Share

Ternyata ....

Author: Izz Rustya
last update Last Updated: 2024-04-25 02:17:48

Part 6

Wanita itu mencak-mencak, wajahnya merah padam, rasanya pasti campur aduk jadi satu tuh!

Rasain! dasar pelakor. dandanannya yang udah rapi jadi berantakan. Impiannya mengambil ijazah kelulusan dan berjabat tangan dengan Pak Rektor akhirnya gagal total. Kebanggaan yang seharusnya dielu-elukan pada hari ini hanya ada dalam angan. Aku yakin, dia akan benci mengenang hari wisudanya sendiri. Hahaha, ups. tapi pelakor seperti dia memang pantas mendapatkannya!

Dadanya kembang kempis menandakan ia amat marah padaku. Gak kebalik emang? Bukannya aku yang harusnya marah seperti itu? yang mencak-mencak dan mengumpat! yang wajahnya merah padam dan ingin menjambak! harusnya dengan kejadian ini dia sadar, bukan malah bersikap bagai orang terdzolimi, padahal di sini aku yang jelas-jelas tersakiti.

Kedua orang tuanya tampak sibuk menenangkan anak gadisnya, kemudian mereka mengajak Anita pergi sambil merangkul, melindungi dari tatapan orang-orang yang menatapnya dengan rasa jijik.

Sesak dadaku, kok tiba-tiba ada rasa iri di hati ini ketika melihat wanita itu mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tuanya, terutama dari suamiku. Aku buru-buru sembunyi di antara kerumunan orang-orang yang sedang berkumpul, takutnya Mas Romi mengenali. dengan badan yang sedikit aku bungkukkan, agar tak ketahuan saat pria itu lewat.

Lihat, sepeduli itu dia pada selingkuhannya, tapi terhadap anak dan istri sendiri ditelantarkan sedemikian rupa. Setelah masuk ke mobil, suaranya terdengar ngegas. Brummm! sesaat kemudian mundur dan melaju dengan kencang. Tak dihiraukannya teriakan yang memekakan telinga.

"Huuuu! dasar pelakor, mati aja sana!

Bikin malu gelar dokter aja!"

"Iya, bikin malu kampus!"

Aku menatap nanar mobil pajero hitam yang meninggalkan parkiran.

"Mbak Mitha!" Aku tersentak kaget saat Delin menyentuh pundakku.

Netraku mengerjap beberapa saat, tapi bayangan mereka masih saja menari di pelupuk mata.

Gadis itu lantas memelukku untuk menguatkan.

"Mbak, maaf kalau aku lancang, lebih baik kamu segera menggugat cerai lelaki bangsat itu!" sungutnya menggebu-gebu.

Gadis ini kalau ngomong memang gak bisa disaring. Labas aja gitu, kayak gak ada remnya.

"Benar itu, apa yang dikatakan sepupu kamu!"  timpal Om yang muncul setelah kedatangan Delin.

Ya ampun, betapa malunya aku di hadapan mereka dengan kelakuan Mas Romi.

"Iya, bahkan berani-beraninya dia datang ke sini, mungkin dia tidak tau kalau Delin berada di kampus yang sama!

Kami syok banget, Mitha!

Tante benar-benar tidak menyangka dengan suami kamu itu! Ternyata selama ini dia penuh kepalsuan!

Benar-benar lelaki yang tidak tau diri! Tante juga setuju dengan Delin! 

Mitha, lebih baik kalian segera bercerai!" ujarnya dengan raut wajah yang begitu kentara sekali, kalau ia amat membenci Mas Romi.

"Benar, jangan lupa kau harus pergi ke kantor secepatnya, untuk memeriksa keadaan di sana," pesan Om Burhan padaku.

"Om dengar, perusahaan kamu sedang pailit bukan? Om yakin ada kecurangan besar-besaran. Jangan khawatir soal Aura, Tantemu bisa membantu untuk menjaganya," tutur Om Burhan, adik mendiang Ayah.

"Makasih, Om, Tante, atas kepeduliannya. Kalau Delin gak ngasih tau, mungkin sampai sekarang aku masih seperti orang bego yang percaya saja dengan ucapan lelaki jahat itu.

Om tenang aja, soal mengurus Aura aku akan cari suster berpengalaman. Aku gak mau merepotkan Tante.

Dan soal urusan kantor, aku akan secepatnya ke sana. Aku juga berpikir demikian, Om.

Omset perusahaan semakin menurun drastis akhir-akhir ini.

Tapi, dari mana Om tahu kalau perusahaanku sedang pailit?" Selama ini, aku tidak menceritakan apapun sama siapa pun.

Pria itu terlihat gelapagan, aku tau dari gestur tubuhnya.

"Suamimu, minggu lalu datang ke kantor Om untuk meminjam uang dalam jumlah besar, dan berjanji akan mengembalikannya dalam waktu dekat."

"Apa?!" Aku sangat terkejut mendengarnya. Aku saja, yang keponkannya, tak berani meminjam uang. Tapi, Mas Romi, berani sekali dia!

Astaga, Mas Romi benar-benar keterlaluan! 

"Tapi, Om curiga, jadi gak kasih. Om bilang, kamu yang harus bicara langsung sama Om, baru nanti Om bantu. Tapi Om tunggu, sampai sekarang kamu gak telpon ataupun menemui Om. Jadi, Om semakin yakin kalau ada apa-apa sama dia!" jelas Om Burhan. Rasanya dadaku semakin sesak saja.

"Syukurlah, kalau Om gak ngasih, suamiku bahkan gak bilang apa-apa soal pinjam-meminjam uang," sahutku. karena memang begitu kenyataannya, atau mungkin aku lupa? Tapi rasanya, aku yakin betul Mas Romi gak bilang apa-apa kecuali soal omset yang terus menurun.

"Mitha, jangan-jangan suamimu itu menghambur-hamburkan uang perusahaan untuk wanita! Om dengar dari Delin, kalau gadis itu sahabatnya."

"Bisa jadi, tapi uang sebanyak itu dikemanakan?" Tante Dela menyela.

"Bisa saja dia siap-siap untuk berbagai kemungkinan!" tegas Om Burhan.

"Iya, Pa, kamu benar," sahut Tante.

"Delin, kalau gitu, kamu tau kan kehidupan keluarganya dia seperti apa?" tanyaku menatap matanya.

"Sebenarnya aku tidak terlalu tau sih, soalnya Anita, jarang cerita masalah keluarga. Dia cuma  banyak cerita padaku tentang sugar daddy, bahkan kata dia sering main ke rumahnya," ungkap Delin.

"Kalau begitu, kamu tahu dong, Sayang, di mana rumah pelakor itu?" tanya Tante Dela.

Gadis itu mengangguk mengiyakan.

"Jangan ditunda-tunda, Mitha. Kamu harus selesaikan secepatnya. Om dan Tante akan mendukungmu, tidak mungkin kami membiarkan kamu sendiri dalam menghadapi suami licikmu itu. Kalau kau perlu apa-apa, katakan pada kami, oke?"

Rasanya aku sungguh terharu, selama ini aku selalu menutupi semuanya karena malu, berusaha tegar menghadapi sendiri, tanpa aku tau mereka juga mengetahui banyak tindak-tanduk suami dan keluarganya yang tidak beres itu. 

Aku mengangguk setuju. "Iya, Om."

Aku menghela napas panjang, untuk sekedar memberi ruang dalam dada yang terasa sempit ini.

"Selamat ya, Delin, akhirnya kamu mendapatkan gelar dokter," ungkapku turut senang karena gadis itu meraih impiannya menjadi seorang dokter dan akan segera melanjutkan studynya untuk mendapatkan gelar Dokter spesialis kandungan.

"Iya, Mbak terima kasih ya, ini juga berkat kamu yang selalu menyemangatiku."

"Tidak, aku cuma bisa menyemangati agar kamu giat belajar, selebihnya kamu menaklukannya sendiri. Kamu memang hebat Delin. Semoga kamu menjadi dokter yang baik dan jujur."

"Tentu saja, Mbak."

"Kalau begitu, Mbak permisi dulu, Mbak janji tidak akan lama, khawatir juga kalau meninggalkan Aura cuma berdua sama Bik Asih di rumah."

"Iya, Mbak."

"Om, Tante, aku pamit ya," ujarku sambil mencium punggung tangan mereka secara bergantian.

"Hati-hati di jalan, Mita!" seru Tante Dela.

"Maaf Delin, Mbak gak bawa apa-apa. Nanti hadiahnya nyusul deh," ucapku yang merasa tak enak hati karena tidak menyiapkan kado ataupun membawa buket bunga sebagai ucapan selamat. Di saat seperti ini, pikiranku bercabang dan sama sekali tidak bisa berpikir jernih.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Retno w
aneh punya perush kok mudah bgt kasih ke suami utk ngurusin.....dimana2 kalo punya ortu ke saudara..kandung,sepupu,paman...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Tak Bisa Cuci Piring

    42Wanita itu sangat sakit hati. Dadanya bagai dicucuk beribu belati. Definisi sakit tapi tak berdarah. Ingin mengobati, tapi luka di dalam hati tak bisa terlihat. Andai bisa, ia sudah melakukannya.Dia baru menyadari, kalau Romi itu merasa sedang menggauli mantan istri, bukan dirinya sendiri.Netranya memanas, sedetik kemudian mulai berkabut lalu menjadi bongkahan air mata. yang meleleh, membasahi kedua pipi tirusnya."Tega sekali kamu, Mas!" Bahunya berguncang hebat, tanda ia menangis tersedu-sedu dengan kedua tangan menangkup wajahnya.Nampaknya karena saking lelah, Romi sama sekali tidak sadar, apalagi mendengar isakannya. malah sekarang mulai terdengar dengkuran halus dari mukutnya. Menyadari hal itu, Anita tampak makin kesal dan menangis sesenggukan.Entah kenapa, Anita merasa seperti menjadi seorang pengemis, yang ingin pria itu sadar, meminta maaf, memeluk lalu mengajak tidur bersama.Namun, tak mungkin sekali! pikirnya.Anita membaringkan tubuh, membelakangi Romi. Ia masih m

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Pengaruh Obat Kuat

    Farah berjalan menghampiri Anita yang gelagatnya terlihat mencurigakan.Seraya menyunggingkan senyum, wanita berusia 40 tahunan itu berceloteh, hingga membuat Anita yang tengah dilanda emosi, nampak tersentak kaget."Duh pengantin baru!Lagi ngapain di dapur?""Eh, Mbak Farah.Ini, aku lagi ngambil air minum.Aku haus," sahutnya malu-malu. Segera ia sembunyikan botol obat di belakang pinggangnya."Apaan tuh, yang kamu sembunyiin?" tanyanya kepo, matanya nampak melirik, mencoba menggali apa yang telah disembunyikan adik iparnya.Namun, wanita itu tidak bisa melihat dengan jelas, tapi ia bisa menyimpulkan kalau itu adalah botol obat."B--bukan apa-apa kok, Mbak Farah sendiri kok belum tidur?" tanya Nita sekedar basa- basi. ia memang harus mengambil hati semua orang yang ada di rumah ini agar hubungannya dengan Romi didukung, agar tidak ada orang yang memihak mantan istri suaminya.Dia hanya belum tahu, kalau orang-orang yang ia anggap sebagai penolong hubungannya dengan sang suami, justr

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Malam Pertama 2

    Malam pertama yang dingin.Sampai acara usai, pria itu tetap tak mengindahkan istrinya. Tak ia pedulikan ocehan Anita. bahkan setiap celotehan yang keluar dari mulutnya hanya ditanggapi dengan 'ya' atau 'tidak'.Padahal, sebelum menikah Romi selalu memuji kecantikan wanita berambut panjang tersebut. Tapi kini, setelah menjadi istrinya, dan mengetahui kalau Mitha sekarang kehidupannya jauh melesat tinggi.Pria itu pun merasa tidak berselera pada Anita, terutama setelah melihat wajah Mitha yang cantik luar biasa. Bibir warna ombre itu nampak menggairahkan, bak apel merah segar yang baru dipetik dari pohonnya.Semua kata-kata cinta, seolah menguap begitu saja. Entah kemana janji yang telah ia ucapkan barusan, janji sebagai seorang suami yang harus tanggungjawab tentu bukan hanya terhadap lahir tapi juga batinnya.Mungkin memang benar kata orang. Biasanya, sesuatu yang belum dimiliki itu terlihat menarik, tapi jika sudah didapatkan seperti biasa saja. Begitu juga dengan pernikahan.Sebe

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Malam Pertama

    Sembari mengambil gelas kaki berisi minuman berwarna merah cerah, pria itu tampak asyik mencondongkan bagian kepalanya, mencuri dengar obrolan para konglomerat yang sedang berkumpul mengerubungi Puspa dan Mitha, bak gerombolan semut yang sedang merebungi gula. Telinganya serasa berdengang mendengar mereka yang berebut ingin menjodohkan Mitha dengan para anak lelakinya.Rasa panas menjalari hati dan pikirannya. Ya, pria itu diserang rasa cemburu dan panik, takut kalau Mitha akan menerima salah satu pinangan dari mereka."Dasar para tua bangka tidak berguna!Materialistis sekali mereka!" desisnya mengumpat dengan tangan yang mengepal kuat."Mau-mau aja menjodohkan anak lelaki mereka dengan janda beranak satu!Kaya nggak ada gadis saja di dunia ini!Lihat saja, Mitha pasti akan kembali kepelukanku!Aku akan menjadi lebih kaya lagi, lebih dari yang dulu. Kali ini, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan Mitha. Aku sadar sekarang, hanya dialah yang mampu menggetarkan hatiku. Tidak wanita lain

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Makin Tergoda

    Anita dan ibunya melotot, hendak keluar dari kelopaknya. Keduanya sangat terkejut. seolah merasa ini adalah mimpi buruk. "Ini gila!Bukannya wanita itu sudah jatuh miskin? kenapa tiba-tiba dia punya Ibu yang merupakan atasan Ayah?" batinnya dalam hati."Cepat, kalian minta maaf sekarang juga!"Keduanya saling melempar pandangan.Wanita itu kesal lalu pergi sembari menghentakkan kakinya dan menarik Romi untuk duduk di atas pelaminan.Istri Manaf tampak bingung dengan kejadian tak terduga ini. Wanita itu langsung meminta maaf pada Mitha. Setelah itu, dia membawa suaminya pergi untuk meminta penjelasan.Hilyaa cs yang sedari tadi menyimak obrolan mereka juga tak kalah terkejut.Tidak menyangka kalau Mitha anak konglomerat, bahkan putri dari atasan suaminya di kantor."Jadi, yang dikatakan Melda itu benar, kalau wanita itu rupanya adalah anak angkat, bahkan Ibu kandungnya jauh lebih kaya daripada Ayahnya dulu. Ini benar-benar luar biasa!"Dalam pikirannya, wanita itu mengira kalau Mitha

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Menyesal

    "Asal kamu tahu saja, Mita adalah putri kandung saya, yang sudah hilang selama lebih dari 20 tahun!""Apa?!" Semua orang nampak terkejut dan terhenyak mendengar pernyataan Puspa barusan.Apalagi yang datang kebanyakan adalah tamu-tamu penting perusahaan.Kini semua mata tertuju pada Puspa. Mereka memasang telinga lebar-lebar. "A--apa, maksud Nyonya dengan mengatakan dia adalah ...."Belum sempat pria itu melanjutkan perkataannya, Puspa langsung menyela.Wanita yang rambutnya disanggul rapi itu, sungguh tidak terima anaknya direndahkan di depan matanya langsung."Bukankah penjelasan saya barusan jelas?! Mitha adalah putri kandung saya!Tolong jaga ucapan dan sikap Anda padanya!Atau saya bisa memecat Anda sekarang juga!"Wanita itu tidak main-main dengan ancamannya, karena Pak Manaf sudah melukai hatinya. Di hadapannya, di depan semua orang, pria botak itu berani menghardik Mitha di depan matanya sendiri.Pria berkepala plontos itu terhenyak. Tangannya gemetar ketakutan, dia langsung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status