Tidak ada yang berbicara soal hari terakhir mereka hari ini. Kevin membangunkan Kayla dengan lembut saat matahari sudah cukup terik. Kayla adalah penganut kulit putih sebagai standar kecantikannya, menolak saat Kevin mengajak berjemur.
"Princess Kayla mulai lelah setelah bermalam di alam bebas?" ejek Kevin menggoda. Kayla hanya mendengus mendengarnya, menampilkan raut wajah cemberut yang sontak membuat Kevin tertawa. Ia mendekati Kayla, menguncir rambut yang sedikit berantakan dengan karet gelang yang entah didapatkannya dari mana. "Sabar ya, kita antar dulu tendanya baru pulang ke vila," bujuk Kevin setelah selesai menguncir rambut panjang Kayla. Memindahkan Kayla ke atas tikar yang digelar sembari menunggu Kevin membereskan semua peralatan dan mengembalikannya ke tempat penyewaan. Tak lupa membuang sampah bekas barbeque semalam. "Gendong," Kayla merentangkan tangannya pada Kevin. Sekali lagi Kevin tertawa dengan tingkah Kayla yang lebih manja hari ini. "Aku capek ngeladenin kamu semalam," keluh Kayla. "Apa ada yang sakit?" Kevin bertanya khawatir takut tindakannya melukai Kayla. Kayla menggeleng, menggigit telinga Kevin. Berada dalam gendongan Kevin membuat tinggi mereka sejajar. Kevin mengaduh kesakitan. Kayla tertawa puas dengan tawa yang dibuat terdengar jahat. Mereka menghabiskan perjalanan menuju kereta gantung dengan bercengkrama. Pegawai kereta gantung menyapa mereka dengan ramah. Terlalu ramah yang justru membuat Kayla agak sungkan. Sekali lagi heran dengan fasilitas dan pelayanan seperti ini seharusnya orang-orang mengantri untuk datang. Tapi keheranannya itu digantikan pandangan takjub saat berada dalam kereta gantung. Semalam terlalu gelap untuk menyaksikan tebing curam yang mereka lewati saat ini. Ia menggenggam tangan Kevin, sedikit berlebihan memikirkan bagaimana jika kereta gantungnya mati dan mereka terjebak ditengah-tengah lintasannya yang tinggi. "Apa yang kamu pikirkan dengan otakmu itu Kay?" tanya Kevin penasaran karena tiba-tiba saja Kayla bergedik ketakutan padahal sebelumnya ternganga takjub menyaksikan pemandangan dari atas kereta gantung. "Tak ada, hanya takut terjebak di sini." Sudah menghitung berapa kali Kevin tertawa karena Kayla? Selalu ada hal baru yang ditunjukan perempuan di hadapannya ini. Kevin pindah untuk duduk di samping Kayla, merangkul bahunya. Memberitahu mereka sebentar lagi sampai ke atas. Petugas kereta gantung kembali menyapa ramah. Setelah memastikan Kayla duduk nyaman di dalam mobil Kevin izin untuk menelepon. seseorang. Raut wajahnya nampak serius, mungkin pekerjaan, entah lah, Kayla engga. berspekulasi lebih jauh. Selama Kevin dengannya, baru kali ini ia menggunakan ponselnya selain untuk membayar belanjaan mereka. "Maaf ya menunggu lama," Kevin mengelus pipi Kayla yang dibalas gelengan tak apa. Laki-laki itu cekatan memasang sabuk pengaman untuk Kayla dan cekatan mengeluarkan mobil dari parkiran tanpa melepaskan genggaman tangan mereka. "Hari ini kita mau ke mana?" tanya Kevin meminta pendapat Kayla. "Di vila saja? Aku ingin mencoba 'n*****x and chill'. Dari dulu aku selalu ingin melakukannya." jawab Kayla. "Eh tapi bisa kita mampir dulu ke mekdi? Aku ingin makan ayam goreng. Jadi kamu ngga perlu masak," tambah Kayla lagi. Matanya berbinar membayangkan menonton series yang ia tunggu jadwal tayangnya sambil memakan ayam goreng dan bersandar di dada bidang Kevin. "Baik princess Kayla." Kevin hiperbolis menampilkan ekspresi patuh khas aktor jaman kerajaan yang membuat keduanya kemudian tertawa bersama. Mereka mengantri sebentar untuk layanan Drive thru. Lalu melesat menuju vila. Sepertinya Kayla tak berbohong soal dia kelelahan, karena sebelum sampai vila, perempuan itu kembali tertidur. Pelan-pelan Kevin menggendongnya keluar dari mobil dan membaringkannya di dalam kamar. Kembali ke dalam mobil mengambil makanan mereka dan menyusul Kayla untuk berbaring di ranjang. Well, ia juga masih mengantuk, tak ada salahnya tidur siang. ***** Jam sudah melewati pukul tiga sore saat Kevin dan Kayla terbangun bersamaan, sedikit malas beranjak dari ranjang, keduanya memilih mengobrol kecil sambil mengumpulkan niat untuk mandi. "Pesawatmu besok jam berapa?" tanya Kevin, cepat atau lambat pembicaraan soal kepulangan Kayla akan tetap mereka bahas. "Pagi, jam sembilan tiga puluh. Senin aku harus kerja. Jadi aku ambil penerbangan pagi." Kevin mengangguk paham. "Biar aku antar," tawar Kevin dibalas gelengan. Kayla menolak diantar Kevin, ia tak menjamin tidak ada kesepakatan untuk kembali bertemu jika Kevin mengantarnya. Sedangkan Kayla tidak ingin kenangan indah mereka hancur jika Kayla dan Kevin melewati batas. "Ayam gorengku pasti sudah dingin," gerutu Kayla mengalihkan pembicaraan. Segera keluar kamar dan membongkar paperbag berlogo makanan cepat saji ternama. Mengeluarkan bungkusan makanan di dalamnya, berteriak mengajak Kevin makan siang menjelang sore. Mereka berdua sepertinya tidak disiplin waktu mengingat dua hari dua malam ini melakukan banyak hal sesuka hati tanpa memikirkan sudah jam berapa. Kevin mencuri satu kecupan di bibir Kayla sebelum menggeser kursi dan duduk di sampingnya. Kayla mengendikan bahu tak peduli, dalam dua hari ia tahu sentuhan-sentuhan kecil yang Kevin lakukan adalah ekspresi dan bahasa Kevin padanya. "Sudah lama aku tidak makan ayam goreng," Kayla memejamkan mata saking menikmati makanannya. "Kenapa?" Kevin yakin di setiap daerah negara mereka selalu terdapat gerai ayam goreng ternama ini. Tidak sulit menemukannya. "Rendra, mantan pacarku tidak suka jika aku makan ayam cepat saji. Katanya nanti badanku jadi lebih gendut. Jadi aku menghindari makan yang seperti ini," Kayla mengangkat paha ayam goreng miliknya. "Kenapa begitu? Menurutku justru badanmu cukup kurus. Kalau bertambah sedikit badanmu bisa jadi lebih...." Kevin memperagakan tangannya untuk mendefinisikan bentuk tubuh yang dia maksud, dan membuat Kayla melotot. "Dasar mesum!" Kevin tertawa setelah berhasil menggoda Kayla. Selanjutnya keduanya makan dengan tenang. Sepertinya lupa dengan rencana untuk N*****x and chill. Keduanya justru memanfaatkan fasilitas kolam berenang yang ada di vila. Lebih tepatnya Kevin yang berenang sedangkan Kayla hanya membaca buku yang telah dia bawa dari rumah. Sekali-kali merespon keisengan Kevin yang memercikkan air pada Kayla yang duduk di pinggir kolam renang. Sedikit bosan dengan bacaannya, Kayla menutup bukunya, menonton gerakan renang Kevin yang nampak seksi karena tubuh laki-laki itu cukup atletis. "Kevin, kamu tidak lelah?" tanya Kayla yang membuat Kevin menghentikan aktivitasnya dan berenang mendekati Kayla. Sudah kah Kayla bilang jika Kevin adalah tipe laki-laki yang peka? Bahkan hanya dengan pertanyaan itu saja Kevin tahu Kayla mulai bosan. "Mau berenang bersama?" tawar Kevin. Mengangkat tubuh Kayla dan membawanya ke dalam air. Namun alih-alih berenang, keduanya justru saling membelai menggoda, Sebenarnya sedari tadi Kevin sudah tidak tahan dengan bikini milik Kayla yang menampakkan bagian tubuh favorit Kevin, hanya saja ia tahu Kayla cukup lelah. Sedikit saja sentuhan-sentuhan yang Kayla lakukan berhasil membuat gairah yang tadi sempat surut kembali naik ke inti tubuhnya. "Ahh," desah Kayla saat Kevin meremas payudaranya yang basah karena air kolam sekaligus menyesap pundak Kayla. Mata keduanya menandakan gairah yang besar. Kevin dengan lihat membuka tali pita penyangga celana dalam Kayla. Jarinya menggoda perlahan bagian atas milik Kayla, memainkannya membuat Kayla mendesah menginginkan lebih. Sambil menatap ekspresi penuh nikmat Kayla, jemari Kevin merambat masuk ke dalam milik Kayla, membuat gadis itu melenguh lemah. Andai saja Kevin tidak menyangga tubuhnya, ia yakin Kayla akan terjatuh ke dalam air karena lemas. "ahh," Kevin mendesah saat Kayla meremas pelan gairahnya yang bangkit. Perempuan itu mendorong tubuh Kevin ke pinggir kolam, mengisyaratkan Kevin untuk duduk di tepi kolam yang dipatuhi Kevin begitu saja. Mata Kayla mengarah pada gairah yang membesar itu dan beralih menatap Kevin sebelum akhirnya mendekatkan bibirnya pada gairah itu. "Ngga usah Kay," Kevin melarang padahal tubuhnya merespon dengan memajukan posisinya. "Ayo kita nikmati hari ini sampai nanti malam." Tak kuasa untuk melarang Kayla yang mulai mengecup gairah itu, Kevin mendesah dan justru mengelus kepala Kayla yang maju mundur memasukkannya ke dalam mulut hangat Kayla. "Mmhhh. Udah sayangg," Kevin tanpa sadar memanggil Kayla begitu. Tapi keduanya tak sadar dengan panggilan barusan yang terdengar alami dan biasa dilakukan. "Udah Kay, aku bisa keluar sebelum bisa memuaskan mu." Kevin menarik Kayla keluar kolam renang. Mengajaknya membersihkan diri di bawah pancuran shower yang pastinya nya tidak hanya mandi. "Masukin Kev!" Kayla meremas rambut Kevin yang sekarang berlutut di bawahnya sambil menjilat sesuatu di bawah sana yang sedari tadi meminta di isi. Kevin menatapnya. Berdiri dan meminta Kayla sedikit menundukkan badannya, lalu perlahan memasukkan miliknya dari belakang, posisi baru yang lebih menyiksa dengan nikmat. Kayla melenguh dan berteriak melampiaskan rasanya. "Kamu selalu seksi di mataku Kay," bisik Kevin sembari menghentak dalam. Keduanya saling memuji dengan kalimat vulgar untuk memuaskan satu sama lain. Mereka lupa pada larangan untuk keluar di luar. Dan begitu saja puncak itu keluar di dalam, hangat terasa di perut Kayla begitu cairan masuk ke dalam rahimnya. Ia lupa untuk protes, terlalu lemas. Membiarkan Kevin yang membersihkan tubuhnya dengan sabun dan shower serta memasangkan handuk secara asal. Keduanya keluar kamar mandi saat melihat langit telah melukis senja. Perlahan Kevin membaringkan Kayla di ranjang, mengecup tangan perempuan itu dan menatapnya dengan pandangan yang memuja. Penyatuan mereka kali ini lebih panas, lebih memuaskan dan lebih berani dengan posisi yang benar-benar menjepit milih Kevin. Milih Kayla yang sudah ketat semakin menambah kenikmatan untuk keduanya. "Terimakasih ya cantikku," bisik Kevin sebelum menyusul Kayla untuk tidur.Ayahnya adalah pewaris tahta yang gagal naik tahta, diserobot secepat kilat oleh sepupu yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya. Dirinya sendiri adalah seorang anak yang tidak tahu kemana hidupnya harus berjalan, keluarganya terlalu sibuk, tak peduli sesering apapun Natasha mencari perhatian. Tapi Ayahnya menaruh harapan pada Natasha untuk mendapatkan perhatian Kevin sekaligus menjalin hubungan dengan sepupunya itu, agar harta keluarga mereka tidak berkurang dan jatuh ke perempuan asing. Natasha berulang kali menggoda Kevin, sampai-sampai kakaknya muak dan memberi gelar biksu suci pada Kevin. Namun sampai saat ini Kevin tetap bersikap dingin padanya, dan hanya menganggap Natasha adik. Hingga Natasha mengetahui dari Ayahnya jika Kevin telah bersama seseorang, ia pun jadi kebakaran jenggot serta memanfaatkan kasus viral perempuan itu untuk membuat sebuah berita lain yang menjatuhkan nama baik perempuan itu. Jelas, yang Natasha lakukan berbahaya, mengundang kemarahan Kevin. Sampai s
Diantara semua anggota keluarga Santoso, tidak ada yang bisa Kevin percaya kecuali Rama, dan tidak ada pula orang yang Kevin percayai melebihi kepercayaan Kevin pada Rama. Saat dirinya di usir dari rumah keluarga besar Santoso, laki-laki yang usianya sebaya dengan Kevin menyapanya ramah, mengajak Kevin bermain bersamanya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Memberikan uang tabungannya agar Kevin bisa bertahan di ibu kota. Meskipun belakangan Kevin mengetahui jika Rama memiliki niat memberontak dan memanfaatkan Kevin untuk melakukan itu, Kevin menyadari adanya ketulusan dalam bantuan tersebut. Kevin tahu jika Rama begitu menyayangi adiknya tak peduli dengan kelakuan gadis itu, Rama pasti membersihkan nama adiknya secepat Natasha melakukan kebodohan lainnya lagi. Tentu rencananya untuk membuat Natasha jera dengan kelakuannya harus dalam sepengetahuan Rama. Walaupun bisa jadi laki-laki itu tidak mengizinkan. Oleh karena itu sekarang Kevin menunggu Rama di sebuah pub elit yang berada di pin
Dinda menatap galak pada pasangan yang sedang kasmaran di hadapannya. Lagi pula, kenapa pula mereka suka sekali melakukannya di sofa? batin Dinda. Kevin Santoso, komisaris utama Kubik Group. Terpilihnya Kevin sebagai komisaris utama sempat membuat geger jejeran direksi yang menjabat di perusahaan tersebut. Alih-alih generasi kedua yang meneruskan panggung estafet, justru anak yang tidak diketahui adanya, yang tiba-tiba muncul mengambil tampuk kepemimpinan. Dinda tentunya tidak asing lagi dengan Kevin, sebagai orang yang mengikuti kemanapun Rama pergi dan menyediakan segala kebutuhannya, ia sering kali harus berhadapan dengan Kevin, entah sebagai atasannya atau sebagai sepupu dari Rama. Ia juga mengetahui rekam jejak Kevin sebagai perjaka tulen karena Rama acap kali merundung Kevin dengan gelar itu, kadang malah mengkhawatirkan orientasi seksual sepupunya. Well, bagian itu sepertinya tidak perlu dipikirkan lagi, toh Kayla dan anaknya sudah menjadi bukti betapa perkasanya Kevin, belu
"Tadi kamu bilang apa?" Kevin merasa jawaban Kayla hanya mimpi atau justru dia salah dengar karena terlalu terobsesi menginginkan Kayla. Perempuan hamil itu memutar bola matanya malas, memilih keluar lebih dulu dari mobil, sudah amat malu pada supir pribadi Kevin.Sedangkan Kevin masih termenung sejenak di dalam mobil."Pak, Ibu Kayla nya sudah keluar duluan," ingat supir Kevin. "Hah?" Sepertinya kecerdasan Kevin tidak berlaku sekarang, wajahnya memerah karena malu, Kevin mengusap mukanya sebelum kemudian mengejar Kayla yang sedang menunggu lift untuk naik ke lantai apartemennya."Kamu mau menikahkan?" tanya Kevin lagi membuat Kayla berdecak kesal. Bukankah tadi Kevin berbicara panjang lebar agar Kayla menikah dengannya?"Iya Kevin, ayo cepat aku ingin segera mengistirahatkan badanku, punggungku sakit," ajak Kayla menarik Kevin memasuki lift, karena pria itu hanya termenung dan sepertinya tidak memiliki niat untuk masuk jika Kayla tidak menariknya.Kevin memandang bayangan Kayla me
Jantung Kayla berdegup kencang. Ini bukan sebuah lamaran pernikahan, Kayla bingung kenapa wajahnya memerah, mungkin malu karena supir yang melirik dan menguping pembicaraan mereka hari ini. Atau malu pada orang-orang di lampu merah tempat mobil mereka berhenti sejenak, padahal orang-orang itu bahkan tidak dapat mendengarkan apa yang Kevin katakan. "Kev, akuu," gamang, Kayla tidak tahu ingin mengucapkan apa. Ia bingung. "Kay. Malam itu, aku bertindak gila, begitu pula di malam selanjutnya. Aku tidak tahu benar-benar keluar di luar atau tidak, hanya saja sisi hatiku yang lain berharap benihku tumbuh di rahimmu. Pagi itu saat pergi meninggalkanmu aku bahkan sudah membayangkan betapa cantiknya anakku jika kamu yang menjadi Ibunya Kay." ujar Kevin dengan tatapan yang dalam, Kayla mengalihkan pandangannya, tidak ingin terjebak dalam mata yang menyembunyikan banyak rasa. "Aku akui, secara tidak langsung aku menyembunyikan statusku dan membuatmu diterima di Kubik Group karena nepotisme, tap
Dokter rumah sakit itu melihat serius ke arah monitor. Padahal baru dua hari lalu mereka melihat bayi mereka dalam keadaan senang, tapi sekarang suasananya terasa tegang. Terlebih pembicaraan mereka di mobil terputus karena telah sampai di rumah sakit. Kayla meremas tangan Kevin, takut mendengar penjelasan dari dokter, tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk terjadi pada bayinya. "Kondisi bayinya baik kok Bunda. Pingsannya tadi karena tensi Bunda rendah, dan tidak banyai cairan tubuh. Hamil itu harus banyak makan sama minum loh Bun biar adek bayinya kuat di perutnya. Nggak boleh stress juga," jelas dokter. Kevin dan Kayla menghela nafas lega. "Dia nggak mau makan kalau nggak ada saya dok kalau malam. Cuma kalau pagi beneran ngga bisa masuk apa-apa. Tadi juga harus dipaksa dulu sarapannya," cerita Kevin. Dokter spesialis kandungan itu mengangguk paham. "Harus makan ya Bunda. Obat pereda mualnya jangan lupa diminum ya, penambah darahnya juga. Kasian loh adik bayinya kelapara. Ayahn