Beranda / Romansa / KAMILA : Kesabaran Menembus Batas / Pertemuan Kamila dan Setya

Share

Pertemuan Kamila dan Setya

Penulis: Putri Hariyono
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-08 15:18:12

Setelah siap menyuapi Neneknya, Kamila pergi kedapur. Mengambil pakaian bersih yang sudah di cucinya, dan sudah dikemas rapi dalam plastik. Kamila  bersiap mengantarkan nya kebeberapa rumah langganan nya. Kamila mengenakan kerudung, lalu berpamitan pada Nek Sumi.

Kamila berjalan kaki dengan bawaan nya yang lumayan berat. Dipeluknya beberapa kantong kresek bersih yang berisi pakaian para tetangga itu, agar tak terjatuh kejalanan. 

Diperjalanan, Kamila dikejutkan oleh Setya- sahabat Kamila sejak kecil, yang tiba tiba saja sudah berjalan berdampingan dengan nya.

" Sini, aku bantu." Tanpa persetujuan Kamila,Setya mengambil begitu saja barang bawaan Kamila.

" Setya, itu tidak perlu. Aku bisa sendiri kok." Kamila yang memang tidak mau merepotkan orang lain itu, tentu menolak bantuan Setya.

" Kamu ini, Mil, seperti baru mengenalku saja. Kenapa sih selalu menolak bantuanku? Aku ini kan tampan dan baik hati. Hehehe. Mengapa kamu tidak mau berjalan beriringan denganku. Kamu selalu saja seperti itu." Setya sedikit kesal karna Kamila seperti biasanya, menolak jika dibantu oleh Setya. Padahal Setya selalu ada disaat Kamila berada dalam kesulitan. Meskipun Kamila tidak memberi tahu, Setya selalu sigap membantu Kamila. 

Setya sudah mengenal Kamila sejak usia delapan tahun. Waktu itu, Ayah dan Ibu Setya baru saja pindah dari kota, ke kampung tempat tinggal Kamila. Ayah Setya yang merupakan seorang dokter, ditugaskan kepuskesmas desa ini, dan memboyong keluarganya tinggal disini. 

Ibu dan Ayah Setya, tidak pernah melarang Setya berteman dengan Kamila. Karna mereka melihat Kamila adalah anak yang sangat baik dan sopan. Sejak berteman dengan Kamila, Setya kecil yang dulunya sangat sulit diatur, perlahan berubah menjadi anak baik. Sebab itu jugalah, Ibu Ayah Setya sangat senang melihat Setya selalu bersama Kamila. 

" Bu Indri." Setya membaca tulisan yang ditulis dengan spidol di plastik kresek wadah pakaian bersih tersebut.

" Ini punya Bunda, ya, Mil? Sejak kapan Bunda mencucikan pakaiannya padamu? Biasanya juga di Laundry." Tanya Setya heran. Tapi dia juga senang, dengan begitu, Setya bisa setiap akhir pekan, kerumah Kamila, beralasan mengantar dan mengambil pakaian. Karna selama ini, walaupun Setya berteman Kamila, mereka tidak bisa leluasa bertemu dikarenakan Kakek Parmin yang begitu galak, tidak mengizinkan Kamila berteman dengan siapapun.

" Oh, itu. Sudah dua kali aku nyuci baju Bu Indri. Memangnya Ibu Indri tidak ngasi tau kamu, Setya ?" Kamila menjelaskan, sembari balik bertanya pada Setya.

Setya hanya menggelengkan kepalanya. Mana mungkin Setya tahu. Dia pulang ke desa ini hanya saat akhir pekan saja, karna Setya berkuliah di kota. Mereka melanjutkan perjalanan diiringi dengan ocehan Setya, yang tidak bisa berhenti berbicara. Sementara Kamila, hanya membalas dengan senyuman.

Setelah beres mengantarkan semua pakaian bersih pada para pelanggannya, termasuk rumah Setya, Kamila dan Setya duduk di balai balai desa ini, yang biasanya dipakai sebagai pos ronda. Meregangkan otot kaki yang berjalan lumayan jauh, dengan beban bawaan yang lumayan berat. Mereka mengobrol ringan. Diiringi dengan candaan receh Setya yang sukses membuat Kamila tertawa riang. Setelah satu minggu merasa hidup sendirian, Kamila kembali ceria setelah bertemu Setya.

Setya yang saat ini sedang kuliah jurusan hukum, di kota, memang tidak setiap saat berada di desa ini. Setya pulang setiap akhir pekan. Selain tidak tahan berpisah lama dengan Ibunya, Kamila adalah alasan Setya untuk sering kembali ke desa. Sosok sederhana Kamila, sopan santun, tutur bahasa yang lembut, serta wajah cantik Kamila, sangat membuat Setya merindukan Kamila jika berada jauh darinya.

Mereka berbincang cukup lama, hingga Kamila mengingat Nenek nya, Kamila bangkit dari tempat duduknya. Dan bergegas pulang kerumah.

" Astaghfirullah. Setya, aku pulang duluan, ya." Kamila menepuk keningnya. Dia merasa bersalah karna asik ngobrol, dan lupa pada Neneknya. 

"Mau kemana Mil? Buru buru banget." Setya refleks menarik lengan Kamila,hingga jarak mereka menjadi sangat dekat. Setya memandang wajah wanita yang selama ini mengisi hatinya. Meskipun Setya tidak tahu, apakah Kamila menaruh hatinya pada Setya atau tidak. Karna selama ini, jika Setya berusaha ingin mengungkapkan perasaannya pada Kamila, wanita itu pasti akan mengalihkan pembicaraan. Seperti tidak ingin membahas tentang hati. Padahal, lelaki berusia dua puluh tiga tahun itu, sangat ingin tahu isi hati Kamila yang sebenarnya. 

Sepersekian detik, Kamila mendorong pelan tubuh kekar lelaki tampan dihadapan nya itu. Jantung Kamila berdetak begitu kencang. Seperti habis dikejar kuda. Keringat nya mengucur membasahi wajah manis nya. 

Yang sebenarnya adalah, Kamila selama ini menyimpan rasa pada Setya. Rasa yang sangat berbeda. Rasa yang melebihi dari persahabatan. Hanya saja, mengingat siapa dirinya, Kamila merasa tak pantas berada disisi Setya. Kamila berusaha untuk tidak terlalu menggubris Setya. Kamila mengacuhkan nya. Sebab, semenjak rasa itu datang, Kamila merasa sangat tersiksa. Dihatinya ada rasa cinta, namun logikanya menolak. Karna merasa tak pantas menaruh rasa pada Setya. Apalagi sampai berniat memilikinya. 

" Eh, itu, Nenek sendirian dirumah. Gak ada yang jagain. Terima kasih sudah bantuin aku ya, Setya." Kamila tampak grogi menjawab pertanyaan Setya,lalu berlari meninggalkan Setya. Kamila merasa sangat malu dengan kejadian yang baru saja terjadi. Berhadapan sangat dekat dengan Setya, membuat jantung Kamila berdetak kencang. Wanita yang tidak pernah mengenal cinta itu, merasakan hal yang berbeda dihatinya, jika berada didekat Setya. Dia menyadari bahwa, ya, Kamila mencintai Setya. 

Setya hanya berdiri ditempat nya ditinggalkan oleh Kamila. Dia menatap erat gadis pujaan hatinya itu. Setya menyunggingkan senyum nya. Dia sangat melihat jelas pipi putih Kamila, berubah menjadi merah muda, karna merasa malu. Setya senang, merasa bahwa ada ruang di hati Kamila untuk nya. Hanya saja, Kamila merasa malu. Gadis yang selalu mengenakan gamis panjang, serta mengenakan kerudung labuh itu, sangat memikat hati Setya. Sebab, dikampus tempat Setya kuliah, jarang sekali dia temui gadis seperti Kamila. 

Dikampus nya, siapa yang tidak mengenal Setya. Lelaki itu begitu populer dikampus. Dia digilai oleh para mahasiswi mahasiswi disana. Selain tajir, Setya juga sangat tampan. Melihatnya dari kejauhan saja, para wanita langsung tidak bisa bergerak dari tempatnya. Dan tak bisa berhenti menatapnya.Bahkan, ada yang ingin pingsan, jika tak sengaja bertatapan mata dengan Setya. Namun sayang, Setya tak pernah menggubris sedikitpun siapa saja yang mendekatinya. Dikampus, Setya juga dikenal sebagai orang yang cuek, dan dingin. Sangat berbanding terbalik jika berada di dekat Kamila. 

Jika berada di dekat Kamila, Setya akan menunjukkan kekonyolan nya sampai Kamila tertawa terbahak bahak. Setya juga tak bisa berhenti bicara jika sedang bersama Kamila. 

***

"Assalamualaikum." Kamila mengucap salam, sembari mendorong pelan pintu rumah yang tidak terkunci. Suara derit pintu tua, beradu dengan lantai semen itu, mengiringi langkah kaki Kamila memasuki rumah. 

"Waalaikumsalam." Nek Sumi menjawab salam Kamila dari dalam bilik.

"Mila pulang, Nek." Ucap Kamila seraya berjalan menuju kamar Nek Sumi. 

Kamila membuka hijab, dan duduk disamping dipan tua, tempat Nek Sumi berbaring. 

"Capek Nduk? Ngantarnya jauh ya?." Tanya Nek Sumi pada Kamila. 

"Enggak, Nek. Hanya sekitar desa sini saja. Tidak sampai desa sebelah. Kamila lama ya? Nenek butuh sesuatu?" Kamila merasa bersalah pada Nenek nya.

"Tidak, Nduk. Kamu ketemu Setya ya?" Nek Sumi seakan sudah mengerti dengan cucu kesayangannya itu. Karna, Kamila tidak pernah pulang terlambat dihari biasa. Hanya di akhir pekan saja, jika bertemu Setya. 

"Anak itu sangat baik, Nduk. Nenek sangat menyukai sikapnya. Kamu juga menyukainya bukan?" Nek Sumi menggoda Kamila yang tampak tersipu malu. 

" Neneeekk." Kamila tersenyum malu,lalu menghambur memeluk Neneknya. Mereka berdua tertawa lepas petang itu. Sungguh sederhana kebahagiaan yang mereka ciptakan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nur Sakinah S
aku Kok jadi maluu
goodnovel comment avatar
Zuana Pjt
Tersipu malu aku dibuat Setya......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Kamila Hermawan

    "T--appi ... kenapa, Paman?" tanya Kamila. Mengapa ia harus begitu waspada, pikirnya. "Nak, ayah Kamila ... bukanlah orang biasa. Beliau dulunya ialah pengusaha besar." Jupri mulai menjelaskan. Kamila mendengarkan dengan seksama. Ia tak ingin terlalu banyak bertanya. Dirinya membiarkan paman Jupri menjelaskan. "Kamila harus mengetahui lebih dulu, jika ayah Kamila, diyakini orang-orang telah meninggal dunia. Namun, yang paman tau ialah, kematian beliau sengaja dipalsukan," lanjut Jupri."Dipalsukan? Jadi maksudnya, suami Ratih itu masih hidup, namun sengaja dibuat seakan-akan sudah meninggal dunia? Begitukah nak Jupri?" Kakek Parmin berusaha meresapi ucapan Jupri. "Betul sekali, Pak. Itu ialah dampak, karna oknum-oknum tersebut tak ingin harta dari ayah Kamila, jatuh ke tangan Ratih masa itu." Jupri menceritakan sebenar-benarnya. Meskipun ia sudah bercerita akan hal ini pada Setua dan Rizki saat itu, namun rasanya akan lebih lega lagi, jika ia juga menceritakan perihal ini pada Ka

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Keresahan mulai sirna

    "Hussshhhh ... hentikan mengatakan hal itu. Kamila tak bersalah akan masa lalu dari orang tua Kamila. Kamila anak yang baik. Buktinya, meskipun telah mengetahui semuanya, Setya serta keluarganya tetap mau menerima Kamila. Benar, kan?" Nenek Sumi semakin meyakinkan Kamila agar tak gegabah membatalkan pernikahannya dan juga Setya begitu saja.Kamila menatap lekat wajah sang nenek. Bagaimana mungkin, ia mengecewakan wanita pengganti sosok ibu baginya itu dengan membatalkan pernikahan. Sedangkan sang neneklah yang paling bahagia saat Kamila mengabarkan jika Setya akan melamarnya."Kamila mengerti, Nek. Kamila akan memikirkannya lagi. Nenek istrirahatlah, ya. Kamila ingin berbicara dengan paman Jupri dan juga kakek," ucap Kamila, lalu ke luar dari kamar. Di ruang tamu, Kamila melihat paman Jupri dan jiga kakeknya sedang mengobrol. Kamila yakin, yang mereka bicarakan tak lain dan tak bukan ialah perihal orang tuanya. "Mil ... sini duduk, Nak." Kakek Parmin meminta Kamila yang berdiri di a

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Berperang dengan batin

    "Tidak usah terlalu dipaksakan, Pak. Kami tau, Kamila pasti sangat terkejut. Biarkan dirinya bertenang dulu." Pak Wiguna meminta kakek Parmin agar tak terlalu mendesak Kamila perihal pernikahan ini."Sekali lagi, Kamila mohon maaf, Ayah, Bunda ... emmm ... Setya." Kamila kembali meminta maaf pada tiga orang yang sangat menyayanginya itu. Mata indahnya menatap ke arah Setya. Tak dipungkiri, hati kecilnya sangat tak ingin mengecewakan Setya dan juga keluarganya.Setya tersenyum tulus ke arah Kamila. Membalas tatap mata kekasih yang sangat dipujanya, "Tidak apa, Kamila. Jangan jadikan beban. Kita jalani saja semua prosesnya. Aku akan bersabar, menunggu apapun keputusanmu," ucapnya kemudian.Meskipun di hati kecilnya sangat mengharapkan persetujuan dari Kamila untuk menikah, namun Setya tak ingin memaksa Kamila. Dia sangat tau, gadisnya itu butuh waktu untuk menerima kenyataan tersebut."Paman, tinggallah di sini. Kamila masih ingin mengobrol dengan paman. Apa paman berkenan?" Dengan nada

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Keraguan

    Pak Jupri meyakinkan diri Kamila, hingga tangis gadis itu perlahan mereda. Entah mengapa, hatinya sangat teriris melihat Kamila menangis. Membuatnya terbayang lagi akan sosok sahabatnya--Ratih. Sahabat yang sangat ia rindukan, kini seperti sedang berada di hadapannya, dengan penampilan yang berbeda. Tak dapat lagi dipungkiri, raut wajah Kamila, sama persis dengan sang ibu. Hidung bangir, kulit putih merona, alis dan bulu mata yang tebal, juga sangat mirip dengan yang dimiliki oleh Ratih. Yang berbeda hanyalah, cara berpakaiannya saja. Jika dulu, Ratih kerap berpenampilan dengan dress selutut, menunjukkan kaki jenjangnya, kini putrinya, menutup seluruh bagian tubuhnya dengan gamis, serta tudung labuh. "Kamila, sayang, jangan terlalu difikirkan, Nak. Semua sudah jelas sekarang. Ayah, Bunda, juga Setya tak pernah mempermasalahkan segalanya. Tenanglah, Nak," ucap bu Indri lagi-lagi. Dirinya tak ingin, Kamila merasa rendah diri. Sebab baginya, Kamila ialah gadis sempurna yang dipilih unt

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Batalkan Saja?

    Bertujuan, agar suasana tak begitu canggung. Juga agar, dirinya bisa mengatakan kenyataan bahwa Kamila ialah putri yang dikandung ibunya, sebelum sah menikah dengan sang ayah biologis. Berat rasanya mengatakan hal tersebut pada gadis yang berhati baik seperti Kamila."Berarti, teman ibu yang sangat baik itu, adalah Paman? Maafkan Kamila, yang tak mengenali paman." Kamila perlahan mengingat sosok Jupri, yang kini duduk di hadapannya. Sosok yang sangat menyayanginya semasa kecil. Sosok yang pernah dianggapnya sebagai sang ayah. Namun sayang, mereka harus terpisah karna rasa tak enak hati dari ibu Kamila sendiri."Iya, Nak. Tak apa. Wajar saja. Sudah belasan tahun berlalu. Wajar, jika Kamila tak lagi mengenali paman." Pak Jupri tersenyum pada Kamila. Memaklumi gadis itu. "Tentang pernikahan, paman datang kemari, untuk meminta persetujuan dari Kamila dan juga dari kakek serta nenek Kamila." Pak Jupri lalu kembali membahas perihal pernikahan Kamila dan juga Setya."Persetujuan apa itu, Na

  • KAMILA : Kesabaran Menembus Batas   Kenyataan Pahit

    "Uang ini Setya berikan kembali pada nek Sumi. Setya ikhlas. Untuk membantu kebutuhan nenek dan juga kakek." Setya lantas memberikan uang itu pada nek Sumi."Nak Setya ..." ucap nek Sumi."Tidak, Nek. Jangan menolaknya lagi. Setya mohon." Bagai tau apa yang akan dikatakan nek Sumi, Setya mencegah lebih dulu untuk nek Sumi menolak pemberiannya."Benar, Bu Sumi. Sudah, simpanlah. Setya memberi dengan sepenuh hatinya. Lagipula, uang itu adalah hasil kerja Setya sendiri," ucap bu Indri kemudian.Mendengarnya, nek Sumi yang masih tak enak hati, menerima pemberian Setya, dan tak memberikan penolakan lagi."Sudah, ya. Semua sudah selesai. Semua sudah saling memaafkan. Kalau begitu, kita kembali ke tujuan awal berkumpul di sini. Benar begitu, Pak Parmin?" Pak Wiguna lalu membuka topik utama yang akan dibicarakan mereka malam ini."Benar sekali, Nak Wiguna." Kakek Parmin mengiyakan.Semua orang mendengarkan dengan seksama. Termasuk Pak Jupri, juga Rizki yang sedari tadi hanya menyimak pembicar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status