Pov Riyanti
"Maafkan aku yang sudah menyakitimu, Mas Alfa. Aku begitu semangat mengejar mimpi dan telah menyakiti orang yang menyayangiku. Meski semua sudah terlambat, aku hanya ingin minta maaf supaya hatiku tidak terbebani."
Aku tak menduga bisa bertemu Mas Alfa di Aachen. Awalnya aku hanya diajak Devan mengikuti konferensi sekalian bertemu Galang dan berniat jalan-jalan di Aachen. Sahabatku itu ternyata tak datang sesuai janjinya karena sibuk mengejar cintanya. Galang bucin sama teman kuliah Devan waktu di Indonesia yang bernama Sarah. Menurut Devan, Sarah sangat cerdas dan cantik tetapi ingin menguji keteguhan Galang hingga tak mudah ditaklukkan.Eh tunggu, kenapa pernyataanku justru membuat Mas Alfa senyum menahan tawanya. Apa aku sudah mempermalukan diriku sendiri? Aku langsung menyembunyikan wajah yang bisa dipastikan sudah memerah ke samping menghindari tatapannya.Astaghfirullah, apa yang sudah kulakukan sangat memalukan. DemiPov AlfaAku memang menjauhi Devan dan Riyanti, namun apa yang dilakukan mereka berdua masih dalam jangkauan mataku.Saat Devan mendekati perempuan cantik yang berdiri tak jauh dari mereka, Riyanti mengikutinya.'Siapa wanita cantik yang bergaya sederhana hampir mirip Riyanti,' gumanku.Saat aku hampir mendekatinya, kudengar aksi gila Riyanti yang ditujukan pada Devan membuat laki-laki itu mati gaya.Aku berusaha menahan tawa karena bisa kupastikan Riyanti membalas kelakuannya.Tak disangka Riyanti senekat itu membuatku semakin yakin kalau dia ingin menunjukkan kebenaran padaku.Aku berdiri dibelakang Riyanti sampai dia berbalik menampakkan wajahnya yang kaku karena mendapatiku berdiri menjulang tinggi di hadapannya."Mas Alfa..."Aku masih berusaha menahan diri untuk tidak tersenyum padanya. Karena aku sudah tahu Riyanti dan Devan tidak ada hubungan apa-apa. Aku hanya ingin mengerjainya sampai terungkap jelas perasaannya
Pov RiyantiHari ini aku bersiap ke rumah mbak Cantika ditemani Maria.Kami berencana membawakan parcel buah dan snack anak untuk Rafika.Aku mengajak Maria mampir terlebih dulu di Holland Kaascentrum. Setelah buah tangan di dapat, aku bersama Maria menuju rumah tinggal mbak Cantika.Setengah jam naik bis akhirnya kami sampai juga di rumah Mbak Cantika.Buah tangan kuletakkan di meja langsung di serbu Rafika yang mendengar suaraku yang menyeru di rumahnya."Mbak Riri apa kabar, lama nggak ketemu. Kemarin Aku dan ayah kena tabrak mobil."Baru mendaratkan tubuh ini di sofa langsung disuguhi pertanyaan yang membom bardir untukku.Memang Rafika tipe anak yang ceria dan mudah bergaul, dia juga pandai berbahasa Inggris dengan menimpali pertanyaan Maria.Aku meninggalkan mereka berdua menuju dapur melihat mbak Cantika yang sedang sibuk memasak."Wah masak besar nih, Mbak?" seruku membuat wanita cantik dengan perut besar ini me
Pov Alfa"Iya benar, bahkan aku bisa melamarnya sekarang juga," ucapku semangat.Mbak Cantika sudah memukul bahuku karena menurutnya aku telah menakut-nakuti Riyanti.Apanya yang menakuti, ini saat yang tepat menurutku untuk melamar Riyanti. Sekalian meminta restu kakakku satu-satunya."Ri, mau nggak kamu menikah denganku?""Al, jangan mencandainya terus!" larang kakakku yang cantik.Aku minta ijin mbak Cantika mengajak keluar sebentar untuk bicara empat mata dengan Riyanti. Sementara Maria temannya sedang menemani Rafika. Kakakku hanya memasang wajah heran mungkin penasaran padaku berani-beraninya menggoda anak gadis orang.Aku membawa Riyanti ke taman dekat rumah, dia mengikutiku dengan perasaan cemas seperti mau disidang dosennya.Jelas bibirku tersenyum sekilas melihat tingkah dan perubahan wajahnya.Sampai di sebuah kursi di pinggir taman tiba-tiba perasaanku tak enak.Duh kenapa jantungku berdebar kencang,
Pov AuthorPagi hari sesuai yang dijanjikan, Alfa menemui Riyanti di taman kota.Mereka menikmati secangkir cappucino yang telah dibeli di kedai dekat taman.Suasana hening tak ada yang memulai bicara. Alfa yang melihat wajah Riyanti menyiratkan kegundahan segera berinisiatif membuka obrolan."Apa yang terjadi? Apa kamu berubah pikiran?" tanya Alfa yang tak mengalihkan pandangan dari bahasa tubuh Riyanti.Seketika Riyanti menunduk dengan kedua tangan menutupi wajahnya.Tangisan pun tak bisa dielakkan, Riyanti tergugu di depan Alfa yang keheranan dengan sikapnya.'Kenapa Riyanti tiba-tiba berubah, kemarin wajahnya menampakkan rona bahagia. Sementara sekarang wajah Riyanti menyiratkan kesedihan,' guman Alfa."Ayo kita menikah!" ucap Riyanti yang sontak membuat Alfa terperanjat. Tak biasanya Riyanti melakukan hal di luar kebiasaannya yang kalem dan penuh pertimbangan."Apa kamu bilang? Kamu tidak sedang bercanda kan, Ri
Pov AuthorAkhir pekan Pak Herman dan Bu Sinta mengunjungi Alfa di Yogya. Mereka meluangkan waktu untuk menikmati keindahan kota pelajar itu.Banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi, ada wisata alam (pantai dan gunung), wisata budaya (museum dan keraton), bahkan tempat yang menjadi ikon khas kota Yogya jalan Malioboro maupun tugu Yogya.Alfa menjemput kedua orang tuanya yang naik kereta api turun di stasiun Yogyakarta.Kota yang menjadi saksi sejarah perjuangan cinta papa mamanya."Gimana kabarmu, Al. Sudah membuahkan hasil pencarian cinta sejatimu? celetuk Pak Herman pada anak bungsunya itu."Ah, papa itu kayak nggak peka bahasa tubuh Alfa. Sedari tadi kita ketemu dia senyum-senyum gitu. Pastilah kabar gembira yang akan diceritakannya. Ya kan, Al?" ungkap Bu Sinta."Mama bisa aja. Nanti kalau sudah sampai kontrakan aku cerita ya, panjang soalnya."-----Sampai di kontrakan
Pov RiyantiDi kota ini asa terciptaMencintai dan dicintai pernah dirasaMengejar mimpiYang pernah tergores oleh penaSecercah pelangi hadirMemberi harapanMenjemput impianEnam bulan berlalu, ujian semester sudah dilalui. Aku mulai mengerjakan riset untuk tugas akhir kuliah master di Universitas Leiden.Beruntungnya supervisor memberi kesempatan padaku pulang ke negara asal. Dengan catatan aku harus mengikuti konferensi di Indonesia atau negera tetangga sehingga perjalanan pulangku termasuk study tour.Aku diberi kesempatan mengerjakan riset dari Indonesia dan konsultasi via email atau daring.Alhamdulillah segala puji atas nikmat Allah yang tak pernah putus jika kita selalu mensyukurinya.-----Kepulangan ke Indonesia ini tidak kuberitahukan keluarga, pun juga Mas Alfa. Aku ingin memberi kejutan untuk bapak, ibu, Mbak Ratih dan Amar juga Mas Alfa. Awalnya Ibu dan mbak Ratih melarangku pulan
Pov AuthorRiyanti mulai kesal dengan kelakuan laki-laki yang tiba-tiba duduk di samping kirinya.Sok kenal sok dekat pikirnya, Riyanti perlu menjaga diri dari orang asing yang belum dikenalnya.Saat laki-laki yang tak lain adalah Alfa membuka topinya, jantung Riyanti berdetak tidak normal. Dia merasa ga enak telah bersikap ketus pada laki-laki itu, begitu kacamata dibuka mata Riyanti membelalak sempurna."Mas Alfa?" ucapnya.Sementara si pelaku hanya tersenyum mengembang karena berhasil mengerjai Riyanti."Jahat, kamu ngerjain aku ya?""Eits, siapa juga yang pulang nggak bilang-bilang," Alfa balik menyalahkan Riyanti membuat gadis itu malu ketahuan telah merahasiakan kepulangannya.Riyanti merasa dikerjai sahabatnya, mereka telah menghubungi Alfa sebelumnya kalau dirinya pulang ke Indonesia.Alhasil kejutan yang ingin dia buat gatot alias gagal total, justru dia yang dikejutkan karena k
Bab 35Menata hatiPov Riyanti"Sepertinya ada yang mau kamu sampaikan?""Itu, supervisor memintaku balik ke Leiden seminggu lagi," ucapku lirih karena takut melihat respon mas Alfa.Seketika wajah ceria suamiku berubah menjadi datar.Mas Alfa beranjak dari ranjang menuju kamar mandi. Lama tak kunjung keluar sepertinya dia berniat mandi.Aku keluar kamar menuju dapur membantu ibu menyiapkan sarapan.Sementara mbak Ratih dan suaminya sudah berangkat kerja beberapa menit yang lalu."Mana suamimu, Ti, diajak sarapan sini!" pinta ibuku."Iya Bu, sebentar lagi. Mas Alfa masih mandi," jawabku dengan perasaan masih tak tenang. Ibu ternyata membaca bahasa tubuhku."Kamu kenapa tampak gusar begitu, Ti. Harusnya kamu menampakkan wajah ceria di depan suamimu," saran ibu membuatku tertunduk malu."Yanti harus balik ke Leiden, Bu.""Kapan, mau ke Leiden? Kamu bilang 6 bulan di Indonesia, bukan?" Bapak yang mendengar penuturanku ikut menimp