Melihat wajah wajah yang tidak ramah mendekat, De Raga dengan sigap menghalangi mereka.
"Mau apa kalian?!" teriak De Raga lantang.
"Kalau kamu tidak mau mati, jangan ikut campur!" jawab salah seorang dari mereka yang berkepala botak dan berbadan paling besar. Kemungkinan, ia adalah pemimpin kelompok preman itu.
"Orang ini sudah meminta bantuan kepadaku, sekarang, dia menjadi tanggung jawabku!" jawab De Raga sambil menghalangi mereka untuk mendekati pintu mobil Dayu.
Melihat sikap De Raga yang protektif, pria berkepala botak itu memberikan isyarat kepada komplotannya agar menyingkirkan si penghalang itu.
Tiga orang
"Terima kasih sudah menolong pacar saya," ucap De Arya yang berdiri di dekat ranjang De Raga."Ah biasa saja, ada orang yang sedang mengalami kesulitan, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menolong. Oh ya, apakah sudah mengetahui si pemilik mobil?"De Arya menggelengkan kepala, kemudian ia mendesah. Lalu ia berkata;"Menurut tim pelacak, plat nomor itu palsu. Akan sulit untuk memecahkan kasus ini. Tapi kita masih bisa mencoba mencari tersangka dengan sket wajah. Apabila kami membutuhkan bantuanmu, apakah kami bisa menghubungimu?""Pasti, saya siap membantu," jawab De Raga.Komandan Polisi itu terdiam sejenak, ia menyilangkan tangannya.
Robertus adalah seorang pemuda yang pernah diselamatkan ayahnya dari perkelahiannya dengan anak geng motor. Pemuda itu kemudian mengabdi kepada keluarga pak Bagus untuk menjadi security di hotel. Namun Dayu telah mendengar kabar bahwa pria itu pulang ke kampung halamannya dan tidak kembali ke Bali.“Sejak kapan dia kembali kesini?” tanya Dayu dengan mengernyitkan alisnya“Sudah dari tiga tahun yang lalu. Sekarang ia menjabat kepala keamanan di hotel. Ayah rasa orang itu akan sanggup melindungimu.”Mengetahui bahwa pak Bagus sudah membuat keputusan untuk putrinya, De Arya tak bisa berkata-kata lagi."Baiklah, saya percaya bapak tahu yang terbaik bagi Dayu. Kalau begit
Dayu tersenyum sendiri karena penglihatan itu. Hal itu membuat De Arya terheran-heran.Ia telah memperhatikan kekasihnya yang bersikap aneh sejak beberapa saat lalu."Kamu kenapa? kok senyum sendiri?" tanyanya memecah keheningan.De Raga yang tertidur pulas di jok belakang tidak mengetahui apa yang terjadi."Ah tidak, hanya bayangan lucu tentang dua anak kecil yang berlarian," jawab Dayu sambil tersenyum."Anak kecil? jangan membuatku takut! aku tidak melihat siapa-siapa di jalan sepi ini," ujar De Arya sambil menengok ke arah spionnya."Apakah kamu percaya Deja vu? itu
"Ah sial! kemana mereka?" ucap De Arya gusar. "Kita telusuri saja sungai ini, mungkin mereka masih di sekitar sini," sahut De Raga. Segera di langkahkan kaki nya menyusuri jalan setapak di pinggiran sungai dengan diikuti oleh kedua temannya. "Kita cari saja setengah jam. Kalau tidak ketemu, kita tinggal saja!" De Arya gusar. "Eh, kamu tega sekali! kalau ternyata terjadi sesuatu dengan mereka bagaimana?" tanya Dayu. "Parto itu anggota polisi, dan Robertus kepala keamanan di hotelmu kan? pastinya mereka memiliki badan yang kuat, tidak mungkin mati karena tidur diluar," tukas De Arya cuek. "Mereka mungkin tidak
"Dayu! bangun Dayu!" De Arya menepuk-nepuk pipi gadis itu. Lalu ia bangkit untuk menyalakan lampu dan kembali mendekati gadis yang mulai membuka matanya. "Air! Aku mau minum!" ucap Dayu. De Arya bergegas menuju dapur dan mengambil segelas air. Sesaat dia menengok ke arah jam dinding. Waktu menunjukkan pukul 4 pagi. Lalu pria itu segera kembali ke kamar dan menyerahkan segelas air putih untuk kekasihnya. Setelah meneguk beberapa kali, Dayu bernafas lega. "Tega sekali kamu… " ucap De Arya cemberut. "Apa maksudmu?" "Akulah yang menggenggam tanga
"Kak Dayu tunggu!" teriak Mang Arini. Gadis belia itu berjalan setengah berlari, mengejar Dayu yang berjalan cepat dan seolah-olah ia mengenali daerah tersebut. Sementara dosen itu terus saja bergegas. Ia tak mengindahkan teriakan Mang Arini dan terus melangkahkan kaki mengikuti kata hatinya. Di dalam pikirannya cuma ada satu, bertemu Iluh Suci. "Kak Dayu, kenapa berjalan cepat sekali? pelan- pelan kak!" ucap Mang Arini terengah - engah. Ia akhirnya dapat menggapai tangan dosen itu. Pada saat itu juga, Dayu menyadari kekeliruannya. Ia menghentikan langkahnya dan mengatur nafasnya. Lalu ia berbalik dan menatap gadis yang mengejarnya.
Setelah Dayu selesai membaca pesan daun pada lontar itu, semua orang yang ada disana tertegun. Tak sepatah katapun keluar dari bibir mereka.Mereka terdiam bagaikan baru saja menerima sebuah berita duka.Terutama Dayu, sulit baginya menerima kenyataan itu. Ia tak menyangka bahwa dirinya 200 tahun yang lalu, meninggal dengan cara yang tidak wajar. Sangat sedih baginya melihat dirinya di masa lalu alias Iluh Suci yang selalu tampak riang di dalam mimpinya, mengalami takdir hidup yang malang.Namun bagaimana ceritanya ia mati? semua itu masih menjadi misteri. Terlebih lagi, sekarang Tuhan telah memberikan ingatannya kembali. Hal itu pastilah untuk menggenapi perjanjian yang tersisa dari masa lalunya.
Ketika kedua mobil itu memasuki perbatasan Denpasar, mereka berhenti sejenak.Dayu berjalan ke arah mobilnya diikuti oleh De Arya."Aku pulang dulu ya," ucap Dayu.De Arya menahan tangan Dayu dan merengkuh pinggang gadis itu."Aku akan merindukanmu, kapan kita bisa bertemu? Apakah besok kita bisa makan malam di hotel? aku ingin memperkenalkan ibuku kepadamu."Dayu tidak menyangka akan ada ajakan seperti itu sedemikian cepat. Sesaat gadis itu terlihat bingung, bimbang dan ragu.Dia hanya terdiam saja."Mengapa kamu terdiam?