Share

Mempermalukan

Author: Izz Rustya
last update Last Updated: 2024-04-25 02:18:26

Part 7

Aku menjatuhkan bobot di kursi kemudi, lalu menarik napas dalam-dalam. Aku merasa jalan ini terlalu gelap, bahkan untuk sekedar bernapas pun aku merasa kesulitan. Aura, kasihan sekali kamu, Nak.

Menghidupkan mesin, aku melajukan mobil menuju toko kue langganan. meski seluruh badanku terasa lemas setelah melihat kelakuan Mas Romi secara langsung, tapi aku harus tetap kuat demi Aura.

Di perjalanan, entah bagaimana ceritanya, tapi hampir saja aku menabrak orang yang mau menyebrang. Aku yang terkejut langsung menginjak rem mendadak hingga tubuhku serasa terdorong dengan kencang ke depan.

Buru-buru aku membuka kaca jendela untuk memastikan keadaannya.

Dengan raut wajah yang merah padam. wanita itu mendatangiku dan menghardik tanpa belas kasihan. tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa selain minta maaf dan memberinya beberapa lembar uang untuk mengobati rasa syok yang dia alami. wajar juga dia marah, karena hampir saja aku menabraknya.

"Heh, Mbak!

Kalau bawa mobil hati-hati dong!

Bisa nyetir gak sih!

Saya hampir mati tau gak!"

"Iya, Bu. Maafkan saya, ini salah saya yang tidak fokus.

Ini uang, untuk Ibu," ucapku sambil menyodorkan beberapa lembar uang pecahan seratus ribuan. Aku gak mau masalahnya jadi panjang. Ini semua gara-gara Mas Romi.

Setelah masalahnya selesai, aku melanjutkan perjalanan. kali ini aku membawa mobil dengan lebih hati-hati. karena kalau sampai terjadi apa-apa, aku sendiri yang rugi. sedangkan yang diuntungkan itu Mas Romi, dia pasti akan makin semena-mena.

Aku menghentikan laju kendaraan tepat di depan toko. saking seringnya membeli kue di toko ini, sampai-sampai para karyawan sudah hafal denganku. Mereka akan menyambut, menyapa dengan ramah, sambil menanyakan kabar Aura, jika putriku tak ikut serta bersamaku. Mereka bahkan tahu kalau Aura sering sakit-sakitan dan gadis itu akan bahagia jika mendapatkan chese cake kesukaannya.

Kalau boleh dibilang, orang-orang yang tidak kenal dan hanya tahu Aura sekilas saja, justru lebih perhatian dari pada suamiku dan keluarganya.

Mobil sudah terparkir cantik di depan toko. Aku meraih kunci mobil lalu keluar.

"Selamat pagi, Ibu, Mitha," sapa seorang pegawai toko yang sangat menyukai Aura, begitu aku memasuki toko. Entah suka atau cuma kasihan. Yang pasti, dia baik sama Aura.

"Pagi juga, Yani," sahutku membalas senyuman wanita berkulit langsat itu.

"Sedirian aja, Bu? Nngga sama si cantik?" tanyanya.

"Nggak, Yan, kebetulan saya abis ada urusan, jadi Aura gak ikut," timpalku seraya melihat deretan kue-kue yang terpajang.

"Oh, begitu, gimana kabarnya Aura, Bu?"

"Alhamdulillah, insyaAllah baik-baik saja, bantu doa ya. Saya kasihan kalau lihat Aura bolak-balik Rumah sakit terus!" Bukannya aku ingin mengeluh. Namun, aku juga ingin anakku bisa seperti teman-teman sebayanya yang normal.

"Pasti itu, Bu. Saya juga punya keponakan yang usianya 5 tahun. Kalau lihat Aura, saya jadi ingat keponakan saya di desa. Semoga cepat sembuh ya Adek Aura, tidak lagi bolak-balik rumah sakit," ungkapnya.

"Aamiin ya Allah, terima kasih doanya ya."

"Sama-sama, Ibu."

"Seperti biasa ya, bungkus cheese cake," kataku menunjuk bongkahan kue berbalut keju di seluruh permukaannya itu.

"Siap, Bu.

Oh, iya, ada menu baru nih, barangkali Ibu mau coba," tuturnya menawarkan kue bertoping buah kurma.

"Oh ya, apa itu?"

"Ini salah satu menu baru kami yang terbuat dari kurma terbaik, yang biasanya disebut kurma Nabi," serunya bersemangat menerangkan menu baru itu.

"Kelihatannya enak," ujarku menatap cake berwarna coklat itu.

"Pasti itu, Bu, semua kue buatan Laudya cake and pastry, pasti dijamin bikin ketagihan! Soalnya bikinnya juga pakai bahan-bahan premium," sahutnya mengacungkan dua jempol.

"Iya sih, kamu benar. Saya tidak pernah kecewa beli cake di sini. Apalagi menu baru terbuat dari kurma. Rasanya pasti lebih dari enak."

"Benar itu, Bu, rasanya istimewa lho, Bu.

Dalam sekejap saja sudah jadi best seller, selain itu manisnya juga alami," ungkapnya lagi dengan penuh semangat.

"Ya sudah, kalau gitu, bungkus juga yang itu ya."

"Siap, laksanakan!" Gadis berusia 20 tahun itu sigap memasukkan kue berukuran 15 cm yang aku pesan ke dalam box. Sekalian aku juga membelinya buat Bik Asih.

Dalam sekejap, dia sudah selesai dengan pekerjaannya.

"Besok-besok, kalau ke sini ajak Aura ya, Bu. Aku kangen deh sama si manis," tuturnya seraya menyerahkan plastik berisi kue.

Kalau bertemu Aura, pasti dia selalu memanggilnya si manis atau si cantik. Begitu pun teman-temannya yang lain, sampai ownernya saja aku kenal karena saking seringnya membeli kue kesukaan Aura. Di sinilah toko yang jadi andalan jika Aura keluar dari rumah sakit, dia akan kembali semangat kalau mendapatkan hadiah chese cake yang dibeli dari Laudya Cake and Pastry.

Setelah kue aku dapatkan, aku buru-buru pulang. Aura pasti senang.

Sesampainya di depan rumah, aku memarkirkan mobil di garasi, kemudian masuk.  Di dalam, Aura sedang menonton kartun Omar dan Hana yang menjadi film favoritnya. Aku juga suka dengan kartun yang satu ini, isinya pengajaran islami yang dikemas dengan apik hingga mudah dipahami anak-anak.

"Mamaaa!" seru Aura saat menyadari kedatanganku. Gadis itu berlari menghampiriku.

"Tadaaaa .... Mama tepati janji kan?"

"Iya Ma."

"Ini chese cake kesukaaan kamu," ujarku seraya mengacungkan paper bag berisi kue.

Matanya berbinar karena senang.

"Makan ya sama Bik asih, Mama mau ke kamar dulu."

Aura mengangguk, mengiyakan.

"Bi, aku juga bawain buat kue bolu rasa kurma buat Bibi, dimakan ya Bik."

"Iya, Nyonya, terima kasih banyak," sahutnya senang.

"Sama-sama." Aku menyerahkan plastik kue sama Bik Asih agar dia menyiapkannya untuk Aura.

Sementara itu, aku ke kamar untuk menyimpan beberapa perhiasan yang di lempar mertua tadi.

Setelah aku perhatikan, rupanya masih ada yang ketinggalan. setelah dicek dengan teliti. Benar, cincin permata rubynya hilang. Itukan cicin pemberian Ayah, waktu aku ulang tahun ke 17. Ayah juga berpesan, jangan sampai cincin itu hilang. Ish, bikin jengkel aja.

Cepat-cepat aku ke rumah ibu mertua yang jaraknya sekitar 30 menit di perjalanan.

Begitu aku sampai. terlihat banyak mobil terparkir di luar rumah.

Ada acara apa ini?!

Aku masuk dengan langkah mengendap-endap, mengintip dari celah jendela yang terbuka.

Ternyata acara arisan. Rupanya, dia mau memamerkan berlian mahal itu, karena tidak dapat, jadinya ia ambil perhiasanku yang lain.

Hih, dasar halu!

"Ini, baguskaaan," ujarnya memamerkan cincinku yang ia pakai di jari manisnya.

"Mama, kembaliin cincinku!" ucapku lantang di hadapan semua orang, hingga membuatnya mati kutu.

"Enak aja, ini punya Mama!" sergahnya sambil menyimpan jemari di belakang tubuhnya.

"Mama jangan ngaku-ngaku, mana buktinya kalau itu punya Mama?

Ini surat pembeliannya aja ada di aku!"

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
tokoh ceritanya tolol,dungu dan menye2. terlalu percaya sama pasangan buktinya
goodnovel comment avatar
Azizah Dullah
jalan cerita menyedihkan , menggeramkan dn simpati.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Tak Bisa Cuci Piring

    42Wanita itu sangat sakit hati. Dadanya bagai dicucuk beribu belati. Definisi sakit tapi tak berdarah. Ingin mengobati, tapi luka di dalam hati tak bisa terlihat. Andai bisa, ia sudah melakukannya.Dia baru menyadari, kalau Romi itu merasa sedang menggauli mantan istri, bukan dirinya sendiri.Netranya memanas, sedetik kemudian mulai berkabut lalu menjadi bongkahan air mata. yang meleleh, membasahi kedua pipi tirusnya."Tega sekali kamu, Mas!" Bahunya berguncang hebat, tanda ia menangis tersedu-sedu dengan kedua tangan menangkup wajahnya.Nampaknya karena saking lelah, Romi sama sekali tidak sadar, apalagi mendengar isakannya. malah sekarang mulai terdengar dengkuran halus dari mukutnya. Menyadari hal itu, Anita tampak makin kesal dan menangis sesenggukan.Entah kenapa, Anita merasa seperti menjadi seorang pengemis, yang ingin pria itu sadar, meminta maaf, memeluk lalu mengajak tidur bersama.Namun, tak mungkin sekali! pikirnya.Anita membaringkan tubuh, membelakangi Romi. Ia masih m

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Pengaruh Obat Kuat

    Farah berjalan menghampiri Anita yang gelagatnya terlihat mencurigakan.Seraya menyunggingkan senyum, wanita berusia 40 tahunan itu berceloteh, hingga membuat Anita yang tengah dilanda emosi, nampak tersentak kaget."Duh pengantin baru!Lagi ngapain di dapur?""Eh, Mbak Farah.Ini, aku lagi ngambil air minum.Aku haus," sahutnya malu-malu. Segera ia sembunyikan botol obat di belakang pinggangnya."Apaan tuh, yang kamu sembunyiin?" tanyanya kepo, matanya nampak melirik, mencoba menggali apa yang telah disembunyikan adik iparnya.Namun, wanita itu tidak bisa melihat dengan jelas, tapi ia bisa menyimpulkan kalau itu adalah botol obat."B--bukan apa-apa kok, Mbak Farah sendiri kok belum tidur?" tanya Nita sekedar basa- basi. ia memang harus mengambil hati semua orang yang ada di rumah ini agar hubungannya dengan Romi didukung, agar tidak ada orang yang memihak mantan istri suaminya.Dia hanya belum tahu, kalau orang-orang yang ia anggap sebagai penolong hubungannya dengan sang suami, justr

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Malam Pertama 2

    Malam pertama yang dingin.Sampai acara usai, pria itu tetap tak mengindahkan istrinya. Tak ia pedulikan ocehan Anita. bahkan setiap celotehan yang keluar dari mulutnya hanya ditanggapi dengan 'ya' atau 'tidak'.Padahal, sebelum menikah Romi selalu memuji kecantikan wanita berambut panjang tersebut. Tapi kini, setelah menjadi istrinya, dan mengetahui kalau Mitha sekarang kehidupannya jauh melesat tinggi.Pria itu pun merasa tidak berselera pada Anita, terutama setelah melihat wajah Mitha yang cantik luar biasa. Bibir warna ombre itu nampak menggairahkan, bak apel merah segar yang baru dipetik dari pohonnya.Semua kata-kata cinta, seolah menguap begitu saja. Entah kemana janji yang telah ia ucapkan barusan, janji sebagai seorang suami yang harus tanggungjawab tentu bukan hanya terhadap lahir tapi juga batinnya.Mungkin memang benar kata orang. Biasanya, sesuatu yang belum dimiliki itu terlihat menarik, tapi jika sudah didapatkan seperti biasa saja. Begitu juga dengan pernikahan.Sebe

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Malam Pertama

    Sembari mengambil gelas kaki berisi minuman berwarna merah cerah, pria itu tampak asyik mencondongkan bagian kepalanya, mencuri dengar obrolan para konglomerat yang sedang berkumpul mengerubungi Puspa dan Mitha, bak gerombolan semut yang sedang merebungi gula. Telinganya serasa berdengang mendengar mereka yang berebut ingin menjodohkan Mitha dengan para anak lelakinya.Rasa panas menjalari hati dan pikirannya. Ya, pria itu diserang rasa cemburu dan panik, takut kalau Mitha akan menerima salah satu pinangan dari mereka."Dasar para tua bangka tidak berguna!Materialistis sekali mereka!" desisnya mengumpat dengan tangan yang mengepal kuat."Mau-mau aja menjodohkan anak lelaki mereka dengan janda beranak satu!Kaya nggak ada gadis saja di dunia ini!Lihat saja, Mitha pasti akan kembali kepelukanku!Aku akan menjadi lebih kaya lagi, lebih dari yang dulu. Kali ini, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan Mitha. Aku sadar sekarang, hanya dialah yang mampu menggetarkan hatiku. Tidak wanita lain

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Makin Tergoda

    Anita dan ibunya melotot, hendak keluar dari kelopaknya. Keduanya sangat terkejut. seolah merasa ini adalah mimpi buruk. "Ini gila!Bukannya wanita itu sudah jatuh miskin? kenapa tiba-tiba dia punya Ibu yang merupakan atasan Ayah?" batinnya dalam hati."Cepat, kalian minta maaf sekarang juga!"Keduanya saling melempar pandangan.Wanita itu kesal lalu pergi sembari menghentakkan kakinya dan menarik Romi untuk duduk di atas pelaminan.Istri Manaf tampak bingung dengan kejadian tak terduga ini. Wanita itu langsung meminta maaf pada Mitha. Setelah itu, dia membawa suaminya pergi untuk meminta penjelasan.Hilyaa cs yang sedari tadi menyimak obrolan mereka juga tak kalah terkejut.Tidak menyangka kalau Mitha anak konglomerat, bahkan putri dari atasan suaminya di kantor."Jadi, yang dikatakan Melda itu benar, kalau wanita itu rupanya adalah anak angkat, bahkan Ibu kandungnya jauh lebih kaya daripada Ayahnya dulu. Ini benar-benar luar biasa!"Dalam pikirannya, wanita itu mengira kalau Mitha

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Menyesal

    "Asal kamu tahu saja, Mita adalah putri kandung saya, yang sudah hilang selama lebih dari 20 tahun!""Apa?!" Semua orang nampak terkejut dan terhenyak mendengar pernyataan Puspa barusan.Apalagi yang datang kebanyakan adalah tamu-tamu penting perusahaan.Kini semua mata tertuju pada Puspa. Mereka memasang telinga lebar-lebar. "A--apa, maksud Nyonya dengan mengatakan dia adalah ...."Belum sempat pria itu melanjutkan perkataannya, Puspa langsung menyela.Wanita yang rambutnya disanggul rapi itu, sungguh tidak terima anaknya direndahkan di depan matanya langsung."Bukankah penjelasan saya barusan jelas?! Mitha adalah putri kandung saya!Tolong jaga ucapan dan sikap Anda padanya!Atau saya bisa memecat Anda sekarang juga!"Wanita itu tidak main-main dengan ancamannya, karena Pak Manaf sudah melukai hatinya. Di hadapannya, di depan semua orang, pria botak itu berani menghardik Mitha di depan matanya sendiri.Pria berkepala plontos itu terhenyak. Tangannya gemetar ketakutan, dia langsung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status