Share

4. Empat

Author: Siti Aisyah
last update Last Updated: 2021-12-29 14:11:10

KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 4

"Aku tidak percaya kalau kamu hamil, Dek. Sudahlah jangan terlalu berharap berlebihan agar tidak kecewa. Lebih baik kamu menerima Anisa sebagai madu dan berharap agar ia segera punya anak dan kamu bisa menjadi ibunya juga." Mas Rey kembali meraih tanganku.

"Tidak, Mas. Aku tetap mau minta pisah dari kamu meskipun aku harus membesarkan anak ini seorang diri." 

"Ulfa hentikan khayalanmu yang terlalu tinggi itu. Aku khawatir kamu kenapa-napa jika terus berharap bisa hamil padahal tidak. Seandainya kemarin aku izin dulu sama kamu sebelum menikahi Anisa pasti tidak akan seperti ini kejadiannya." Mas Rey menunduk.

"Aku tidak peduli kamu mau percaya atau tidak dengan kehamilanku ini. Yang pasti aku akan tetap minta pisah," ucapku tegas.

"Kamu yakin mau pisah sama aku? Memangnya ada yang masih dengan wanita mand*l sepertimu?" tanya Mas Rey. Kata-kata itu seperti busur panah menghujam jantungku, menyakitkan. 

Dadaku bergemuruh mendengar ucapan Mas Rey itu. Ini untuk pertama kalinya ia mengataiku man*ul semenjak kami menikah, bahkan sejak ia tahu aku punya penyakit. Sekalipun ia tidak pernah mengucapkan kata yang dapat membuat wanita sakit hati itu.

Kenapa ia dengan mudah mengatakan itu. Sakit, Mas. 

"Aku bukan wanita mand*l, Mas!" ucapku dengan nada tinggi.

"Terus kalau bukan man*ul apa bagi seorang wanita yang tidak punya anak?" Tiba-tiba mama mertua  datang bersama seorang wanita yang kemarin di samping Mas Rey saat di pelaminan.

"Mama?" Aku melongo melihat mama mertua yang datang tiba-tiba.

"Kamu rela untuk dimadu, kan, Ul?" tanya mama.

"Aku tidak mau, Ma," jawabku lantang.

"Kamu harus mau karena mereka sudah menikah," ucap Mama sambil masuk dan duduk di kursi.

"Kalau begitu biarkan aku mundur jadi istri Mas Rey karena aku tidak mau berbagi suami," ucapku tegas.

"Kamu yakin mau pisah dengan Rey yang sudah membersamaimu enam rahun ini?" 

"Aku yakin, Ma. Dari pada harus satu atap dengan madu," 

"Baiklah, Rey. Kalau Ulfa tidak mau dimadu sekarang kamu talak dia. Ayo, Rey!" Mama menggoyangkan lengan anaknya.

"Tidak semudah itu, Ma. Aku tidak mau pisah dengan Ulfa." 

"Jangan bod*h kamu, Rey. Buat apa kamu masih memelihara wanita man*ul sepertinya. Lebih baik kamu tinggalkan dia sekarang juga. Sebenarnya Mama sudah lama ingin membuangnya," teriak mama mertua lantang.

"Mama?" Aku terperangah mendengar ucapan mama barusan, tanganku refleks menutup mulut. 

Selama ini mama mertua sangat menyayangiku, bahkan ia sayang padaku seperti anak sendiri. 

Astagfirullah, bahkan ia bilang ingin membuangku. Jadi, ini wajah asli mertuaku?

"Baiklah aku terima Mas Rey menceraikan aku, aku siap," jawabku mantap.

"Tidak, Ma. Aku tidak mau berpisah dengan Ulfa apapun yang terjadi," timpal lelaki yang sebentar lagi menjadi mantan suamiku itu.

"Lalu bagaimana dengan Anisa? Kalau memang Ulfa tidak mau dimadu, lepaskan saja dia!" teriak mama mertua lantang.

"Baiklah, Ma. Aku terima kalau memang sudah tidak ingin punya menantu aku lagi," ucapku lirih.

"Tentu saja aku sudah tidak mau punya menantu kamu lagi karena Mama sudah punya menantu yang sudah jelas akan memberikan aku cucu," ucap mama sinis.

"Iya, Ma, aku terima,"  

"Harus, dong. Ayo, Rey cepat talak Ulfa sekarang juga," teriak mama.

"Aku nggak mau, Ma." Mas Rey mengacak rambutnya karena frustasi.

"Kenapa? Ulfa saja sudah mau kok pisah sama kamu?" Ayo, tunggu apa lagi! Sekarang, kan ada Anisa yang pasti lebih cantik, lebih muda dan yang pasti sudah mengandung anakmu, ups." Mama spontan menutup mulutnya, sepertinya ia keceplosan.

"Apa? Hamil? Apakah itu artinya kamu sudah melakukan hubungan terlarang dengannya sebelum terjadi pernikahan ini?" tanyaku dengan muka merah padam.

"Iya, aku sudah mengandung dan ini anak Mas Rey." Sahut wanita itu sambil menggandeng Mas Rey tanpa ada rasa malu sedikitpun.

"Baiklah. Kalau begitu silahkan ambil Mas Rey dan pergi sekarang juga dari rumah ini!" ucapku lantang sambil menunjuk pintu keluar.

"Kalau kamu sudah rela mau pisah dengan Rey, kamu yang seharusnya pergi dari sini. Ini rumah Rey, kamu hanya nebeng selama ini. Dan saat kamu pergi, kamu tidak berhak membawa apapun dari sini seperti saat pertama kamu datang ke sini," ucap mama mertua sinis.

"Ayo, Mas. Talak aku sekarang juga dan katakan pada Mama siapa yang harus pergi dari sini jika kita pisah?" tanya Ulfa dengan nada tinggi.

"Aku tidak akan pernah menalakmu, Sayang," ucap Mas Rey sendu.

"Baiklah, kalau begitu aku yang akan menggugat kamu. Jangan kamu pikir wanita tidak bisa melakukannya apalagi aku sudah punya bukti pernikahanmu, bahkan meniduri perempuan lain. Hakim pasti dengan mudah akan mengabulkan permohonanku," ucap Ulfa menggebu-gebu.

"Kenapa kamu tidak mau menalak Ulfa? Padahal sudah jelas ada Anisa yang jauh lebih baik dan suruh wanita tidak tahu diri ini pergi," ucap mama mertua dengan muka merah padam.

"Ma, rumah, mobil dan toko itu atas namaku semua. Jadi, saat aku pisah dengan Mas Rey, kalianlah yang harus pergi!" Aku menjelaskan lagi meski sebenarnya sudah jelas.

"Kamu bermimpi, ya? Bagaimana bisa kamu mengaku rumah ini milikmu?" tanya mama dengan senyum mengejek.

"Bisa saja, Ma. Mas Rey sudah menyerahkan semua aset atas namaku," jawabku tersenyum sinis, meski hati ini sakit tiada terkira.

Aku memang tersenyum, tetapi jangan ditanya bagaimana rasanya hati ini. Sakit, sangat sakit.

"Iya, Ma. Aku sudah menyerahkan semua aset yang kumiliki pada Ulfa. Aku sudah balik nama untuk membuktikan cintaku padanya dan itu kulakukan dengan kesadaran dan tanpa ada paksaan dari siapapun." Mas Rey menunduk.

Syukurlah lelaki itu mau mengakui semuanya tanpa harus susah payah kumemintanya.

"Ya Ampun, kenapa kamu bisa seceroboh ini?" tanya mama lantang.

"Aku pikir pernikahan kami akan langgeng dan tidak akan berpisah," jawab Mas Rey. 

"Kalau sudah begini bagaimana nasipmu dan calon cucuku yang ada dalam kandungan Anisa ini?" tanya mama.

Mama mendekati wanita yang panggil Anisa itu dan mengusap perutnya dengan lembut. Melihat itu membuatku melengos.

"Em." Mas Rey menggaruk kepalanya seperti orang kebingungan.

"Silahkan kamu pergi bersama istri barumu ini!" ucapku lantang.

Makanya, Mas. Berpikirlah sebelum melakukan sesuatu agar tidak menyesal kemudian.

Dulu aku memang sangat mencintai Mas Rey, tetapi setelah melihat pernikahannya kemarin rasa cinta ini pudar tidak berbekas.

Aku tidak akan mau untuk kembali padanya apapun alasannya.

    

    

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   111. Bab 111 ( Ending)

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 111Aku melongo saat melihat Anisa yang baru saja selesai di make over oleh pegawai salon. Cantik, itulah kata yang tepat untuknya. Iya, kecantikan wajah inilah yang dulu membuatku klepek-klepek meski di rumah sudah punya Ulfa. Usai membayar tagihan di kasir, aku segera mengajak Anisa makan di sebuah resto ternama di kota ini. Calon mama meetuaku sudah memberiku uang yang cukup untuk ini. Tidak ada alasan lagi bagiku untuk menunda pernikahan kami apalagi Anisa sekarang sudah mulai membaik. Ia terlihat lebih ceria dan tidak pernah melamun lagi. "Terima kasih, ya, Rey, akhirnya Anisa bisa kembali seperti dulu lagi." Mama menepuk pundakku usai akad nikah. Kulirik Anisa yang masih memakai baju putih khas pengantin. "Iya, aku janji akan menjaga Anisa dengan sepenuh hati dan tidak akan menyia-nyiakannya lagi. Aku sadar, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dulu, aku selalu berpikir kalau Ulfa adalah jodohku, tetapi ternyata bukan.""Selamat, ya, Mas. Semog

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   110. Bab 110

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 110PoV ReyhanAku mengikuti Bu Susi pulang ke rumahnya bersama Anisa. Ini untuk ke sekian kalinya aku datang ke rumah Anisa. Yang pertama saat melamar dan yang kedua saat menikah. Setelah itu aku tidak pernah datang ke sini lagi karena setelah menikah Anisa ikut tinggal denganku. "Maafkan Mama, ya, Nis. Mama janji tidak akan paksa kamu lagi. Aku tahu kamu sangat mencintai Reyhan meski ia bukan orang kaya. Sekarang Mama akan merestui kalian dan ingin akad pernikahan kalian dipercepat saja." Bu Susi mengusap pundak Anisa dan memeluknya."Sekarang kamu mandi dan ganti baju kalau perlu Mama akan mengajak kamu ke salon. Kamu tidak keberatan, kan, Rey, kalau mengantar Anisa ke salon hari ini," tanya Bu Susi. Mengantar Anisa ke salon? Aku hanya bisa menggaruk kepala yang tidak gatal. Bagaimana aku bisa ke sana sedang uang sana aku tidak punya. "Kamu tidak usah khawatir, ini kunci mobil dan ini uang untuk bayar salon sekalian kalau kalian mau jalan-jalan." Wanita tu

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   109. Bab 109

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 109"Anisa mana, Mbak?" tanya Bu Susi-wanita paruh baya yang pernah menjadi besanku itu. Ia tersenyum ramah, aku pikir ia akan marah-marah dan membawa paksa pulang Anisa dari rumah ini, kalau perlu diseret seperti waktu itu yang sudah membuat Anisa keguguran. Aku melotot mendengar cara ia memanggilku. "Mbak? Sejak kapan aku punya adik sepertimu? Sejak kapan ibuku juga melahirkanmu? Aku tidak pernah merasa punya adik seorang adik perempuan sepertimu. Mau apa kamu ke sini?" tanyaku tanpa mempersilahkan masuk. "Siapa, Ma?" seru Reyhan setelah mendengar teriakanku. "Bu Susi? Silahkan masuk, Bu," kata Reyhan. "Reyhan. Maafkan Mama, Nak," kata Bu Susi dengan mata berkaca-kaca. "Mama baru saja dari rumah Ulfa untuk mencari Anisa dan dia bilang kalau kamu mengajaknya pulang. Setelah Mama pikir, Ulfa benar, kalah hanya kamu yang bisa mengembalikan Anisa seperti sedia kala. Mama mohon, Rey, nikahilah Anisa." Bu Susi memegang tangan Reyhan. Reyhan tersenyum. "Aku sep

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   108. Bab 108

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 108Perutku keroncongan seolah cacing-cacing di dalam sana sedang berdemo minta diisi. Usai cuci tangan pakai sabun dengan benar, aku menuju ke meja makan meski sebenarnya malas juga harus makan satu meja dengan Bella-wanita yang sudah menipu kami mentah-mentah. Kuambil nasi plus satu potong ayam berwarna cokelat lalu memasukkan ke dalam mulut. Enak, rasanya benar-benar enak, asin dan manisnya pas, serta bumbunya meresap sempurna. Aku yang awalnya tidak berselera makan, mendadak makan dengan lahap. Bahkan nasi satu piring penuh dan satu potong besar ayam sudah habis hanya dalam hitungan menit. "Enak, Ma?" tanya Reyhan yang duduk di dekatku. Ia hendak mengambil nasi. "Enak, Rey. Rasanya benar-benar pas di lidah. Baru kali ini ibu makan ayam seenak ini. Ini beli di mana? Warung langganan kita? Biasanya kalau nggak keasinan, ya, kurang asin, tetapi kali ini pas. Mungkin kokinya sudah ganti kali, ya?" ucapku. Kujilat tangan bekas makan ayam karena sayang jika la

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   107. Bab 107

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 107PoV MamaKututup telingaku rapat-rapat saat Gibran mengetuk pintu dan memintaku agar mau merestui hubungan Reyhan yang ingin menikah lagi dengan Anisa. Ya Tuhan, apa salah dan dosaku ini? Kenapa anak-anakku menjadi kehilangan kewarasannya seperti ini? Gibran akan menikah dengan Bella yang pekerjaannya hanya seorang asisten rumah tangga dan tidak punya rumah karena selama ini ia hanya mengontrak. Apa yang dapat dibanggakan darinya coba? Belum hilang rasa kecewaku pada Gibran, sekarang Reyhan malah membawa kabar yang lebih mengejutkan. Ia akan menikahi lagi si Anisa yang kini sudah tidak waras itu. Dulu, hidupku begitu sempurna saat Reyhan masih menjadi suaminya Ulfa karena mereka punya toko sehingga aku bebas melakukan atau meminta apa saja yang aku mau.Ulfa, maafkan Mama, Nak. Seandainya waktu bisa diputar ulang, tentu aku tidak akan pernah meminta Reyhan untuk menikahi Anisa yang dapat membuat kamu harus kehilangan semuanya. Ah, penyesalan memang selal

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   106. Bab 106

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 106"Apa? Kamu tetap ingin menikahi Anisa lagi dan tidak mau dengar omongan Mama? Kayak nggak ada perempuan lain saja." Ibu melengos dan terlihat tidak suka dengan keputusanku. "Apa pun yang Mama katakan, tidak akan mengubah keputusanku untuk menikahi Anisa untuk yang kedua kalinya," ucapku. Mama mengerucutkan bibir dan menggeleng. "Dan sampai kapan pun Mama tidak akan metestui hubungan kamu dengan wanita ini, Rey. Lebih baik jomlo seumur hidup dengan menyandang status duda daripada harus kembali padanya. Otak kamu ada di mana, Rey? Apakah sudah hilang atau masih ada tetapi sudah tidak berfungsi sebagai mana mestinya?" Mama berkata sambil menunjuk mukaku lebih tepatnya kening. "Ada apa ini? Kenapa Mama dan Mas Rey ribut?" Tiba-tiba Gibran datang bersama Bella. "Eh, ada tamu juga? Siapa dia, Mas? Calon penggantinya Mbak Ulfa dan Mbak Anisa?" Gibran mendekati Anisa yang masih saja duduk santai di kursi. Ia seolah tidak peduli dengan orang lain. Ibu semakin cem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status