Raut wajah Nila terlihat berubah, setelah melihat ponsel yang ku ulurkan.
"Bener-bener lampir emang ya si Widia itu, gak terima gue Sif." Omel Nila.
"Nil. Mau gak bantu Aku?" Tanyaku sambil menatap lekat Nila.
"Bantu apa?" tanya Nila.
"Menyelidiki kasus ini. Harus sampai tuntas," ucapku.
"Kan dari kemarin yang semangat Aku, Sif. Kamu sama Aris malah kayak gak niat," ujar Nila sambil memanyunkan bibirnya.
"Ya udah ayo, sekarang Aku udah semangat 45."
"Kemana?" tanya Nila.
"Ke toko kue. Kita cari tahu. Yuk," ajakku.
"Oke, ayo. Cuss!"
----
"Bener ini alamatnya?" tanya Nila.
"Iya bener, ini nama tokonya. Yuk, masuk Nil!"
Aku dan Nila bergegas turun dari mobil. Beruntung sekali, pemilik toko sedang berada di sana. Aku langsung mengutaran maksut kedatanganku.
Kami di ajak masuk ke ruangannya, dan memutar cctv, Aku masih mengingat tanggal kejadian kemarin.
Terlihat di cctv, perempuan be
Saya mengucapkan terima kasih banyak. Kepada semua pembaca yang sudah setia membaca ceritaku sampai akhir.Saya do'akan bahagia selalu, sehat selalu. Dilancarkan rezekinya.Dijauhkan dari hal-hal yang buruk, di dekatkan dengan hal-hal baik.Aamiiiin.Saya minta maaf apabila ada salah kata, atau cerita saya kurang memuaskan di hati pembaca.Saya pemula yang masih berusaha memperbaiki semuanya.Terima kasih.Selamat membaca.Ini adalah cerita 3 bab yang saya jadikan 1.--"Kok masak banyak sekali Bi?" tanyaku saat melihat meja makan dipenuhi berderet-deret aneka makanan."Iya Neng, ada tamu mau datang katanya Pak Aris.""Siapa Bi?" Tanyaku penasaran."Saya gak tau neng, cuma di suruh masak yang banyak saja," jawab Bi Minah sambil asyik membersihkan dapur.Aku mengangguk mendengar jawaban Bi Minah, lalu berjalan ke depan. Menghampiri Mas Aris yang sedang olahraga."Mas, gak siap-siap
POV BU DEWIAku merasa bahagia saat Andin, teman Widia mengatakan bahwa dia mengajak Aris dan istrinya, untuk menjenguk anakku Widia.Widia sudah beberapa hari ini, depresinya mulai kumat lagi. Di ajak bicara hanya diam tak menyahut. Di dalam penjara dia tidak mau makan, dan malah mengamuk.Semoga dengan kedatangan Aris bisa membuatnya sedikit bahagia.Ternyata benar, setelah melihat Aris wajah Widia langsung berubah ceria, dia langsung memanggil Aris.Widia memanggil Aris sembari merentangkan kedua tangan, seolah ingin Aris menghambur ke arahnya dan memeluknya.Tapi, itu adalah hal yang tidak mungkin terjadi. Widia harus sadar Aris sudah beristri, Sifa berada di sampingnya.--Wajah Widia terlihat muram dan marah saat Aris berpamitan untuk pulang. Entah, Widia mendapat kekuatan darimana, saat Aris baru berbalik badan.Widia sudah meloncat turun dari ranjang dan berlari menuju ke arah Aris. Aku mengira dia akan memeluk A
*happy reading*"Dek, tolong siapin baju Mas batik yang warna coklat," ucap Mas Aris."Loh, hari apa ini, kenapa pakai baju batik Mas?" tanyaku pura-pura tidak tau."Iya dek, lagi ada acara dikantor," ucap Mas Aris sambil berlalu kekamar mandi.____"Dek, nanti Mas pulang agak telat kayaknya." ucap Mas Aris sambil menikmati sarapannya."Oohhh iya mas, gapapa kalo acaranya memang penting."Aku tau Mas Aris sedang berbohong, dia akan pergi keacara wisuda pacarnya. Lucu bukan seorang pria beristri memiliki pacar, pernikahan yang baru berumur satu tahun dia sudah berkhianat. Entahlah, kurang apalagi rumah tangga ini, namanya penyakit selingkuh memang sulit diobati.Aku baru mengetahui perselingkuhannya 3 bulan terakhir ini waktu tidak sengaja melihat chat mesra diponselnya. Saat itu juga langsung kusadap WA Mas Aris, aku
Happy Reading-- Aku terbangun dari tidurku karena mendengar suara orang sedang marah marah, sepertinya itu Kak Rudi fikirku.Aku melirik jam dinding di tembok, jarum jam menunjukkan angka 2, cukup lama ternyata aku terlelap.Aku bergegas keluar dari kamar tidur, kulihat diruang keluarga ada Ayah, Ibu, Kak Rudi, dan Kak Mala istrinya. Setelah melihatku keluar Ibu segera berjalan kearahku dan menahanku untuk tetap dikamar saja."Ayo masuk nak, dikamar saja" ujar ibu sambil menuntunku masuk ke kamar lagi."Kak Rudi kenapa buk, marah-marah sama siapa?" tanyaku sambil duduk dipinggir ranjang disamping Ibu."Tadi suamimu nelfon kakakmu nanyain kamu, katanya kamu ga ada dirumah di telfon, di sms ga dijawab sama sekali."Ibu berhenti bicara lalu m
Happy Reading-- Aku begitu terkejut dengan karangan bunga dihadapanku. Aku merasa ini seperti mimpi.Bagaimana bisa ada orang yang tau tentang aku dan Widia, apalagi sampai memajang fotoku, sangat kacau kalau Sifa tau apalagi sampai keluarga besarku tau.--Tapi di karangan bunga tersebut, tertulis dari istri sah.Berarti?Karangan bunga itu pengirimnya Sifa.Aku tersentak ketika Widia menarik tanganku, ya semua orang yang ada dikampus memandang kami sambil bersorak sorai, hampir semuanya memegang kamera mengabadikan kejadian ini.Gawat ini, kalo sampe viral.Aku segera mengajak Widia berlari, melewati begitu banyak kemurunan, yang terus berteriak menyebutk
Pov Rudi Aku yang sedang bermain-main dengan anakku Azam yang berumur 2 tahun, tiba tiba dikejutkan dengan suara istriku Mala yang berteriak teriak memanggil namaku. "Mas, Mas Rudi, sini mas, cepetan mas, ada hal yang penting nih!" teriak Mala dari dalam kamar. Aku yang sedang berada didepan tv segera menuju kamar sambil menggendong Azam. "Ada apa sih dek, teriak teriak gak jelas kayak dihutan, bikin kaget aja." ucapku ketika berdiri dihadapannya. "Sini, sini, duduk sini." jawabnya sambil tangannya menepuk kasur. Akupun menurut saja duduk disampingnya sambil memangku Azam. "Ini lo mas, lihat statusnya Sifa. Dia memgunggah foto karangan bunga." Sambil menunjukkan hpnya kearahk
Happy reading--Pagi pagi sekali aku sudah bangun seperti biasanya, menyapu rumah, memasukkan pakaian kotor kedalam mesin cuci, menjemur pakaian.Kemudian memasak untuk diriku sendiri. Untung Sifa selalu menyetok persediaan bahan makanan dikulkas.Aku sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah, karena kami sudah terbiasa melakukan semuanya bersama-sama, saling bagi tugas dan membantu satu sama lain.Aku memasak nasi goreng dan telor ceplok, masakan termudah.Sarapan sendirian, tidur sendirian. Padahal baru satu hari satu malam, sudah merasa kesepian, bagaimana kalo selamanya, aku bisa gila kayaknya.Aku benar benar merasa kehilangan Sifa, hidupku terasa hampa, rumah ini serasa kosong tanpanya.
Waktu terasa begitu lama, jarum jam berdetak begitu lambat. Aku sudah tidak sabar untuk segera pulang dan menemui Sifa. Berkali kali kulihat ponselku, tidak ada balasan dari Sifa lagi.-- Kulajukan mobilku dengan penuh semangat menuju rumah. Setelah sampai, aku segera mandi dan berpakaian rapi, rambut klimis pakai koleksi parfum yang wanginya paling disukai Sifa. Udah seperti mau apel pacar saja, aku bercermin sambil senyum senyum sendiri. Tak perlu berlama lama setelah siap langsung berangkat menuju rumah mertua. 'Bismillah' ucapku dalam hati. Tidak lupa aku berdo'a disepanjang jalan, semoga tidak menemui kesialan lagi seperti hari kemarin. Dan semoga dilancarkan juga urusanku hari ini. Semoga kesalahanku masih bisa termaafkan.---POV Sifa Aku dan Ibu duduk berdua diteras, berbincang bincang s