Liburan yang singkat telah berakhir, Kayla mengaktifkan ponselnya begitu sampai di bandara. Notifikasi pesan dan sosial media langsung memenuhi layar ponselnya. Kayla mengabaikan semuanya, ia bisa membacanya nanti di dalam taksi.
Aplikasi taksi biru di ponselnya berdenting menandakan pesanannya di terima. Kayla menarik kopernya keluar dari terminal kedatangan. Menyapa singkat supir taksi yang ramah dan mengangkat kopernya ke bagasi. Tanggerang menuju Setia Budi memakan waktu hampir satu jam, sehingga Kayla memanfaatkannya untuk membalas pesan-pesan yang masuk. 'Kapan pulang La? Paling bener ya Lo kabur setelah viral?' Dinda teman satu apartemennya mengirim pesan paling bawah. 'Ini gue udah sampai di Tanggerang.' Balas Kayla dengan cepat. 'Mbak, OMG Lo viral di sosmed.' 'Mbak!! Gawat!! Lo tau selingkuhannya Bang Rendra anaknya Dirut Mbak!' Kayla segera membalas pesan dari Sisi teman kantor nya. Menanyakan bagaimana keadaan kantor setelah dirinya bolos tiga hari. Menunggu balasan temannya Kayla menjawab pesan keluarga dan teman-temannya yang lain dengan pertanyaan yang hampir sama, menanyakan kondisi dan keadaannya. Mungkin ini gila? Setelah viral kemarin, Kayla justru sudah tidak patah hati lagi karena diselingkuhi. Ia lebih patah hati karena saat bangun tidur, Kevin sudah tidak ada lagi di sampingnya. Sedikit perasaan tak rela mencokol di hatinya. Hanya saja Kayla cenderung realistis dengan kemungkinan hubungan mirip one night stand itu tidak mungkin berakhir baik. 'Lo hari Jum'at kemarin dicari sama kepala HRD!' 'Bisa-bisanya Bang Rendra Bangsat itu selingkuh sama anak dirut' 'Mbak, gue kasih info doang, tuh Bang Rendra playing victim. Bilang Lo yang buat dia selingkuh. Apalagi selingkuhannya anak dirut. Semoga besok lo selamat deh mbak.' Kayla tersenyum miris. Lagipula setelah kejadian labrak dan viral itu, Kayla memang menyiapkan surat pengunduran dirinya, akun LinkedIn nya juga sudah diubah keterangannya, Kayla bahkan telah menyiapkan CV baru yang begitu cantik untuk melamar kerja. Siapa yang mau bertahan di lingkungan yang sama dengan mantan pacar yang tukang selingkuh dan toxic? Cukup sudah kebodohan Kayla selama ini. Kayla mendapat telepon dari Dinda setelah membaca pesannya. "Sialan Lo La, buat orang khawatir aja. Jam berapa Lo pulang? Kondisi Lo oke kan?" tanya Dinda dari seberang telepon setelah mereka tersambung. Kayla mengangguk, lupa kalau Dinda tidak bisa melihat anggukan kepalanya itu. "Iya ini baru masuk tol. Weekend ngga mungkin Jakarta ngga macet. Gue udah bahagia kok, tenang aja." jawab Kayla memberi tahu posisinya. "Lo ngga bohong kan La?" tanya Dinda sedikit tidak percaya. "Iya ih! Jemput gue ya di bawah! Gue ngga bawa kunci nih," pinta Kayla. Liburannya terlalu buru-buru dan Kayla hanya membawa yang dibutuhkan saja. Tentu kunci apartemennya bukan masuk ke dalam hal yang dibutuhkan. "Iyee, kabarin aja kalau udah sampe bawah ya neng," suara ngegas Dinda terdengar menandakan jika ia tak lagi khawatir dengan Kayla. "Iya, bye." Sambungan telepon itu terputus. Kayla memutuskan tidur sepanjang perjalanan. ***** "Serius Lo ngga papa La? Wajah Lo pucat kayak orang kurang tidur," komentar Dinda saat mereka sudah di dalam apartemen. Kayla memandang sembarang arah agar tidak ketahuan sedang salah tingkah karena membayangkan kegiatan yang membuatnya tidak memiliki waktu tidur yang cukup selama di Bali. "Iya Dinda. Btw, lowongan data analyst di kantor Lo masih kosong atau udah ada yang isi?" tanya Kayla, ia tidak ingin menunda waktu untuk memulai hidupnya yang baru. "Masih sih, Lo selesaiin dulu aja urusan sama kantor Lo yang lama. Sekalian sama mantan Lo si bangsat dan brengsek itu." "Sebenarnya feeling gue pas Lo pacaran sama dia itu udah ngga enak, apalagi sikapnya yang berlebihan dan aneh. Syukur deh Lo putus, bonus viral pula," ujar Dinda cekikikan karena bisa dengan puas menghina mantan pacar sahabatnya itu setelah sekian lama hanya bisa memendam rasa tidak sukanya dalam hati. "Tobat deh pacaran, bikin sakit hati aja." Dinda mengangguk menyetujui. "Nanti Lo apply aja ya di kantor gue. Lumayan kita hemat ongkos, bisa menghindari ganjil-genap juga." Kayla mengangguk setuju. Tidak sabar untuk menghadapi kantornya besok pagi. Ia pamit untuk tidur pada Dinda. Lagi-lagi membayangkan Kevin yang jadi teman liburannya.Ayahnya adalah pewaris tahta yang gagal naik tahta, diserobot secepat kilat oleh sepupu yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya. Dirinya sendiri adalah seorang anak yang tidak tahu kemana hidupnya harus berjalan, keluarganya terlalu sibuk, tak peduli sesering apapun Natasha mencari perhatian. Tapi Ayahnya menaruh harapan pada Natasha untuk mendapatkan perhatian Kevin sekaligus menjalin hubungan dengan sepupunya itu, agar harta keluarga mereka tidak berkurang dan jatuh ke perempuan asing. Natasha berulang kali menggoda Kevin, sampai-sampai kakaknya muak dan memberi gelar biksu suci pada Kevin. Namun sampai saat ini Kevin tetap bersikap dingin padanya, dan hanya menganggap Natasha adik. Hingga Natasha mengetahui dari Ayahnya jika Kevin telah bersama seseorang, ia pun jadi kebakaran jenggot serta memanfaatkan kasus viral perempuan itu untuk membuat sebuah berita lain yang menjatuhkan nama baik perempuan itu. Jelas, yang Natasha lakukan berbahaya, mengundang kemarahan Kevin. Sampai s
Diantara semua anggota keluarga Santoso, tidak ada yang bisa Kevin percaya kecuali Rama, dan tidak ada pula orang yang Kevin percayai melebihi kepercayaan Kevin pada Rama. Saat dirinya di usir dari rumah keluarga besar Santoso, laki-laki yang usianya sebaya dengan Kevin menyapanya ramah, mengajak Kevin bermain bersamanya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Memberikan uang tabungannya agar Kevin bisa bertahan di ibu kota. Meskipun belakangan Kevin mengetahui jika Rama memiliki niat memberontak dan memanfaatkan Kevin untuk melakukan itu, Kevin menyadari adanya ketulusan dalam bantuan tersebut. Kevin tahu jika Rama begitu menyayangi adiknya tak peduli dengan kelakuan gadis itu, Rama pasti membersihkan nama adiknya secepat Natasha melakukan kebodohan lainnya lagi. Tentu rencananya untuk membuat Natasha jera dengan kelakuannya harus dalam sepengetahuan Rama. Walaupun bisa jadi laki-laki itu tidak mengizinkan. Oleh karena itu sekarang Kevin menunggu Rama di sebuah pub elit yang berada di pin
Dinda menatap galak pada pasangan yang sedang kasmaran di hadapannya. Lagi pula, kenapa pula mereka suka sekali melakukannya di sofa? batin Dinda. Kevin Santoso, komisaris utama Kubik Group. Terpilihnya Kevin sebagai komisaris utama sempat membuat geger jejeran direksi yang menjabat di perusahaan tersebut. Alih-alih generasi kedua yang meneruskan panggung estafet, justru anak yang tidak diketahui adanya, yang tiba-tiba muncul mengambil tampuk kepemimpinan. Dinda tentunya tidak asing lagi dengan Kevin, sebagai orang yang mengikuti kemanapun Rama pergi dan menyediakan segala kebutuhannya, ia sering kali harus berhadapan dengan Kevin, entah sebagai atasannya atau sebagai sepupu dari Rama. Ia juga mengetahui rekam jejak Kevin sebagai perjaka tulen karena Rama acap kali merundung Kevin dengan gelar itu, kadang malah mengkhawatirkan orientasi seksual sepupunya. Well, bagian itu sepertinya tidak perlu dipikirkan lagi, toh Kayla dan anaknya sudah menjadi bukti betapa perkasanya Kevin, belu
"Tadi kamu bilang apa?" Kevin merasa jawaban Kayla hanya mimpi atau justru dia salah dengar karena terlalu terobsesi menginginkan Kayla. Perempuan hamil itu memutar bola matanya malas, memilih keluar lebih dulu dari mobil, sudah amat malu pada supir pribadi Kevin.Sedangkan Kevin masih termenung sejenak di dalam mobil."Pak, Ibu Kayla nya sudah keluar duluan," ingat supir Kevin. "Hah?" Sepertinya kecerdasan Kevin tidak berlaku sekarang, wajahnya memerah karena malu, Kevin mengusap mukanya sebelum kemudian mengejar Kayla yang sedang menunggu lift untuk naik ke lantai apartemennya."Kamu mau menikahkan?" tanya Kevin lagi membuat Kayla berdecak kesal. Bukankah tadi Kevin berbicara panjang lebar agar Kayla menikah dengannya?"Iya Kevin, ayo cepat aku ingin segera mengistirahatkan badanku, punggungku sakit," ajak Kayla menarik Kevin memasuki lift, karena pria itu hanya termenung dan sepertinya tidak memiliki niat untuk masuk jika Kayla tidak menariknya.Kevin memandang bayangan Kayla me
Jantung Kayla berdegup kencang. Ini bukan sebuah lamaran pernikahan, Kayla bingung kenapa wajahnya memerah, mungkin malu karena supir yang melirik dan menguping pembicaraan mereka hari ini. Atau malu pada orang-orang di lampu merah tempat mobil mereka berhenti sejenak, padahal orang-orang itu bahkan tidak dapat mendengarkan apa yang Kevin katakan. "Kev, akuu," gamang, Kayla tidak tahu ingin mengucapkan apa. Ia bingung. "Kay. Malam itu, aku bertindak gila, begitu pula di malam selanjutnya. Aku tidak tahu benar-benar keluar di luar atau tidak, hanya saja sisi hatiku yang lain berharap benihku tumbuh di rahimmu. Pagi itu saat pergi meninggalkanmu aku bahkan sudah membayangkan betapa cantiknya anakku jika kamu yang menjadi Ibunya Kay." ujar Kevin dengan tatapan yang dalam, Kayla mengalihkan pandangannya, tidak ingin terjebak dalam mata yang menyembunyikan banyak rasa. "Aku akui, secara tidak langsung aku menyembunyikan statusku dan membuatmu diterima di Kubik Group karena nepotisme, tap
Dokter rumah sakit itu melihat serius ke arah monitor. Padahal baru dua hari lalu mereka melihat bayi mereka dalam keadaan senang, tapi sekarang suasananya terasa tegang. Terlebih pembicaraan mereka di mobil terputus karena telah sampai di rumah sakit. Kayla meremas tangan Kevin, takut mendengar penjelasan dari dokter, tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk terjadi pada bayinya. "Kondisi bayinya baik kok Bunda. Pingsannya tadi karena tensi Bunda rendah, dan tidak banyai cairan tubuh. Hamil itu harus banyak makan sama minum loh Bun biar adek bayinya kuat di perutnya. Nggak boleh stress juga," jelas dokter. Kevin dan Kayla menghela nafas lega. "Dia nggak mau makan kalau nggak ada saya dok kalau malam. Cuma kalau pagi beneran ngga bisa masuk apa-apa. Tadi juga harus dipaksa dulu sarapannya," cerita Kevin. Dokter spesialis kandungan itu mengangguk paham. "Harus makan ya Bunda. Obat pereda mualnya jangan lupa diminum ya, penambah darahnya juga. Kasian loh adik bayinya kelapara. Ayahn