Irwan mengantar Kamini sampai dengan gerbang depan. Kamini melepaskan pelukan tangannya di pinggang Irwan kemudian turun dari motor. Kamini menghadap Irwan, tangannya masih berkutat dengan kait helm yang susah dilepas. Irwan turun dari motornya saling berhadapan dan menundukkan wajahnya membantu Kamini untuk melepaskan helmnya dibantu oleh cahaya temaram dari lampu jalan.
Klik ....
“Sayang ... aku sama Kamini kan sama-sama hamil jadi seharusnya kamu lebih perhatian dong sama aku. Aku istri tua lho, apalagi aku ngidam parah begini,” rajuk Yolanda dengan nada manja sembari merebahkan kepalanya di dada Dirandra.Dirandra sendiri merasa serba salah. Ia ingin memanjakan Yolanda karena penantiannya selama lima tahun akhirnya membuahkan hasil sang istri hamil tetapi dilain pihak ia tidak bisa mengenyahkan pikiran dari Kamini yang juga sedang hamil. Usia kehamilan Kamini sudah memasuki bulan ke empat tetapi nampak lebih besar dari wanita pada umumnya. Dirandra merasa
“Owh, maksudmu Irwan anak pak Kardi? Bukan dia kok. Cowok itu ganteng sepertinya pengusaha deh. Mukanya seperti bule, cakep deh pokoknya.”“Bunda kok malah muji cowok lain sih!?” protes Dirandra.“Eh, itu kenyataan kok. Kalau lihat sikapmu yang begini sih. Wajar saja jika Kamini dekat dengan cowok lain. Bayangkan aja dia hamil segede itu aja ada cowok seganteng it
Pinggul Kamini tak berhenti bergoyang dengan dibantu hujaman Dirandra dari bawah. Tempo hujaman Dirandra semakin kuat dan cepat dengan tak melepas lumayan pada bibir Kamini sampai puncak kenikmatan itu datang bersamaan untuk mereka. Milik Dirandra berkedut dan semakin terasa membesar di dalam tubuh Kamini dan menyemprotkan cairan cintanya di dalamnya.
Dirandra kembali melancarkan aksinya mengelus payudara Kamini yang kemudian digantikan oleh bibir dan lidahnya. Kemudian tangannya mengusap semakin ke bawah menggapai pusat tubuh Kamini yang masih terasa lembab dan hangat karena rangsangan ya tadi.“Nggh .... Katanya mau istirahat?” protes Kamini dengan nafas yang mulai terputus-putus. Kamini tampak memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya yang sedikit membengkak karena cumbuan Dirandra tadi.
Angin berhembus menerbangkan daun-daun di tanah kering itu. Seorang wanita bergaun hitam sepanjang lutut dan bermotif bunga ester, berdiri menatap gundukan tanah berselimut rumput yang terpangkas rapi.Yolanda bersimpuh di samping pusara tersebut menuangkan air mawar yang ia bawa dan menaburkan kelopak bunga mawar merah dan putih diatasnya. Tangannya terulur mengusap dengan lembut nama yang tertera di sana.
Kardi tersenyum di balik kemudi. Kemudian ia memalingkan wajahnya melirik Kamini yang mencondongkan tubuh menyentuh bahu kirinya.“Ada apa Neng?”“Bapak teh kenapa senyum-senyum sendiri. Awas setres lho, serem ih,” kata Kamini seraya meremas lembut bahu pak Kardi.
Yolanda memandang punggung suaminya yang duduk santai di balkon kamar mereka sembari mengisap rokoknya.Dirandra menoleh, menatap Yolanda yang berjalan mendekatinya. Ia tadi sudah sempat mendapatkan info dari pak Kardi kegiatan Kamini esok hari. Ia berencana mengikuti Kamini ke Bandung.Dirandra
Pandangan mata Dirandra tajam menusuk ke arah Tanti.“Duh, teman dia ya Yah. Ganteng-ganteng pisan. Ini teman yang mana lagi