KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 22Astaga! Kenapa jadi begini?"Mas? Ini kenapa jadi begini?""Katanya make over? Ya kayak gini, bener kan make over!" Seolah tak terima dengan protesku justru malah hair stylist itu kekeh dengan pendiriannya."Make over sih make over tapi nggak gini juga! Mas mau di kaya giniin?" Aku berbalik menawarkan make over yang sama pada hair stylist itu.Rambut warna merah menyala dengan belah tengah dan sangat klimis entah mungkin disiram minyak sepuluh liter sampai bisa seperti itu, sementara di bagian depan terdapat poni yang dibuat keriting tapi malah dengan warna hijau nyentrik.Ya Tuhan, begitu aku pegang rambut klimis itu ternyata keras. Apa mungkin dikasih lem kayu? Sementara pada bagian wajah dipoles dengan bedak putih mungkin seratus lapisan, dan alisnya … duh, Angry bird aja kalah!"Va, aku baru tau kalau suamimu jelmaan alien." Riska justru menganggap suamiku seperti alien padahal menurutku lebih buruk dari itu. "Kanda, bangun!" Kuguncang bahu suamiku yan
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 23"Ada, mau ketemu klien besok. Kenapa? Mau ikut?""Boleh memangnya?""Bolehlah, sekalian Dinda belajar kalau ketemu klien harus bagaimana.""Ketemu klien siang kan?" Jangan sampai jadwalnya pagi bisa kacau. "Iya, suka-suka Kanda sih mau jam berapa. Pak Agus juga anter sekolah dulu kan?""Bapak itu sebenarnya bisa nyetir loh, daripada Pak Agus bolak balik nanti bapak aja yang anter gimana? Bapak dulu sebelum jadi tukang becak pernah kerja jadi sopir pribadi. Majikannya pindah jadi mau nggak mau bapak berhenti." Kuberikan penjelasan takutnya ragu dikira amatir."Bagus donk, besok Kanda minta orang buat anter mobil satu lagi kesini. Sekarang tidur, sudah malam."***"Bu, Seva pergi dulu ya," pamitku pada Ibu."Iya, hati-hati. Va, suamimu sakit?""Oh, nggak kok Bu, kami jalan dulu. Assalamualaikum."Pastinya Ibu juga kaget dengan penampilan mantunya yang tiba-tiba memakai jaket tertutup. "Pak Agus, kita ke salon yang waktu itu aku pernah kesana ya" pintaku pad
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 24Suamiku justru memelukku, kemudian dia memegang pipiku dengan kedua tangannya."Ini aku sayang," ucapnya."Benarkah?" "Iya, apa Dinda suka?" Aku hanya menganggukkan kepalaku."Oke, kalau kamu suka berarti make over ku berhasil kan?" tanya Fahri."Seratus jempol buat kamu. Pastinya besok-besok aku akan kembali dan jadi pelangganmu. Oh ya, kemarin rambut suamiku di cat, apa nggak apa-apa sekarang di ganti lagi?" Aku hanya nggak mau jadi resiko nantinya."Aman kok, kemarin itu cuma cat rambut yang bukan permanen. Suamimu cocok dengan warna rambut gray blending seperti ini, dan aku hanya merapikan kumis dan bulu bulu nakal di wajahnya." Aku sangat suka dengan hasilnya."Kanda kan mau ketemu klien, ganti dulu bajunya ya." Tadi waktu berangkat memang hanya menggunakan baju santai, nggak mungkin juga ketemu klien pakai baju seperti itu. Aku serahkan setelan jas berwarna hitam dan kemeja yang senada padanya."Ayo, aku temenin ganti baju," ajak Fahri."Jangan! Aku
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 25"Halo Mbak, cepat ke rumah lama. Pakde Parmin ngamuk!" Aku segera bangun dan membetulkan pakaianku.Gagal maning Son!"Katanya Pakde ngamuk kok sepi ya?" Pikiranku tadi Pakde Parmin ngamuk menghancurkan barang-barang disini."Dinda tunggu di mobil, biar Kanda yang turun." Sepuluh menit kemudian suamiku masuk kembali ke mobil."Kita ke kantor polisi, Gus!" "Kantor polisi? Siapa yang di kantor polisi?""Pakdemu, tadi waktu ngamuk diamankan sama pekerja yang sedang renovasi, akhirnya dibawa ke kantor polisi." "Bapak dimana?""Di kantor polisi juga, sama Seno. Tadi Kanda udah menghubungi Seno mereka menunggu kita."Mobil melesat menuju kantor polisi."Bapak …" panggilku begitu melihat Bapak dan Seno sedang duduk di ruang tunggu. Kucium takzim tangan Bapak."Pak Bambang, Pak Bambang kok lain?" Seno malah fokus ke suamiku.Suamiku hanya tersenyum menanggapi ucapan Seno.Kemudian kami masuk ke ruangan yang ditunjukkan oleh bapak. Ternyata disana juga ada Bude
KAKEK TUA itu SUAMIKU26Aku beranjak dari tempat tidur, mandi, wudhu kemudian sholat subuh. "Sudah bangun kamu, Va" Bapak dan Seno yang sedang duduk di ruang tamu menyambutku. "Iya, Pak, ini baru sholat. Seva bikinkan teh ya, Pak" tawarku."Aku mau, Mbak, tapi susu" Seno juga meminta untuk dibuatkan susu. Dulu kalau mau susu belinya yang kemasan sachet itu pun satu sachet untuk dua hari. Kemarin waktu belanja ada sepuluh kemasan pouch aku beli.Segera aku membuat teh dan susu kemudian menyajikannya di meja ditemani dengan sepiring bolu."Va, kemarin Bude ngomong sama Bapak, katanya meminta suamimu untuk mencabut laporannya sama Pakde Parmin. Kamu mau nggak ngomong sama suamimu?" Jadi kemarin waktu di parkiran Bude ngomong itu sama Bapak? Kenapa nggak ngomong sendiri coba? Pasti karena tau kelemahan Bapak."Nanti Seva coba ngomong Pak, tapi nggak janji mau apa nggak." Nggak mungkin juga aku jawab untuk menolaknya. "Suamiku pergi jam berapa ya Pak? Kok Seva nggak tau?" "Orang pergin
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 27Aku menganggukkan kepalaku. "Aku mencintaimu Bambang Hendromoyo," ucapku lirih.Seketika dia memelukku dan aku pun membalasnya dengan mempererat lingkaran tanganku di pinggangnya. Pancaran sinar matahari menjadi saksi pengakuanku."Jika mencintaimu adalah suatu kesalahan, maka aku rela menangung kesalahan itu seumur hidupku," balas suamiku.Entah berapa lama kami menikmati suasana ini. "Dinda mau ke pantai?" "Tentu saja mau." Entah sudah berapa tahun aku tak pernah menyentuh pasir pantai. Itu karena aku yang tak pernah piknik. Jangankan piknik tidak kekurangan saja rasanya sudah sangat bersyukur.Kami akhirnya menikmati sarapan di pinggir pantai. Ah, indahnya pemandangannya. Lama aku dan suamiku menikmati indahnya pasir putih. Kuunggah untuk pertama kalinya foto suamiku di pantai. Lepas itu kami berkeliling kota gudeg. "Kanda, bukankah itu kebun binatang Gembira Loka?" tanyaku saat mobil melintas di depannya.Suamiku yang tadinya sedang asyik dengan
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 28Tok tok tokSiapa sih yang datang sepagi ini! Aku beranjak dan membuka pintu. Mataku membelalak sempurna melihat orang yang berdiri di depan pintu."Mbak Ni—sa," ucapku terbata. Aku tak percaya dengan penglihatanku. Anak dari suamiku itu kini ada di depanku."Iya! Ini Aku Ni Sa! Kaget?!" Ah, dia masih saja ketus padaku, wajar lah. "Mana ayahku?" "Ada di dalam, mari masuk Mbak," ajakku."Minggir!" Dia masuk sambil mendorong tubuhku."Ayah!" Teriak Mbak.Nisa begitu melihat suamiku."Hei, sudah datang ternyata." Oh, jadi suamiku sudah tau kalau Mbak Nisa akan datang? Kenapa nggak bilang sama aku ya?"Ini beneran Ayah? Kok jadi keren?" Mbak Nisa melihat penampilan ayahnya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Sementara suamiku justru merentangkan kedua tangannya.Mbak Nisa yang masih tertegun cukup lama menyambut tangan ayahnya. Mereka berdua kemudian berpelukan. Ayah dan anak itu sudah kembali akur. Aku senang melihatnya."Dinda, ayo sini!" perintah suamiku
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 29"Bang Bambang, Kak Bambang, Mas Bambang, Akang Bambang, Brother Bambang, Uda Bambang atau kalau mau keren Hyung Bambang—" Kubekap mulut Riska yang terus-menerus nyerocos!"Halah biyung, ini bocah brisik banget! Tau gitu tinggal aja di pom bensin. Udah Va, kamu siap-siap sekarang," seloroh Ibu.Ibu itu sudah akrab sama Riska malah udah kayak anak sendiri makannya sudah biasa jika Riska ditegur sama oleh ibu.Akhirnya siang ini kami berangkat menuju ke kebun binatang, menuruti keinginan Seno. Antusias sekali Seno melihat setiap satwa yang ada.Satu per satu, Mbak akan wujudkan keinginanmu. Semoga kelak kamu akan jadi laki-laki yang tangguh.Ting![ Selamat bersenang-senang, Sayang ] [ Makasih Kanda, Terimakasih juga untuk kiriman pasukan paket lengkapnya. Jangan telat makan ya ][ Dinda juga. Have fun sayang ]Sebagai balasannya aku kirimkan fotoku."Cieee yang senyum-senyum sendiri, nyampe saudara sendiri di cuekin." Aku masukkan kembali ponsel dalam tasku