''Ngapain kau ke kantorku?'' sentak Leon menatap tajam wajah gadis yang ternyata Ayunda.Ayunda yang tempo hari tak sengaja tertabrak oleh Leon. Gadis itu terluka di kaki cukup parah hingga terpksa cuti kuliah.Rendy memberitahukan kedaan Ayunda yang terpaksa harus rawat inap. Dan Leon bertanggung jawab akan kesembuhan gadis itu.Rupanya Ayunda memanfaatkan kebaikan Leon hingga banyak permintaan yang gadis itu ajukan kepada Leon. Awalnya. Leon tak curiga macam-mcam pada gadis itu.Namun lama kelamaan Leon menyadari kalau ayunda menaruh harapan lebih.Siapa sangka, Ayunda semkain berani saja pada Leon membuat pria arogan itu merasa jengah akan kelakuan gadis itu.''Siapa yang ngizinin kamu ke kantor saya?'' Leon membuang pandangan ke arah lain saat bertanya pada Ayunda.Putra sulung Arga itu tak sudi rasanya membuka hati untuk wanita manapun sebab hatinya telah di tempati seorang gadis yang diam-diam ia cintai.''Aku kangen kamu, Mas,'' ucap Ayunda.''Ck, dasar sinting," desis Leon.Ay
Leon bergeming. Ia kini tak bisa mengelak lagi sebab Fardan sudah mengetahui pengakuannya tadi.''Jawab, bajingan!'' sentak Fardan masih terdengar emosi.''Kamu diam dulu, Fardan! Biar Papa bicara sama abangmu,'' hardik Arga dengan suara yang menggelegar memenuhi ruangan.Siapa yang tak kesal, melihat anaknya saling hajar tanpa tau akar permasalahannya. Belum juga selesai masalah Kanaya, ditambah Rossa yang malah jatuh sakit. Ini lagi di kantor, anak-anaknya malah adu jotos mengeluarkan kekuatan masing-masing.Memijat pelepis yang kembali terasa berdenyut nyeri. Arga tak habis pikir dengan masalah yang terjadi.Pikiran pria paruh baya itu kini semakin bercabang. Semenjak hilangnya kanaya, Arga tiba-tiba mengingat seseorang yang menjadi dewa penolong kala dirinya hampir kehilangan nyawa pada waktu itu.''Cepat katakan sama papa, Leon! Apa yang sudah kamu lakukan sehingga memantik amarah adikmu?'' tekan Arga kemudian.Leon masih diam membisu. Tangannya mengusap sudut bibir dia yang pecah
Leon datang ke rumah sakit untuk menjengkuk Arga. Rasa bersalah sangat kentara di wajah tampan Leon. "Papa, gimana kondisi papa?" Tanya Leon saat sudah berada di ruangan Arga.Arga malah membuang pandangan ke arah lain saat tau Leon yang masuk menemuinya. Kekesalan Arga pada Leon belum sirna. "Mau apa kamu ke sini, Leon? Kamu mau bikin papa mati berdiri?" ucap Arga datar.Leon mendekat. Dirabanya tangan sang ayah, "Pa, maafin aku. Aku akui aku salah," kata Leon dengan menunduk dalam."Sekarang kamu menyesal karena ketahuan adikmu. Kalau Fardan tak mendengar ucapan kamu, apa kamu akan akui kebejatan kamu itu, Leon?" Sentak Arga.Jika saja kondisinya tidak lemah, mungkin suami Rossa itu akan menghajar putra pertamanya ini. Arga merasa sudah gagal mendidik putranya.''Kalau kamu memang benar menyesal, cari Kanaya dan bawa dia pulang kerumah,'' tegas Arga tak ingin dibantah.Leon masih berdiri terpaku di tempat. Ia sendiri bingung harus mencari Kanaya kemana lagi. Anak buah dia sudah ia ke
Di sebuah rumah mewah. Seorang gadis masih tertidur di atas ranjang empuk. Tak berapa lama, kelopak matanya nampak mengerjap - ngerjap ketika cahaya mentari pagi menerobos masuk lewat pentilasi membuat silau mata sang gadis. "Euh ... " lenguhnya."Eh, aku di mana?" Gadis itu terlihat panik saat menyadari dirinya berada di atas tempat tidur empuk bukan miliknya.Lekas ia turun dari ranjang dengan sedikit merapikan rambutnya yang berantakan.Ia mengitari ruangan yang terasa asing baginya. Dalam kebingungan. Ia dikejutkan kembali suara ketukuan pintu kamar.Tok tok Buru - buru ia merapikan baju sebelum membuka. Entah kenapa dadanya seolah berdekup kencang takut jika dirinya dalam cengkraman orang jahat. "Semoga bukan orang suruhan papa atau kek Leon sama Kak Fardan." Katanya yang ternyata Kanaya. Malam itu, Kanaya keluar dari tempat kost-an yang sudah dia sewa. Niat Naya mencari makanan. Namun tiba - tiba matanya melihat dua orang mencurigakan terus membuntuti. Kanaya berlari tetapi
Kenzie kini tengah berada di dalam mobil miliknya dan berhenti didekat salah satu rumah megah nan mewah berlantai tiga. Matanya terus tertuju ke bangunan bergaya eropa itu. Pagar rumah yang menjulang tinggi berdiri kokoh menjadi pembatas rumah dengan jalan."Apa ini rumahnya? Lelaki tadi sepertinya masuk di dalam rumah ini," gumam Kenzie.Kenzie mempunyai tujuan menyelidiki penyebab kecelakaan kedua orang tua dan hilangnya adik bungsu bernama Nada Putri Damian.Kenzie yakin, kecelakaan yang di alami keluarganya akibat adanya sabotase dalam kendaraan yang di tumpangi ayah dan ibu serta adik bayinya dulu. Entah apa alasan Kenzie curiga dengan sahabat papanya yang bernama Arga itu.Kenzie merasa penasaran dengan Leon yang memiliki wajah sangat mirip dengan Arga. Kenzie menemukan foto Arga saat bersama mendiang ayahnya. Pria itu belum pernah bertatap muka secara langsung dengan Arga. Oleh karna itulah Kenzie belum begitu hafal wajah Arga. Tetapi melihat wajah Leon, sangat mirip dengan waj
Kanaya sibuk mencari cara agar bisa keluar dari rumah Kenzie ini. Entah kenapa, Kanaya memiliki kecurigaan lain pada Kenzie. Kanaya takut kalau ternyata Kenzie adalah orang jahat yang sengaja menyekap dirinya. Atau bisa saja musuh keluarga angkatnya."Gue harus cepat keluar dari rumah ini. Tapi gimana caranya," gumam Kanaya.Cukup lama Kanaya berpikir. Lalu, "hah, gue dapat ide." Kanaya menjentikan jarinya."Gue pura - pura ajah beli vitamin untuk ibu hamil. Kan bi Wati udah tau kalo gue lagi hamil," lanjutnya.Setelah itu. Kanaya lekas berganti baju. Ia akan segera turun ke lantai bawah dan menemui Wati yang sedang melakukan pekerjaannya di rumah ini.Drap drap drapLangkah kaki Naya terdengar di anak tangga membuat Wati yang tengah membersihkan ruang tamu menoleh seketika.Kening Wati nampak mengerut melihat Kanaya sudah rapi sepeprti akan pergi. "Non Naya, mau kemana? Kok udah rapi gitu?" tanya Wati gusar. Ia takut Kanaya akan keluar rumah. Bisa - bisa Kenzie marah besar."Bi, Nay
"Jangan becanda lo, Nay!" Sherin menggelengkan kepala. Ia sama sekali belum percaya atas ucapan sahabatnya.Sherin sangat tahu, bagaimana pengawalan ketat dari keluarga Kanaya. Leon juga Fardan begitu kejam jika ada lelaki yang berani menganggu adiknya. Kenapa bisa sampe kecolongan? Adiknya bisa hamil, siapa pelakunya? Sejuta pertanyaan kini menjejali orak Sherin. Gadis itu menatap wajah Kanaya dalam dalam. Mencoba mencari kejujuran lewat sorot mata. Berharap apa yang diucapkan Kanaya hanya candaan saja. Tetapi sayangnya, harapan Sherin terpatahkan ketika, Kanaya tetap mengangguk sebagai jawaban kalau apa yang dia katakan benar adanya."Siapa yang ngelakuinnya?" Pertanyaan itu lolos dengan sendirinya.Kanaya malah terisak. Bahunya terlihat terguncang. Sherin dengan cepet memeluk sahabatnya itu. " Sabar ya, Nay. Bilang sama gue, siapa yang udah nodai lo?" Kembali Sherin mengulang pertanyaan yang belum Kanaya jawab.Kanaya menggigit bibir bawahnya, rasa sesak dalam dada seakan mencekik
"Kakak jahat!" pekik Kanaya. Gadis itu bersiap melangkah pergi. Tetapi dengan sigap Leon menarik lengan Kanaya lalu memeluk tubuh adiknya begitu kencang."Maafin kakak, Nay. Maafin kakak. Kakak salah, Sayang," ucap Leon mengeratkan pelukan pada tubuh mungil Kanaya.Sekuat tenaga, Kanaya berusaha berontak. Rasa benci, muak dan jijik pada kakaknya ini bercampur aduk di dalam hati. Dadanya terasa sesak manakala tau siapa orang yang telah merusak dan menghancurkan masa depannya."Kenapa kakak lakuin ini ke Nay, Kak? Apa salah Nay? Dari dulu Kak Leon selalu marahin Nay. Sekarang kak Leon juga yang rusak Nay, Kak. Kakak jahat!" racau Kanaya. Gadis itu seolah tak perduli jika orang lain mendengar ocehannya.Tetapi Leon bukanlah pria bodoh. Ruang di mana kanaya berada sudah di booking oleh Leon, sehingga tidak ada pengunjung lain yang memasuki lantai di mana Kanaya berada. Kini, Kanaya mau marah mau memakinya pun Leon akan membiarkan. Leon sadar dia salah, dia susah pantas mendapatkan hukuma