Share

Bab 3 Dijebak

Author: A mum to be
last update Last Updated: 2022-10-01 16:04:34

Sadar bahwa posisinya sedang dalam keadaan tak aman, Rena semakin melangkah mundur. Selang beberapa detik kedua bulu mata lentiknya bergerak cepat membuat kerjapan berkali-kali. Tubuhnya sudah mendarat sempurna di atas sofa. Beruntung lengan kanan Pak GM menyanggah ke sandaran tempat yang empuk itu. Entah apa yang terjadi kalau keduanya bertubrukan secara tak sengaja barusan.

Dengan susah payah gadis itu berusaha bangkit hingga berhasil membuat tubuhnya tegak berdiri. Helaan napas lolos begitu saja saat dirinya berhasil bergerak sedikit menjauh dari sang mantan sekaligus atasan tertingginya saat ini.

“Kenapa hmmm?? Kau terkejut 'kah?” tebak Bara dengan posisi bersidekap.

Dia tersenyum miring memandangi tubuh mungil Rena yang putih dan menawan itu. Merasa ditatap dengan keanehan jelas membuat sang empu tak nyaman. Dia tak tahu harus mengatakan apa. Menyapa atau malah kabur dari sang GM yang berkuasa penuh di tempatnya bekerja. Keduanya jelas merupakan pilihan yang membingungkan bagi Rena.

“Ma-af, apa yang perlu saya lakukan?” tanya Rena usai mengumpulkan keberaniannya.

Bara mengulum senyuman tipis, “Tidur denganku.”

Rena terhenyak sembari membolakan mata. Seketika wajahnya berubah merah padam hingga membuat kedua tangannya mengepal sempurna.

“Why? Enggak usah sok suci, sok polos gitu. Katakan berapa yang kamu minta. Saya bisa penuhi apa yang kamu mau. Bahkan gaji 30% kamu itu akan berubah dalam hitungan detik,” ucapnya straight to the point.

“Maaf, Pak. Saya —”

Ucapan Rena terjeda saat Bara berusaha menyentuh pundaknya. Refleks sang gadis menepis tangan kekar itu.

Sang atasan segera menggeram hingga tertawa dengan riangnya. Tentu saja gadis itu semakin bingung dengan tingkah laku absurd sang GM. Apakah dia benar-benar sudah tak waras?

“Ternyata keputusanku balik dari London benar, Sayang. Kamu sekarang ada dalam genggamanku. Beruntung juga kamu ada hutang ke perusahaan dan mengacaukan acara malam tadi.” Bara menatap nyalang perempuan yang selama ini memang masih bersarang di hatinya.

Hanya decakan pelan yang keluar dari mulut Rena. Dia bahkan merasa sudah terjebak di kandang harimau. Tak ada gunanya kabur selain menerima terkaman dari sang GM.

“Mau Kakak ....” Rena menghentikan ucapannya lalu mengatupkan bibir seketika.

“Mau kamu apa?” lanjutnya usai menyadari sesuatu.

Ini merupakan kali pertama dia mengucapkan kata ‘kamu’ pada lelaki yang ada di depan matanya sekarang. Beruntung gadis itu tak lancang melanjutkan ucapan ‘kakak’ untuk memanggil Bara.

“Mudah saja. Kau hanya perlu menemaniku tidur. Setelah itu kau akan mendapatkan apa yang kau mau,” jawab lelaki pemilik senyum dimples itu.

Rena terkekeh pelan, “Segitunya terobsesi sama aku ya. Enggak nyangka ternyata kamu belum move on juga. Padahal aku cuma anggap hubungan kita sekadar cinta monyet.”

Bara berdecih, “Whatever. Aku cuma penasaran aja sama tubuh kamu yang dipake Jeno. Let me know, Ren. Gaya apa favorit kamu? Misionaris, woman on top, doggy style. Yang mana hmmm?”

“Ups, sorry. Sayangnya kamu bukan tipe aku. I’m not interested in you anymore,” ucap Rena sambil mengerdipkan matanya.

Langkah kakinya yang hendak berjalan menuju pintu keluar mendadak terhenti saat lengannya dicekal kuat oleh sang mantan.

“Jangan lupa nanti sore, dandan yang cantik.”

Kedua alis Rena saling bertaut. Dia memicingkan mata sejenak lalu menyorotkan pandangan heran pada Bara. Apa maksud perkataan sang GM? Begitulah yang ada di benak gadis itu. Rena sengaja menyelipkan rambutnya ke belakang telinga karena tak ingin sesuatu menghalangi indera pendengarannya kali ini.

Baru saja Rena hendak membuka suara, sang atasan sudah memberikan kode lewat lirikan matanya pada sebuah map yang terletak di atas meja. Berkas yang sudah ditandatangani oleh Rena sendiri tentunya.

“Sudah jelas ‘kan?” Bara menaik-turunkan alisnya sembari tersenyum licik.

“Is it trap?” Tangan gadis itu gemetar.

Mulutnya seketika menganga seolah tidak percaya pada apa yang tertera di lembaran terakhir perjanjian itu. Salahnya memang karena tidak meneliti lebih lanjut sebelum membubuhi tanda tangannya sendiri.

Jebakan Bara lagi-lagi berhasil. Lelaki itu sudah menampakkan deretan gigi putihnya yang rapi.

“Tadi malam isi perjanjiannya enggak gini. Kamu ...Ah,” decak Rena yang hampir frustrasi.

“Well, ini akan jadi hal yang menguntungkan buat kamu juga. Enggak usah nunggu dua tahun. Cukup tiga bulan kamu jadi sekretaris aku dan setelah itu pergi dari kawasanku. Is it so easy, isn’t it?” ucap Bara sambil menyunggingkan senyumnya.

“Tapi —”

“Cukup. Kau bisa pergi sekarang. Cepat temui Jenny sekarang,” ucap Bara yang segera membalikkan punggungnya.

Rena kalah. Dia hanya bisa menghentakkan kakinya lalu keluar tanpa berpamitan pada sang GM.

‘Aku akan balas semua rasa sakit hati ini, Ren. Kamu yang udah ngancurin hidup aku dengan semua kenangan palsu yang memuakkan itu,’ gumam Bara membatin diri sambil menumpukan kedua tangannya di atas meja kerja.

Sebenarnya Bara tak percaya dengan apa yang ia lihat sebelas tahun yang lalu. Namun banyak berita miring yang sengaja dibuat-buat oleh Rena hingga menjadikan Bara begitu membencinya. Termasuk rumor yang menyatakan bahwa sang mantan rela menjual dirinya demi uang semata.

Di saat yang bersamaan Rena sedang melipat tangannya sembari menaikkan dagu. Senyuman miring terbit seketika saat Jenny-sang sekretaris GM melihatnya penuh dengan kekesalan.

“Belum puas tidur sama pak direktur? Gimana caranya kamu bisa gantiin aku dalam sekejap? Pake pelet apa kamu sampek enggak jadi dipecat??” cecar Jenny dengan pertanyaan bertubi-tubi.

Bukan Rena namanya kalau tak membalas ucapan yang sering dia dengar. Bukannya berusaha meluruskan kebenaran, dia malah sengaja memancing sang lawan dengan cibiran pedasnya.

“Kenapa? Kamu iri? Kasihan sekali, skin care kamu enggak berguna sama sekali. Meskipun tubuhku sering dijamah namun selalu dikangenin. Sedangkan kamu? Ckck,” decak Rena sambil memutar malas bola matanya.

Sukses sudah Rena membuat Jenny tersulut emosi. Sang sekretaris GM yang sebentar lagi akan berpindah posisi itu hanya menghela napas pelan.

“Kamu enggak usah banyak bicara. Kasih tahu aku apa yang harus dilakuin nanti sore,” ujar Rena saat Jenny hendak mengeluarkan umpatannya.

Dengan terpaksa perempuan itu mengalah. Kini keduanya duduk saling berhadapan. Selang beberapa menit Rena berdiri saat tangan Jenny mulai beralih pada beberapa file yang ada di lemari bagian timur meja kerjanya.

“Jadi selama sebulan kita bakalan sering jumpa?” tanya Rena seraya menyibakkan rambutnya.

“Iya, terpaksa. Jadi sekretaris itu sebenarnya mudah kalau kita pake otak. Beda sama kamu yang dapetin jabatan modal badan doang,” cibir Jenny seolah bisa melanjutkan ucapannya yang sempat diurungkan tadi.

Rena menggeleng pelan, “Let you see soon. Pelayananku aja plus-plus ke pak direktur, apalagi khusus buat pak GM.”

Tatapan sengit keduanya terhenti saat melihat sang GM melirik sekilas lalu meninggalkan mereka begitu saja.

“Tunggu, Pak. Saya ‘kan calon sekretaris, tentunya boleh merasakan di lift khusus petinggi bukan?” ucap Rena seraya berjalan santai ke samping sang GM.

Lelaki itu menghela napas pelan, “Well, jangan ubah penampilan kamu, Nona Rena. Tetaplah berpakaian seksi biar banyak calon investor yang merasakan dirimu.”

“Apa maksudmu hah??”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 109 Tujuan Pernikahan (Tamat)

    Rena tampak begitu anggun mengenakan kebaya putih dengan desain yang terlihat elegan membungkus tubuhnya. Sang Mami menuntunnya berjalan menuruni gundukan anak tangga tanpa melepas tangannya sama sekali. Gugup. Itulah yang tengah dirasakan oleh gadis cantik tersebut. Dirinya didudukkan tak jauh dari sang pria yang sebentar lagi akan melaksanakan ijab kabul dalam hitungan menit. Tak ubahnya dengan Rena, Bara bahkan tak berani menatap sang calon istrinya itu karena sibuk mengingat lafal yang dikatakan Pak Penghulu tadi. Jelas dia tak mau mengulang kesalahan saat melangsungkan ikrar suci pernikahannya nanti. Jadilah sang GM Erlangga Hotel tersebut memilih untuk menundukkan pandangan.“Bagaimana? Apa ada lagi yang mau ditunggu?” tanya Pak Penghulu. Kedua pihak calon mempelai pengantin sepakat untuk memulai proses akad nikah. Karena tak ada keluarga dari pihak sang Papi yang tersisa, jadilah wali hakim ditunjuk untuk menjadi perantaranya.

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 108 Harus Dipercepat

    Singkat, padat dan jelas. Itulah yang diutarakan Tita barusan. Istri Tora yang semula bersifat kasar dan egois itu menggenggam tangan Rena lalu membawanya menyentuh perut yang sedikit membuncit. “Kita besarkan anak ini sama-sama ya, Ren.” Rena masih bergeming. Kedua matanya berkaca-kaca karena tak tahu harus mengatakan apa untuk membalas permintaan sang calon Kakak Iparnya. “Kamu mau ‘kan? Anak ini akan punya dua orang ibu dan ayah. Dia pasti senang sekali,” gumam Tita. “I-iya, Kak,” jawab Rena akhirnya. Lantas keduanya saling berpelukan untuk menyalurkan perasaan kasih antar sesama wanita. Tak berapa lama Bara pun datang untuk memisahkan mereka. “Cepatlah, Sayang. Nanti kamu akan terlambat,” bisik Bara kemudian. Rena mengangguk pelan. Senyumnya mengembang sempurna ketika menuruni eskalator yang menjadi fasilitas menuju langkahnya ke arah gate maskapai penerbangan. Sang Mami mengusap pelan lengannya untuk memberikan ketenangan. *** [“Lihat nih! Kakak udah bisa main

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 107 Mari Menabung Rindu

    “Aku percayakan semua sama Kakak aja ya.” “Enggak. Pokoknya Kakak mau kita yang urus sendiri untuk itu,” putus Bara yang sama sekali tak ingin mendengar adanya bantahan. “Please, Sayang!” Wajah puppy eyes dan penuh harap dari seorang Adibara Erlangga membuat Rena mengangguk sambil mengulum senyum. Tak pelak dia bergerak untuk melepaskan sabuk pengaman yang masih melekat di tubuh sang tunangan. CUP! “Makasih, Sayang,” gumam Bara tepat setelah gadisnya hendak beringsut mundur. “Enggak mau balas hemm?” “Enggak,” tolak Rena cepat. “Yang ada nanti kita enggak masuk-masuk. Tuh lihat Papa udah berdiri di balkon sana!” “Alasan saja,” cibir Bara. Rena seolah menulikan indera pendengarannya. Lantas membuka pintu mobilnya dengan segera. Pemandangan yang pertama kali dilihat membuatnya mengerling malas. Ada Tita yang tengah duduk bersantai di ruang tamu sembari menikmati susu hamilnya. “Jangan hiraukan dia. Ayo masuk!” “Enggak, Kak. Aku pulang saja ya.

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 106 Hari Nostalgia

    Pemandangan hijau nan asri membuat senyum Rena merekah sempurna. Gadis itu memapah sang tunangan dengan tangan kiri yang menenteng sebuah keranjang berisi kotak bekal yang dibawanya dari rumah. Parfum dengan aroma citrus blossom yang menguar dari tubuh tunangan Bara tersebut seolah menyatu dengan alam. Segar dan membuat perasaan yang menghidunya jadi menumbuhkan kesan positif. “Anaknya Tante Cintya itu emang top kasih terapi ke Kakak. Buktinya bisa terapi,” gumam Rena sambil tersenyum. “Suaranya mirip nyamuk. Melengking dan menyebalkan. Makanya mau tak mau Kakak terpaksa menurut saja,” kekeh Bara yang kini sedang menaik-turunkan pergelangan tangan kanannya. “Kalau enggak kayak gitu aku yakin Kakak pasti sembuhnya lama. Entar kalau kita nikah mana bisa gendong aku untuk photo shoot,” kata Rena sambil menahan tawanya. “Bisa. Harus bisa dong,” kata Bara dengan penuh keyakinan tingkat tinggi. “Dalam waktu dua bulan ke depan kamu akan lihat Kakak bisa kembali seperti dulu

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 105 Persiapan LDR

    Istri Tora yang merasa tersinggung itu hendak maju untuk menyerang Sandra, akan tetapi langkahnya terhenti ketika mengingat pengalaman pahit kehilangan bayinya beberapa bulan yang lalu.“Lebih baik Kakak fokus pada kehamilan saja. Sudah mau jadi ibu tetapi kelakuannya sama sekali tak berubah,” ketus Sandra yang segera menghilang dari pandangan Tita. Napasnya masih memburu hingga kembali menghampiri Jason yang masih tetap dalam posisi semula. Bahkan saking kesalnya dia merebut gelas pria itu dan menenggak isinya hingga tak bersisa.“Kenapa?” tanya sandra begitu melihat tatapan sinis Jason.“Kau mengambil gelasku,” cibir sang pria.Sandra langsung mengerjap cepat. Lantas memandang gelas kaca miliknya yang masih bersisi setengah. Jelas dia merasa malu bukan main. “Maaf. Aku akan gantikan gelasmu yang lain.”“Tak usah,” ketus Jason segera. Tak pelak dia menatap Sandra yang tampak seperti kehabisan tenaga. “Kau habis cakar-cakaran?” tanyanya kemudian. Sa

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 104- Selangkah Lagi

    Rena segera menoleh ketika mendengar suara ketukan dari arah luar. Lantas dia pun mengangguk seolah memberikan kode pada tim penatas rias yang baru saja memperindah penampilannya.“Kau cantik,” gumam Jason sambil tersenyum. “Papi pasti senang kalau dia berada di sini sekarang.”“Ya. Mungkin saja dia akan menghentikan acara ini. Apalagi kalau Papi tahu akan menikah dengan anak musuh bebuyutannya.”Ucapan barusan membuat Jason terkekeh. “Kau memang sok tahu. Papi mana begitu. Dia akan melakukan apa saja untuk membuatmu bahagia. Bahkan ketika tahu bahwa kau pacaran dengan Bara waktu itu.”Alis Rena langsung naik sebelah. Merasa heran dengan penuturan Jason beberapa detik yang lalu. Lantas Abang angkatnya tersebut menarik kursi agar bisa berbicara lebih lama lagi. Tak pelak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status