dan memeluk Naima. "Darimana saja? Aku mencarimu kemana-mana."
Naima berjengit, kaget. Sepersekian detik, dia sempat terbawa suasana, sebelum akhirnya menyadari sesuatu.
Tunggu dulu ini gak akting kan, bang! Pelukannya terasa beda. Sementara itu, Bram terkejut melihat adegan mesra Naima dan Ferdi. Naima yang tadinya kaget, melembutkan lagi ekspresi wajahnya. Puas dia melihat Bram tertohok karena acting Ferdi yang luar biasa. Kapok Lo, Bram!
Naima dan Ferdi kembali ke rumah yang selama ini mereka tempati. Kehidupan mereka berjalan normal sama seperti pasangan lainnya. Ferdi semakin semangat dalam mengembangkan amanah sebagai CEO. Si kembar tumbuh dengan sehat. Tanpa terasa usia si kembar sudah enam tahun. Ferdi semakin mesra dengan Naima. Seiring berjalannya waktu mereka seperti tak terpisahkan. Ferdi yang begitu sayang terhadap istrinya menjadikan setiap hal sebagai momen mereka berdua. Semua iri melihat pasangan ini yang semakin hari semakin romantis."Hari ini abang ada meeting, diam di rumah, ya," ucap abang Ferdi padaku."Iya, Bang. Dua jagoan kita juga hari ini libur sekolah." Kebiasaan Ferdi selalu mencium istrinya sebelum berangkat kerja. Kemesraan setiap saat itulah terkadang membuat Naima tak ingin Ferdi berlama-lama di luar.Si Kembar ditemani pengasuhnya yang jaga. Meski begitu, Naima tetap memantau secara dekat. Bagi Naima anak nomor satu, zaman yang begitu canggih ini membuat siapa saja berani nekat. Naima
Suasana sangat mencekam, para preman itu semakin ramai dan makin brutal mengejar mobil Ferdi. Jumlah mereka sangat banyak, di tengah-tengah kecemasan itu Aryo menelpon."Pak di ujung ada pertigaan, langsung belok kanan, ya. Ada polisi yang menunggu di sana.""Oke, Aryo." "Jangan ke luar mobil, Pak. Usahakan tetap di dalam mobil kami juga sedang mencari bala bantuan.""Oke, Aryo!" Ferdi terlihat mulai tegang, mau tidak mau mereka harus berkejaran dengan preman yang jumlahnya lebih besar."Apa Aryo bilang, pak?" tanya salah satu tim yang ikut Ferdi."Belok kanan, ada polisi.""Oke, pak. Pegangan kita ngebut." Ferdi hanya mengangguk.Akhirnya benar-benar menggunakan kecepatan tinggi, untungnya yang supir sudah terlatih meski harus berkejaran dengan mereka. Pertigaan yang dimaksud ternyata masih jauh, Ferdi memegang pintu karena dipukul oleh para preman. jumlah mereka lebih banyak dan mereka sangat terlatih untuk menyerang lawannya."Pak, menunduk!" mereka mulai memukul pintu kaca mobil
Ferdi dan Naima turun dari mobil di sambut rasa terkejut semua warga yang ada di komplek nya. Papanya Ferdi juga sudah tiba di lokasi. Dengan rasa yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata Ferdi mengikuti papanya dari belakang."Ini adalah kado dari papa untuk cucu papa, Ardi dan Ardan." Ferdi hanya menitikkan air mata."Papa sudah mengirim pengacara untuk mengurusi rumahmu, Fer. Jadi untuk sementara tinggal di sini dulu, ya. Anggap penebus apartemen milik Naima yang kamu jual.""Pa ...." Ferdi tidak bisa menahan tangisnya, orang tua yang luar biasa bagi Ferdi."Fer, papa tidak punya siapa-siapa selain kalian, siapa yang akan mewarisi semua hasil jerih payah papa kalau bukan kalian. Anak, cucu dan mantu papa. Bahkan jika diperlukan badan ini papa kasih untuk kalian." Naima ikut terharu melihat papa mertuanya yang luar biasa Di tengah-tengah rasa haru, MC menyambut kedatangan mereka, semua bersuka cita menyambut Ferdi dan keluarga."Inilah pemilik baru rumah ini pak Ferdi Sanjaya."
Sedang sibuk memainkan pikirann, tak berselang lama ada yang mencari dirinya, tetangga yang julid masih bertahan ingin terus mempermalukan dirinya. Luar biasa memang ibu-ibu di sini, selama ini Naima jarang bersosial dengan tetangga ketika di rumah Ferdi karena memang komplek elit jarang pemilik rumahnya ngumpul di luar sebagian mereka adalah pengusaha, Naima bahkan tidak pernah melihat rupa tetangganya di samping.Naima terkejut karena ternyata Bik Ratih yang menemuinya."Bi Ratih ....""Non ...." Bi Ratih memeluk Naima seperti seorang ibu yang sangat rindu dengan anaknya."Bibi dapat alamat ini darimana?" tanya Naima."Bibik satu bulan mencari Non sama pak Ferdi, untungnya Bibik mendapat alamat ini dari Dinda.""Ya Allah Bik, kenapa mencari kami?" tanya Naima."Bibi dihantui rasa bersalah apalagi berita yang bibik baca tiap hari bikin dada sesak.""Alhamdulillah kami sehat, Bik. Ayo masuk dulu, biar kita ngobrol di dalam." Naima menghindari tetangganya yang masih berada di depan."
Kehidupan selalu mengajarkan kita arti dewasa. Membangun mahligai rumah tangga diibaratkan tangga yang kita naiki satu demi satu, tidak selalu mulus karena sakinah itu butuh kesetiaan dan kepercayaan yang kuat terhadap pasangan.***Suasana komplek teras lebih sejuk hari ini, Ferdi terlihat mempelajari laporan demi laporan yang diberikan Aryo, sesekali dipandang istrinya yang sedang menggendong si kembar. Tatapan matanya selalu menumbuhkan rasa cinta yang mendalam. Abang adalah suami idaman yang selalu menundukkan pandangan dan siaga di setiap waktu yang ada."Kenapa mandang abang begitu, sayang?" Ferdi mendekat dan mencium kening istrinya, tidak lupa Ardan yang digendong mendapat kecupan mesra dari ayahnya."Terima kasih untuk rasa yang ada, sayang.""Aku yang berterima kasih padamu, sayang. Selalu menumbuhkan cinta yang mendalam dihati ini setiap saat. Tetaplah menjadi permaisuri di hati abang." Naima membalas rangkulan suaminya merasakan sakinah bersama, meski ujian selalu datang b
Aryo dan tim IT langsung bekerja, mereka menyusun rencana terlebih dahulu. Namun, kedatangan Aryo dan tim sebenarnya bukan untuk membahas rancangan perusahaan baru Ferdi, melainkan membuka kecurangan dari Bram dan istrinya--Lisa."Pak menurut saya lebih baik pak Ferdi fokus mengembalikan nama baik terlebih dahulu, setelah itu kita rilis perusahaan baru ini." Aryo benar, menurut Naima cuma buang-buang uang dan energi, jika persiapan tidak maksimal."Tapi bagaimana caranya, yo?" Aryo tersenyum sembari mengeluarkan bukti-bukti yang telah dilakukan Bram dan komplotannya."Lusa perusahaan bapak resmi menjadi milik Bram, kita tidak punya waktu banyak.""Jadi kalian ke sini bukan membantu rilis rancangan perusahaan yang ingin saya buat.""Bukaaaan ...!" mereka kompak berseru. "Hm, kirain kalian ke sini membantu. Oke dah kalau begitu kapan kita mulai permainannya?""Sekarang pak Ferdi ...!!" kompak Aryo dan tim berseru.Menurut cerita Aryo, Lisa sudah merancang sejak lama dengan suaminya unt
Usaha yang tidak membuahkan hasil membuat Ferdi akhirnya mulai melamar pekerjaan. Sedikit tertekan karena beberapa perusahaan tempat dia melamar ikut menghujat dan menghinanya. Padahal, mereka sebagian tahu bahwa Ferdi dikhianati oleh rekan bisnisnya. Begitulah kejamnya dunia bisnis ketika berada di atas dipuja, tapi ketika berada di bawah harus siap dihina bahkan tidak dianggap sama sekali."Sebaiknya pak Ferdi melamar di tempat yang lain." Begitu ucapan setiap Ferdi melamar. Walau Feri merasa aneh, tetapi dia optimis semua akan indah pada waktunya."Terima kasih, Pak." Ferdi sadar diri tak membalas kata-kata yang begitu terkesan pedas menurutnya.Hari ini Ferdi pulang membawa kegagalan lagi, berada di titik nol memang harus siap mental. Kata-kata yang tidak pantas begitu mudah dilontarkan, kadang ketika kita butuh bantuan bukan malah dibantu, justru dihujat dan dihina begitu saja dengan mudah. Namun, Ferdi percaya pasti akan ada selalu orang baik ketika kita melakukan kebaikan. Hidu
Di dalam kontrakan Ferdi dan Naima benar -benar hidup apa adanya, Naima memang sangat pandai mengelola keuangan. Ketika Ferdi memberikan semua sisa uang yang ada, Naima langsung mengelolanya dengan sangat baik."Ada saatnya kita di atas dan ada saatnya kita di bawah, sayang." Ferdi memeluk istrinya menyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Naima hanya mengangguk mendengar semua nasihat dari suaminya. Beberapa aset sudah di jual untuk membayar semua hutang yang tersisa. Ferdi benar-benar di titik nol, memulai dari awal lagi."Ujian rumah tangga itu kadang bukan dari kesetiaan, melainkan bisa harta benda dan kesehatan. Yang paling mahal dari semua ini adalah kesehatan. Melihat si kembar tidak kurang kasih sayang dan istri abang yang manis bisa sehat kembali itu adalah anugerah yang luar biasa bagi abang." Naima menitikkan air mata melihat suaminya yang terbiasa hidup mewah jauh lebih kuat dibandingkan dirinya.Tebusan rumah sakit Naima memang sangat besar, ruangan dan obat-obatan se
Naima turun dan melihat banyak tamu sosialita nya Lastri. Penampilan Lastri pun berubah. Kelihatan sekali hidupnya yang penuh dengan kemewahan. Beda jauh dari Lastri yang dulu, Lastri yang polos dan lugu. Lebih tepatnya pura-pura demi melancarkan aksinya. Naima baru mendengar cerita dari mamanya, bahwa Lastri memang penipu kelas kakap berani menghalalkan segala cara demi kepuasannya tersampaikan, menyesal telah memberinya ruang waktu di rumah ini.Mereka sedang berkumpul di ruang tamu, ada yang bawa berlian, dan segala pernak pernik sosialitanya, Naima hanya menguping pembicaraan mereka sebelum memulai misinya."Jeng, rumahnya besar banget. Enak, ya, punya suami kaya.""Iya, suami CEO memang sangat menjanjikan," ucap Lastri. What? Jadi dia menceritakan ke semua orang bahwa dia adalah istrinya si Abang?"Jeng Las, mana, sih, suamimu? Selama kami ke sini tidak pernah terlihat.""Dia sibuk di kantor, biasa akhir tahun begini banyak yang harus di selesaikan.""Enak sekali, sih, hidupmu,