8. Naga Hitam
Tiga pasang sayap besar Kyana terlipat, setelah kedua kakinya kembali menyentuh tanah. Netra tajamnya bergerak mencoba menelisik tanah lapang yang sangat asing di matanya. Dia tidak tahu sudah seberapa jauh dia terbang mengikuti cahaya kebiruan yang berhasil membuatnya tertarik. Kaki jenjangnya melangkah mencoba mencari sesuatu yang sejak dia ikuti secara diam-diam. Hening, tidak ada tanda-tanda pergerakan apapun di sana kecuali dirinya yang terjebak di tanah lapang yang dikelilingi oleh rimbunnya pepohonan.
Hingga serangan dadakan membuat tubuh Kyana terlempar cukup jauh sebelum akhirnya dia bisa mengendalikan diri kembali dengan menahan gerakan tubuhnya dengan sayap lebarnya. Sedikit mengibaskan api yang menempel pada jubahnya. Hingga suara raungan yang menggelegar, memecah langit malam membuat Kyana mengalihkan pandangannya ke depan. Beberapa meter dari tempatnya terbang, terlihat seekor naga berukuran besar berwarna hitam gelap. Di punggung dan ujung sayapnya terdapat api biru yang berkorban begitu cantik.
Kyana mengulas senyum. Lidahnya bergerak, membasahi bibir bawahnya-menandakan bahwa dia tengah tertarik akan sesuatu. Dan naga itu berhasil membuatnya tertarik. "Cantik," gumamnya pelan.
Suara raungan kembali terdengar. Semburan api kembali berkorbar ke arahnya. Untungnya kali ini Kyana jauh lebih siap sehingga dengan mudah dia berhasil menghindar. Untuk beberapa saat gadis itu memilih untuk menghindari serangan naga itu. Dia ingin mengamati sejenak hewan yang dianggap sudah punah itu. Dia cukup dibuat takjub ketika menyadari bahwa di dahi naga itu terdapat sebuah ukiran layaknya mahkota dengan sebuah permata biru yang menambah kesan cantik dan unik.
"Aku tidak mengerti mengapa hewan legendaris sepertimu bisa tersesat seperti ini."
Kyana menatap dalam netra biru sang naga. Saat ini posisinya tengah berdiri di salah satu dahan pohon. Dia masih dibuat penasaran akan kemunculan hewan tersebut. Pasalnya jika kaum lain mengetahuinya, sudah dipastikan naga di depannya akan diburu dan menjadi bahan rebutan.
Kyana tahu dia bukanlah Ratu Peri yang bisa berkomunikasi dengan makhluk lain termasuk hewan legendaris. Tetapi, entah mengapa jiwanya terusik ketika hendak melayangkan serangan kepada naga itu. Padahal sang naga sendiri tengah menyerangnya dengan membabi buta, siap melenyapkannya kapan saja.
Duaarr!
Telat sedetik saja, sudah dipastikan tubuh Kyana hangus bergantikan dengan debu hitam jika api sang naga mengenai tubuhnnya dengan jarak sedekat tadi. Mengenyahkan pikirannya yang mulai bercabang dan berujung tidak bisa memfokuskan diri, gadis itu mendongak. Mengepakkan ketiga pasang sayap besarnya dan melesat cepat ke arah sang naga.
Dengan gesit gadis itu terbang melingkar ketika semburan api kembali mengarah kepadanya. Netra legamnya menatap tajam manik biru sang naga, mencoba menguncinya. Tangan kanannya terulur, siap menyentuh dahi sang naga.
Slaaapps!
Kyana mengerjapkan kedua matanya setelah cahaya menyilaukan yang tiba-tiba saja menggulung tubuhnya-lenyap. Gadis itu tentu saja terbingung-terbingung dengan apa yang terjadi. Bahkan kini tubuhnya terasa begitu ringan. Apa yang terjadi?
"Aku menemukanmu, Ratu."
Suara seseorang membuat gadis itu tersentak. Dibuat bungkam oleh sosok naga hitam yang kini menunduk kepadanya, seolah memberikan penghormatan kepadanya. Masih terdiam, mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
"Maafkan saya yang telah lancang menyerang anda, Ratu. Saya tidak tahu bahwa anda'lah yang selama ini saya cari."
Lagi. Kyana yakin betul bahwa suara itu berasal dari naga hitam di depannya. Seperti praduganya sejak awal bahwa naga di depannya bukanlah naga pada umumnya. Ada sesuatu yang membuatnya seakan terikat dengannya. Tetapi dia tidak tahu apa. Itulah yang membuatnya terdiam sejak tadi.
"Siapa yang mengutusmu?"
"Raja Yulian."
'Kakek?'
Kyana mengerutkan dahinya. Mengapa kakeknya mengutuskan naga hitam itu untuk mencarinya? Seingatnya Kakek Yulian tidak pernah menceritakan perihal naga hitam kepadanya sebelum pembantaian yang terjadi beberapa tahun silam.
"Bawa saya ke istana anda, Yang Mulia. Saya siap menjaga anda sesuai perintah mendiang Raja Yulian."
***
"Sebenarnya ke mana Yang Mulia Ratu? Kenapa beliau pergi tanpa memberitahukan kita? Bukankah sangat berbahaya jika beliau pergi sendirian ditambah hari sudah larut malam begini? Banyak kaum yang menginginkan kematiannya, harusnya beliau memikirkan keselamatannya."
Archeros terus saja mengomel. Raut cemas jelas sekali terlihat di wajah tampannya. Laki-laki itu sudah satu jam berjalan mondar-mandir di depan pintu utama istana menunggu kepulangan Sang Ratu. Sedangkan Orxphulus hanya bisa berkoak. Dia memang telah mengubah wujudnya menjadi burung gagak. Sudah satu jam juga dia mengelilingi kawasan wilayah kerajaan, tetapi Sang ratu tidak kunjung ditemukan. Dia bahkan sudah terbang ke kerajaan tetangga tetapi tidak ada tanda-tanda kehadiran gadis itu.
"Tidak bisakah kau mengubah wujudmu menjadi manusia? Suara cemprengmu semakin membuatku kesal," sungut Archeros membuat Orxphulus merotasikan bola matanya jengah. Padahal yang menyuruhnya untuk mengubah wujud menjadi burung gagak dan mencari sang ratu, Archeros sendiri.
Orxphulus memutuskan untuk kembali mengubah wujudnya menjadi manusia. Laki-laki tampan itu berdecak. Kesal akan tingkan dan omelan Archeros yang tidak kunjung berhenti. Dengan ketus dia berkata, "Daripada kau berjalan mondar-mandir membuat mataku pedih, lebih baik gantian kau yang mencari sang ratu dan aku yang menjaga istana sekaligus menunggu kepulangan sang ratu."
Archeros mendengus, walau begitu dia melaksanakan apa yang Orxphulus katakan. Dia juga sudah gatal sendiri sekaligus cemas dengan ratunya. Sepasang sayapnya telah terbentang siap melesat ke angkasa sebelum suara yang membuatnya cemas terdengar.
"Mau ke mana kamu, Archeros?"
Kyana tampak terbang merendah, hingga akhirnya mendarat dengan sempurna. Melihat kepulangan sang ratu, tentu saja membuat Archeros dan Orxphulus berlari kecil lalu memeluk tubuh gadis mungil yang berhasil membuat keduanya cemas bukan main. Kyana untuk sejenak tersentak, tubuhnya bahkan limbung ke belakang jika saja tidak ada seseorang yang menahan pinggangnya, sudah dipastikan dirinya dan kedua pengawalnya terjatuh di atas lantai marmer yang dingin.
"Ratu ke mana saja? Anda membuat saya takut."
"Kami bahkan tidak bisa tenang sejak tadi karena anda pergi tanpa mengajak kami berdua."
Ucapan Archeros dan Orxphulus berhasil membuat dada Kyana berdesir. Ditambah lagi wajah cemas pada keduanya telah membuktikannya. Membuat sudut bibir gadis itu terangkat sedikit. Bersyukur memiliki dua laki-laki yang selalu siap menjaga dan mengcemaskannya seperti sekarang. Hingga suara berat nan dingin seseorang membuat dua pengawal gadis itu terdiam.
"Kalian terlalu berisik. Biarkan Ratu beristirahat."
Orxphulus dan Archeros memicingkan mata mereka. Baru menyadari kehadiran orang lain di antara mereka. Seorang laki-laki berambut biru tua dengan manik biru menghanyutkannya itu menatap datar dua pengawal setia Kyana. Orxphulus berdecih ketika menyadari tangan kanan laki-laki asing itu masih melingkar di pinggang sang ratu. Dengan segera dia menepisnya membuat sang laki-laki bermanik biru itu menggeram tertahan.
"Jangan sentuh ratu kami!"
Archeros bahkan sudah mengulurkan pedangnya ke leher laki-laki asing itu. Suasana yang semula begitu haru seketika tergantikan dengan ketegangan dari ketiga laki-laki tampan itu. Kyana yang melihat itu melipat kedua tangannya di bawah dada. Mencoba menikmati adegan di depannya dengan tenang. Sepertinya akan seru, bukan begitu para pembaca sekalian?
109. End"Oh lihat siapa tamu tak diundang yang datang."Kyana menatap tajam pria berjubah hitam yang kini wajahnya telah terpampang jelas karena tudung jubahnya yang berhasil terlepas. Gadis itu tampak terlihat santai, sepertinya gadis itu telah memprediksikan hal ini akan terjadi. Berbeda dengan Kyana yang telah memprediksikan hal ini sehingga membuatnya bersikap tenang tanpa lagi merasa terkejut, berbeda dengan Avram yang saat ini berdiam diri memandang terkejut pria yang berdiri di hadapannya. Pria yang sejak tadi dirinya lawan. Pria yang menjadi dalang dari peperangan ini terjadi. Pria yang menjadi musuhnya sendiri."Ayah ...." Kalimat itu akhirnya meluncur di bibir Avram. Memandang pria yang selama ini dia kira telah tiada-meninggalkannya di dunia ini. Tetapi rupanya, kematian sang ayah hanyalah rekayasa semata.Raja Demian mengulas senyum ketika panggilan itu keluar dari bibir putra semata wayangnya. "Kau akhirnya bisa mengingatku hm?" balasnya seraya terkekeh. Mengingat sejak
108. Kekalahan Lawan Kedatangan gadis itu tentu saja mengejutkan banyak orang terutama pihak musuh. Terlebih ketika kubah ungu yang sejak tadi mencoba dihancurkan dengan mudah runtuh saat gadis itu perlahan mendekat ke area perang. Hanya dengan tekanan aura yang gadis itu bawa, kubah yang sangat mustahil dihancurkan itu melebur tanpa disentuh sama sekali. Sang orc dengan perlahan menurunkan gadis itu ke tanah, membiarkan sang pemimpin asli mereka memimpin mereka kembali. Kyana-gadis itu benar-benar mencolok di tengah-tengah para monster yang berada di belakangnya, siap menjadi pasukan gadis itu. Gadis itu menatap sejenak para pemimpin kaum dan juga kedua kesatria sang suaminya, sebelum melayangkan tatapannya ke arah pihak musuh yang kini tampak mengambil langkah mundur tidak kuat menerima penekanan aura yang gadis itu bawa. Tangan kanannya terulur ke depan, menunjuk pasukan musuh yang tampak gentar karena kehadirannya. Dengan pelan penuh penekanan gadis itu berucap. "Mati." Hanya d
107. Kebangkitan"Serang mereka!"Semua pemimpin kerajaan dengan sigap berkumpul menjadi satu, bersama dengan dua kesatria sang lord-Chorluois dan Phygeros. Masing-masing dari mereka membuat kubah pelindung, menjaga satu sama lain dengan formasi mereka. Kaum malaikat mendapatkan tugas melindung mereka dari atas, kanan diisi dengan Nathan dan Queem, di sisi kiri dijaga oleh pemimpin kaum fairy dan elf, di belakang dijaga oleh pemimpin kaum demons sedangkan di depan dijaga oleh Phygeros dan Chorlouis. Mereka menjaga pemimpin kaum kurcaci yang saat ini juga terus-menerus memberikan sihir penambah energi untuk mereka.Semua seluruh pasukan mereka berhasil diambil alih oleh para sekumpulan siren yang saat ini tengah tertawa merasa senang sebab kemenangan sebentar lagi mereka dapatkan. Semua pemimpin kini hanya bisa berharap semoga sang lord baik-baik saja sekarang dan bisa menyelamatkan mereka dari pasukan mereka sendiri. Melawan kaum sendiri sama saja akan membuat mereka hancur. Pemimpin
106. SirenBugh!Ekor naga hitam itu menghempaskan tubuh serigala suci yang menggigit punggungnya dengan kuat. Membuat sang serigala terpental dan menghantam salah satu pohon hingga tumbang. Tetapi, seakan tidak merasakan sakit sedikit pun, sang serigala kembali bangkit. Melolong panjang lantass kembali menerjang sang naga yang ukurannya dua kali lipat dari tubuhnya sendiri. Sang naga tampaknya kesal melihat sang serigala masih terus dapat bangkit padahal darah telah menguncur menodai bulu putih sang serigala menjadi berwarna merah. Naga itu meraung, lalu menyemburkan api birunya dari mulutnya. Mengincar sang serigala yang dengan gesit melompat ke sana-kemari menghindari seringannya.Sreet!Rawrrr!Sang naga hitam meraung kuat ketika lehernya mendapatkan serangan berupa cakaran memanjang dan dalam. Membuat darahnya dengan deras seketika menguncur keluar. Dengan segera sang naga mengepakkan sayap besarnya, lantas kembali menyerang sang serigala dari atas. Sang serigala kembali berlari
105. Pertempuran Saudara"Apa yang terjadi?"Archeros tiba-tiba terdiam di tempatnya dengan wajah yang menunduk, membuat Glo merasa khawatir dengan keadaan pria itu. Perlahan Glo mencoba mendekati Archeros. Menepuk pundak kanan pria itu pelan seraya mencoba melihat wajah Archeros. Takut jika pria itu tiba-tiba jatuh sakit atau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan lainnya."Archeros kau baik-baik saja?" tanya Glo sekali lagi.Pria itu tersentak ketika merasakan sesuatu menusuk perutnya dengan kuat dan tajam. Bibirnya terbuka, menahan erangan sakit yang menyiksa perutnya. Tubuhnya terasa limbung jika saja Archeros tidak menahannya. Tetapi sialnya, pria itu menahannya bukan karena untuk membantunya menjaga keseimbang tetapi karena pria itu semakin memperdalam serangan yang dirinya lakukan kepada Glo. Setelah puas dengan apa yang dirinya lakukan, barulah Archeros melepaskannya dengan paksa membuat erangan kesakitan yang sejak tadi Glo tahan keluar tanpa bisa lagi dirinya tahan."Apa yang
104. PengorbananKedua mata Orxphulus terlihat mulai sayu. Napas pria itu tersenggal-senggal, dengan darah yang mengalir dari wajahnya. Hidung pria itu mengeluarkan cairan merah kental tersebut, menandakan bahwa hidung pria itu mengalami luka yang cukup parah bahkan kemungkinan mengalami keretakkan. Kondisi si pelaku pun tidak sama mengenaskannya. Gaun seksi yang Magistri kenakan bahkan banyak yang sobek dan ternodai darahnya sendiri. Napas wanita itu juga sama halnya dengan yang dialami Orxphulus-memburu. Entah karena energinya yang mulai menipis atau karena amarah yang begitu membuncah ingin menghabisi pria di hadapannya itu. Untuk sejenak keduanya saling pandang satu sama lain. Yang membedakan keadaan keduanya hanyalah seulas senyum kemenangan yang terpancar di wajah Magistri, sedangkan Orxphulus tampak menggelatukkan gigi-giginya mencoba melepaskan diri dari jeratan tali sihir itu.“Tidak kusangka sosok yang selama ini begitu ditakuti dan disegani hanyalah hama kecil yang sekali t