Kehadiran seorang bayi di tengah keluarga Rangga dan Fasha memberi kebahagiaan tersendiri terutama untuk Mamah Tari yang sejak dulu begitu menantikan kehadiran seorang cucu.Selesai persalinan Rangga pun dipersilahkan kembali untuk menunggu di luar dan bayinya akan dipindahkan ke ruang perawatan."Pak Rangga silahkan kembali tunggu di luar kembali!!" suruh seorang perawat.Rangga lalu berdiri."Aku keluar dulu yahh!!" pamit Rangga sebelum pergi, ia pun mengusap air mata di wajahnya karena terharu saat melihat dan mendengar suara bayi kecil itu untuk pertama kalinya."Rangga... gimana?? bayinya sudah lahir??" tanya Mamah Tari."Keadaan Fasha gimana??" Pak Evan yang ikut menyerobot bertanya."Bayinya sudah lahir, jenis kelaminnya laki-laki dan keadaan Fasha untuk saat ini cukup baik, namun dia masih belum sadar sepenuhnya karena pengaruh obat bius," jawab Rangga."Alhamdulillah...." ucap syukur Mamah Tari dan Ibu Maya."Bayinya akan dipindahakan ke ruang perawatan bayi, nanti kalian bis
Rangga pun baru tahu tentang hubungan Ibu Maya di keluarga Fasha."Pah.... maksud Papah apa??" tanya Rangga bingung."Mamah kadung Fasha sudah meninggal saat Fasha masih bayi," ucap Pak Evan."Meninggal??? Jadi Mamah Maya tidak ada hubungan darah dengan Fasha??" Rangga yang masih belum percaya dengan apa yang ia dengar.Suster kembali keluar."Bagaimana Pak Rangga sudah ada yang bisa mendonor??" tanya suster."Tunggu sebentar Sus!!!" jawab Rangga. Ia pun langsung menghubungi teman-temannya, termasuk Dinda karena golongan darah Dinda sama dengan Fasha."Hallo Din.... maaf aku ganggu kamu, tapi aku benar-benar membutuhkanmu saat ini," ucap Rangga terburu-buru."Maksudnya apa sih???" tanya Dinda bingung."Fasha baru saja melahirkan, namun ia mengalami pendarahan hebat dan butuh transfusi darah sedangkan pasokan darah di rumah sakit untuk golongan AB tidak ada. Aku mohon bantu aku. Selamatkan Fasha!! pinta Rangga yang sudah tidak memikirkan rasa malu lagi.Mendengar hal itu Dinda terkeju
Semua orang mematung saat Dinda melenggang pergi dari ruang transfusi. Ia terlihat puas dengan keterpurukan yang sedang dihadapi dua keluarga ini. Seolah sedikit demi sedikit rasa sakitnya mulai terbayarkan. "Dasar wanita jalang," kesal Pak Evan dalam hatinya saal melihat Dinda yang tersenyum puas di hadapan Pak Evan. Rangga pun mengejar Dinda dan berterima kasih padanya karena dia masih punya hati untuk membantu istri dan anaknya. "Din tungga!!" Rangga meraih tangan Dinda. "Kamu mau apa lagi??" tanya Dinda sinis. "Aku cuma mau bilang terima kasih, karena kamu mau mendoorkan darahmu untuk Fasha," jawab Rangga agak kikuk. Dia terlihat malu karena perlakuannya selama ini, tapi di sisi lain Rangga pun sangat bersyukur. "Rawatlah mereka, jangan sampai kamu bernasib sama seperti mertuamu," Dinda lalu meninggalkan Rangga yang mematung usai mendengar ucapannya. "Apa maksud Dinda barusan??" Rangga bertanya-tanya dalam hatinya, namun ia mencoba untuk mengabaikannya lalu kembali pada kela
Hari ini tepat sepuluh tahun usia pernikahan Dinda dan Rangga. “Happy anniversary, sayang!” ucap Rangga yang langsung mendaratkan satu kecupan hangat di kening Dinda. “Masya allah Mas!!” Dinda merasa takjub dengan kejutan yang diberikan oleh Rangga. Sebuah makan malam mewah di restoran bintang lima yang khusus Rangga pesan di hari spesial mereka berdua. Tersaji sebuah hidangan khusus dan kueh tar yang bertuliskan “Happy Anniversary 10 th Adinda & Rangga” ada juga buket bunga mawar merah berukuran besar yang Rangga pesan untuk Dinda. “Kamu suka?” tanya Rangga. “Jelas aku suka sekali, Mas!!” ucap Dinda sambil memeluk Rangga. Kehidupan pernikahan Dinda dan Rangga memang begitu harmonis. Rangga juga tipikal laki-laki yang romantis, namun satu hal yang di sayangkan mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Selama ini sekalipun Rangga tidak pernah menutut hal tersebut dari Dinda karena hidup berdua bersama Dinda pun sudah cukup bagi Rangga. Bahkan Rangga sempat bilang pada Dinda untu
“Sudahlah Mah, biarkan mereka istirahat. Kita bisa bahas ini lagi nanti!” suruh Papah Harto. “Gak bisa Pah! Papah harus tau yah, selama ini mereka tuh malah memutuskan untuk childfree,” ucap Mamah Tari. “Childfree??” tanya Papah Harto yang belum paham dengan istilah tersebut. “Mereka memutuskan untuk tidak punya keturunan sama sekali dan sudah pasti Rangga terdorong seperti itu karena memang Dinda yang mandul!” jelas Mamah Tari. Papah Harto pun terkejut mendengar penjelasan dari istrinya. “Rangga!! Kalian juga tidak seharusnya seperti itu!!” ucap Papah Harto yang tidak percaya dengan keputusan putranya itu. “Pah, ini kehidupan pernikahan Rangga dan Dinda, jelas ini hak kita. Toh Rangga juga udah bahagia ko bisa hidup sama Dinda,” tegas Rangga pada orangtuanya. “Tapi bukan seperti itu juga Nak? Apa kamu yakin tidak ingin punya anak?” tanya Papah Harto. Rangga menunduk. Dalam hati kecilnya jelas ia menginginkan seorang anak. Setiap kali bertemu dengan teman-teman seangkatannya y
“Apa benar itu Fasha?” tanya Rangga pada Mamah Tari.“Benar Rangga!!” jawab mantap Mamah Tari.Rangga terpaku mendengar kenyataan yang harus ia hadapi sekarang. Wanita yang dulu begitu sulit ia lupakan kini datang dan hadir kembali dalam kehidupannya. Bahkan sekarang dia akan menjadi calon istrinya.Jika hal ini terjadi sebelum dirinya menikah dengan Dinda wanita yang kini begitu ia cintai, tentu itu akan menjadi sebuah kebahagiaan baginya, tapi kali ini ceritanya sudah berbeda.“Mamah tau kalian dulu pernah saling mencintai jadi bukan hal sulit buat kamu untuk menjalin kembali kedekatan itu dengan Fasha!” ucap Mamah Tari yang agak memaksa.Mamah Tari benar-benar keterlaluan, sampai hati dia berbicara seperti itu di hadapan menantunya. Bagi Dinda kesal pun tidak akan merubah keputusan Mamah Tari untuk mengurungkan niatnya tersebut, jadi Dinda memilih untuk tidak berkomentar apapun dan menerima semua keputusan dari keluarga Rangga.“Mas terima saja!” singkat Dinda.“Sayang ini bukan p
Keesokan harinya Mamah Tari sejak pagi buta sudah sangat sibuk di dapur menyipakan berbagai jenis hidangan bersama Bi Darmi. Papah Harto turun ke bawah karena mendengar keributan di dapur. Ia melihat jam tanganya yang masih menujukan pukul setengah enam pagi. “Masih jam segini sudah ribut-ribut di dapur Mah?” tanyanya penasaran. “Eh… Papah udah bangun!!” sapa Mamah Tari pada suaminya. “Hari ini kita akan kedatangan tamu spesial Pah,” tambah Mamah Tari yang menjawab pertanyaan suaminya. “Tamu spesial??” Papah Harto masih belum paham. “Evan dan Maya akan datang ikut sarapan di rumah kita Pah,” jawab istrinya sambil sibuk kesana kemari menyiapakan bahan masakan. Dinda yang sedang berjalan di tangga menuju ke bawah menghentikan langkah kakinya, saat mendengar keluarga Fasha akan datang berkunjung. Harapannya bahwa semua ini adalah mimpi buruk ternyata salah, yang sekarang ia hadapi adalah sebuah kenyataan. Matahari saja belum terbit atau mungkin mulai saat ini hari-harinya tak aka
Sepulang dari rumah sakit sudah terpakrir sebuah mobil Volvo XC60 di halaman rumah Rangga, sepertinya keluarga Fasha sudah datang.****“Nah ini sepertinya suara mobil Rangga,” ucap Mamah Tari yang kemudian menyuruh Bi Darmi untuk segera membukakan pintu.“Bi Darmi cepat buka pintunya!!” suruh Mamah Tari.Bi Darmi bergegas membuka pintu rumah.Deg.Jantung Dinda seolah memberi aba-aba untuk bersiap bertemu dengan calon istri dari suaminya nanti. Ia menarik nafas panjang seblum melangkah keluar dari mobil.“Den sudah di tunggu!” kata Bi Darmi pada majikannya.Rangga hanya mengangguk.Ia lalu memapah Dinda, namun Dinda menolaknya.“Gak enak Mas!” tolak Dinda.“Gak enak apanya? Kamu tuh istri aku,” gerutu Rangga.“Aku gak papa ko!” Dinda terus yang berusah terlihat baik-baik saja.“Rangga…. ayo cepat sini Om Evan dan Tante Maya sudah menunggu kamu dari tadi!!” suruh Mamah Tari yang sudah tidak sabar. Ia lalu menghampiri Rangga dan menggandeng tangan putranya tanpa mempedulikan Dinda yang