Share

3. Tiga

Author: Siti Aisyah
last update Last Updated: 2021-12-29 14:09:26

KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 3

"Apa maksudmu bilang mau pisah sama aku? Katakan apa salahku?" Mas Rey berlutut di kakiku. Hampir saja aku meneteskan air mata melihat lelaki yang selama ini kucintai dan kubanggakan tega berbuat seperti itu.

"Ya Allah, Mas, masih saja bilang apa salahmu? Sudah jelas kamu mengkhianatiku dengan menikah diam-diam masih saja mempertanyakan di mana salahmu. Astagfirullah." Aku mengurut  dada perlahan.

Kupandangi Mas Rey yang masih bersimpuh di kakiku dengan air mata yang terus membasahi pipinya. Tangan yang hendak terulur untuk menyekanya, kuurungkan lagi.

"Itu bukan aku, Sayang. Mungkin saja hanya wajahnya yang mirip." Mas Rey tetap bersikukuh tidak mau mengakui foto yang ada di ponselku.

"Ya Allah, Mas. Tidak ada orang yang benar-benar mirip seratus persen. Orang kembar saja masih ada perbedaaannya. Apa lagi jelas-jelas ini nama kamu." Aku menunjuk foto sebuah karangan bunga yang bertuliskan Reyhan Pratama.

"Em." Mas Rey menggaruk kepalanya.

"Kamu tidak bisa mengelak lagi, kan kalau yang ada di pelaminan ini memang kamu, wahai Reyhan Pratama." Bibirku bergetar saat memanggi namanya. Ini untuk pertama kalinya aku memanggilnya tanpa embel-embel atau langsung menyebut nama saja.

Almarhumah ibuku selalu mengajarkan untuk menghormati siapapun. Salah satunya dengan tidak menyebut langsung pada orang. Apalagi saat aku berada di pesantren, terbiasa menyebut 'mbak' pada teman-teman. Di sana tidak ada yang langsung memanggil nama saja, pasti memanggilnya dengan sebutan mbak meskipun dengan adik kelas.

Sejak pertama kali bertemu dengan Mas Rey, aku langsung memanggilnya Mas, selain untuk menghormati juga karena usianya lebih tua dariku.

"I--iya. Aku mengaku memang itu aku." Lelaki yang menikahiku enam tahun lalu itu menunduk.

Ada rasa nyeri di hati ini saat akhirnya ia mengakui kalau itu memang dia. Bulir bening ini lolos tanpa permisi dari sudut mata ini. Aku sudah berusaha untuk tegar, tetapi aku hanya wanita biasa yang tidak mempunyai hati sekuat baja.

"Kenapa kamu tega, Mas? Apa kamu lupa dengan janjimu dulu?" ucapku lirih. Aku menjauhinya. Aku mendongak untuk menahan air mata ini agar tidak keluar terlalu banyak.

"Aku hanya menikah siri dengannya, Dek." Mata Mas Rey berkaca-kaca.

"Mau nikah siri atau resmi sama saja tetap menorehkan luka di hatiku. Sakit rasanya, Mas," ucapku lirih.

Aku mengurut dada untuk meredam rasa salit yang kian membuncah di hati ini. Sungguh, ini adalah rasa sakit yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.

"Aku hanya nikah siri karena tidak mau kehilangan kamu. Ini semua atas permintaan ibu dan demi kebaikan kita juga. Kebaikan kamu, Dek. Demi keutuhan rumah tangga kita." 

"Maksudmu apa bilang demi kita? Demi aku? Jelas-jelas aku tersakiti dengan pernikahanmu yang diam-diam itu." Aku mendongak dan menatap matanya yang sembab. 

"Aku mohon kamu mau menerima Anisa sebagai madumu. Aku pulang sebenarnya juga mau minta izin untuk membawanya ke sini untuk tinggal bersama. Semoga kalian bisa akur sebagai madu," ucap Mas Rey.

Permintaan macam apa ini? Mana ada seorang istri yang mau dimadu. Itu hanya ada dalam dongeng dan tidak akan pernah terjadi di dunia nyata.

"Anisa? Oh, jadi wanita itu bernama Anisa?" Aku manggut-manggut.

"Jadi kamu setuju menjadikan dia sebagai adik madumu? Aku janji akan berlaku adil pada kalian berdua." Mas Rey mengusap pundakku dengan lembut.

"Aku tidak pernah membayangkan akan memiliki madu, Mas. Aku tidak mau!" Aku melengos dan tidak sanggup lagi menatap wajahnya.

"Aku mohon, Dek. Aku yakin kalian pasti bisa akur. Maaf, sebenarnya aku mau minta izin dulu sama kamu sebelum pernikahan ini terjadi, tetapi ibu melarang, katanya lebih baik izinnya setelah nikah saja. Aku pikir kamu akan menerimanya karena istri yang mau dimadu itu akan mendapat pahala, kan?" 

"Aku tahu, Mas, tetapi mencari pahala tidak harus rela dimadu," ucapku dengan tangan bersedekap.

Entah apa yang ada di dalam otaknya sehingga bisa punya pemikiran seperti itu. Rela dimadu untuk mendapatkan pahala sama artinya dengan menyiiksa diri sendiri.

"Terus mau kamu apa sekarang?" 

"Lebih baik aku mundur dari pada harus dimadu," ucapku mantap

Semoga keputusanku ini benar meskipun alu belum bisa membayangkan jika harus hidup tanpa lelaki yang dulu sempat kuanggap sebagai cinta sejati itu.

"Maksudnya?" tanya Mas Rey dengan dahi mengernyit.

"Aku mau kita pisah, Mas."

"Aku tidak mau pisah dengamu karena aku mencintaimu. Aku tidak bisa membayangkan jika harus hidup tanpamu," ucap Mas Rey.

"Kalau kamu mencintaiku kenapa tega, Mas. Apa itu yang namanya cinta? Sengaja membuat orang  yang dicintai terluka?" tanyaku dengan nada tinggi.

"Sayang, dengarkan dulu penjelasanku," ucap Mas Rey.

Lelaki yang dulu kupuja itu mengulurkan tangan dan hendak meraihku, tetapi dengan cepat aku menepisnya.

"Tidak ada yang perlu dijelaskan, Mas. Aku tetap mau pisah sama aku," 

"Aku menikahi Anisa atas permintaan Ibu agar aku punya keturunan karena sepertinya kamu sudah tidak punya harapan untuk hamil." Mas Rey menunduk.

"Siapa bilang aku tidak punya harapan untuk hamil dan punya anak. Bukankah dokter sudah bilang kalau aku masih memiliki peluang untuk punya anak?" 

"Buktinya enam tahun kita menikah belum juga ada tanda-tanda kamu hamil. Aku tidak bisa menunggu lama lagi." 

Tak kusangka pikirannya bisa berubah secepat itu. Dulu ia bilang tidak masalah aku tidak punya anak, tetapi sekarang bilang seperti itu. Apakah semua lelaki plin-plan?

"Tapi, sekarang aku sedang hamil, Mas." Aku mengusap perutku yang masih rata.

"Itu pasti hanya halusinasimu saja. Seperti biasanya kan? Kamu selalu berkhayal kalau hamil padahal tidak." Mas Rey tersenyum sinis.

Wajar saja Mas Rey bilang seperti itu karena memang sudah sering aku bilang hamil dan ternyata tidak.

Aku sering mengalami tanda-tanda hamil seperti mual, muntah, dan masuk angin serta terlambat datang bulan.

Semua anggota keluarga sudah bahagia ketika aku terlambat datang bulan disertai dengan mual dan muntah, apalagi aku juga mendadak ingin makan yang seger-seger seperti orang ngidam. Kami menyangka Allah mengabulkan permohonan kami. 

"Yey, akhirnya aku akan punya cucu juga." Mama mertua bersorak kegirangan.

Semua bersuka cita menyambut kehamilanku, bahkan pernah juga diadakan sukuran. Aku dimanja dan diperlakukan bak seorang ratu yang selalu dituruti keinginannya.

Akan tetapi, kami harus kecewa, seminggu setelah syukuran aku datang bulan lagi. Tidak bisa dibayangkan betapa kecewanya ibu mertua dan Mas Rey karena memang begitu mendambakan seorang anak. 

"Sebenarnya kamu ini perempuan tulen nggak sih? Kok nggak bisa punya anak juga?" tanya mama waktu itu. Sebuah pertanyaan yang sangat menyakitkan.

Kejadian seperti itu tidak hanya terjadi sekali atau dua kali. Setiap kali aku terlambat menstruasi, mereka selalu berharap ada janin dalam rahimku. Padahal semenjak dokter menyatakan ada kista di rahimku, aku memang mengalami menstruasi yang tidak teratur.

Entah sudah berapa banyak aku melakukan test kehamilan, terlambat satu hari langsung test, hingga test pack itu sudah menumpuk dan hasilnya sama, garis satu atau negative.

Sekarang di saat aku benar-bebar hamil dan sudah dibuktikan dengan USG malah seperti ini keadaannya. 

Bagaimana ini? Apakah aku harus bertahan? Bukankah kehamilan ini yang selalu ditunggu ibu mertua dan Mas Rey?

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   111. Bab 111 ( Ending)

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 111Aku melongo saat melihat Anisa yang baru saja selesai di make over oleh pegawai salon. Cantik, itulah kata yang tepat untuknya. Iya, kecantikan wajah inilah yang dulu membuatku klepek-klepek meski di rumah sudah punya Ulfa. Usai membayar tagihan di kasir, aku segera mengajak Anisa makan di sebuah resto ternama di kota ini. Calon mama meetuaku sudah memberiku uang yang cukup untuk ini. Tidak ada alasan lagi bagiku untuk menunda pernikahan kami apalagi Anisa sekarang sudah mulai membaik. Ia terlihat lebih ceria dan tidak pernah melamun lagi. "Terima kasih, ya, Rey, akhirnya Anisa bisa kembali seperti dulu lagi." Mama menepuk pundakku usai akad nikah. Kulirik Anisa yang masih memakai baju putih khas pengantin. "Iya, aku janji akan menjaga Anisa dengan sepenuh hati dan tidak akan menyia-nyiakannya lagi. Aku sadar, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dulu, aku selalu berpikir kalau Ulfa adalah jodohku, tetapi ternyata bukan.""Selamat, ya, Mas. Semog

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   110. Bab 110

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 110PoV ReyhanAku mengikuti Bu Susi pulang ke rumahnya bersama Anisa. Ini untuk ke sekian kalinya aku datang ke rumah Anisa. Yang pertama saat melamar dan yang kedua saat menikah. Setelah itu aku tidak pernah datang ke sini lagi karena setelah menikah Anisa ikut tinggal denganku. "Maafkan Mama, ya, Nis. Mama janji tidak akan paksa kamu lagi. Aku tahu kamu sangat mencintai Reyhan meski ia bukan orang kaya. Sekarang Mama akan merestui kalian dan ingin akad pernikahan kalian dipercepat saja." Bu Susi mengusap pundak Anisa dan memeluknya."Sekarang kamu mandi dan ganti baju kalau perlu Mama akan mengajak kamu ke salon. Kamu tidak keberatan, kan, Rey, kalau mengantar Anisa ke salon hari ini," tanya Bu Susi. Mengantar Anisa ke salon? Aku hanya bisa menggaruk kepala yang tidak gatal. Bagaimana aku bisa ke sana sedang uang sana aku tidak punya. "Kamu tidak usah khawatir, ini kunci mobil dan ini uang untuk bayar salon sekalian kalau kalian mau jalan-jalan." Wanita tu

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   109. Bab 109

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 109"Anisa mana, Mbak?" tanya Bu Susi-wanita paruh baya yang pernah menjadi besanku itu. Ia tersenyum ramah, aku pikir ia akan marah-marah dan membawa paksa pulang Anisa dari rumah ini, kalau perlu diseret seperti waktu itu yang sudah membuat Anisa keguguran. Aku melotot mendengar cara ia memanggilku. "Mbak? Sejak kapan aku punya adik sepertimu? Sejak kapan ibuku juga melahirkanmu? Aku tidak pernah merasa punya adik seorang adik perempuan sepertimu. Mau apa kamu ke sini?" tanyaku tanpa mempersilahkan masuk. "Siapa, Ma?" seru Reyhan setelah mendengar teriakanku. "Bu Susi? Silahkan masuk, Bu," kata Reyhan. "Reyhan. Maafkan Mama, Nak," kata Bu Susi dengan mata berkaca-kaca. "Mama baru saja dari rumah Ulfa untuk mencari Anisa dan dia bilang kalau kamu mengajaknya pulang. Setelah Mama pikir, Ulfa benar, kalah hanya kamu yang bisa mengembalikan Anisa seperti sedia kala. Mama mohon, Rey, nikahilah Anisa." Bu Susi memegang tangan Reyhan. Reyhan tersenyum. "Aku sep

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   108. Bab 108

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 108Perutku keroncongan seolah cacing-cacing di dalam sana sedang berdemo minta diisi. Usai cuci tangan pakai sabun dengan benar, aku menuju ke meja makan meski sebenarnya malas juga harus makan satu meja dengan Bella-wanita yang sudah menipu kami mentah-mentah. Kuambil nasi plus satu potong ayam berwarna cokelat lalu memasukkan ke dalam mulut. Enak, rasanya benar-benar enak, asin dan manisnya pas, serta bumbunya meresap sempurna. Aku yang awalnya tidak berselera makan, mendadak makan dengan lahap. Bahkan nasi satu piring penuh dan satu potong besar ayam sudah habis hanya dalam hitungan menit. "Enak, Ma?" tanya Reyhan yang duduk di dekatku. Ia hendak mengambil nasi. "Enak, Rey. Rasanya benar-benar pas di lidah. Baru kali ini ibu makan ayam seenak ini. Ini beli di mana? Warung langganan kita? Biasanya kalau nggak keasinan, ya, kurang asin, tetapi kali ini pas. Mungkin kokinya sudah ganti kali, ya?" ucapku. Kujilat tangan bekas makan ayam karena sayang jika la

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   107. Bab 107

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 107PoV MamaKututup telingaku rapat-rapat saat Gibran mengetuk pintu dan memintaku agar mau merestui hubungan Reyhan yang ingin menikah lagi dengan Anisa. Ya Tuhan, apa salah dan dosaku ini? Kenapa anak-anakku menjadi kehilangan kewarasannya seperti ini? Gibran akan menikah dengan Bella yang pekerjaannya hanya seorang asisten rumah tangga dan tidak punya rumah karena selama ini ia hanya mengontrak. Apa yang dapat dibanggakan darinya coba? Belum hilang rasa kecewaku pada Gibran, sekarang Reyhan malah membawa kabar yang lebih mengejutkan. Ia akan menikahi lagi si Anisa yang kini sudah tidak waras itu. Dulu, hidupku begitu sempurna saat Reyhan masih menjadi suaminya Ulfa karena mereka punya toko sehingga aku bebas melakukan atau meminta apa saja yang aku mau.Ulfa, maafkan Mama, Nak. Seandainya waktu bisa diputar ulang, tentu aku tidak akan pernah meminta Reyhan untuk menikahi Anisa yang dapat membuat kamu harus kehilangan semuanya. Ah, penyesalan memang selal

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   106. Bab 106

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 106"Apa? Kamu tetap ingin menikahi Anisa lagi dan tidak mau dengar omongan Mama? Kayak nggak ada perempuan lain saja." Ibu melengos dan terlihat tidak suka dengan keputusanku. "Apa pun yang Mama katakan, tidak akan mengubah keputusanku untuk menikahi Anisa untuk yang kedua kalinya," ucapku. Mama mengerucutkan bibir dan menggeleng. "Dan sampai kapan pun Mama tidak akan metestui hubungan kamu dengan wanita ini, Rey. Lebih baik jomlo seumur hidup dengan menyandang status duda daripada harus kembali padanya. Otak kamu ada di mana, Rey? Apakah sudah hilang atau masih ada tetapi sudah tidak berfungsi sebagai mana mestinya?" Mama berkata sambil menunjuk mukaku lebih tepatnya kening. "Ada apa ini? Kenapa Mama dan Mas Rey ribut?" Tiba-tiba Gibran datang bersama Bella. "Eh, ada tamu juga? Siapa dia, Mas? Calon penggantinya Mbak Ulfa dan Mbak Anisa?" Gibran mendekati Anisa yang masih saja duduk santai di kursi. Ia seolah tidak peduli dengan orang lain. Ibu semakin cem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status