KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 87
Ayo, suruh Mas Rey keluar dari sini. Aku sudah capek mengusirnya, tetapi tidak mau juga!" Aku berteriak dengan kesal.
"Tetapi, Bu ...?"
"Sudah, lakukan saja perintahku. Di toko ini belum ada satpam pribadi, jadi kalian sebagai laki-laki yang harus turun tangan." Aku mendengkus kesal. Sepertinya aku harus punya satpam di toko mulai sekarang agar bisa membantuku unuk menyelesaikan masalah seperti ini.
Mas Rey berhasil dikeluarkan setelah diseret oleh Roni dan Anto meski ia terus meronta, tetapi ia tidak mungkin mampu melawan dua orang.
Aku pun segera melepaskan pegangan tanganku pada Amar setelah Mas Rey keluar.
"Maafkan aku, ya? Tadi aku pegang lengan kamu. Habis kalau nggak begitu, dia nggak mau pergi." Aku meringis dan menangkupkan tangan di dada.
"Jadi, ternyata Mbak ini janda dan itu mantan suaminya?"
"Iya, maaf, waktu itu aku tidak bilang kalau aku sudah menjadi j
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 88"Kalau aku kerja di toko ini, bagaimana dengan anak-anak TPA? Siapa yang akan mengajar mereka?""Kalau begitu aku akan menambah gaji kamu sesuai dengan yang kamu dapatkan saat masih mengajar di TPA, bagaimana?""Ini bukan masalah uang, Mbak, tetapi aku merasa punya tanggung jawab untuk mengajar anak-anak meski tidak dibayar.""Jadi, kamu tidak dapat bayaran dari mengajar itu?"Amar mengangguk."Oh.""Aku merasa berat untuk meninggalkan anak-anak kecuali ada yang menggantikanku di sama, tetapi aku yakin tidak ada yang mau karena memang tidak ada upahnya.""Bagaimana kalau kamu cari penggantinya agar kamu bisa bekerja di tokoku dan aku yang akan memberi gaji pada orang itu." Aku tersenyum cerah merasa punya ide yang cemerlang. Entah mengapa aku merasa punya harapan besar pada Amar agar dia mau bekerja di tokoku. Aku benar-benar sudah terpesona dengan kejujurannya yang j
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 89"Selamat bergabung di tokoku, Am. Semoga kamu bisa bekerja dengan baik seperti yang kuharapkan." Aku tersenyum.Tidak butuh lama bagi seorang Amar untuk menyesuaikan diri. Meskipun ia pemuda desa yang setiap hari harus berkutat dengan tanaman, ternyata ia seorang sarjana."Am, kamu ini seorang sarjana, tetapi kenapa masih tinggal di desa dan menjadi petani? Seharusnya kamu bisa bekerja di kantor?" tanyaku saat ia fokus dengan layar laptop di depannya. Ia sedang memeriksa laporan barang yang masuk."Memangnya kenapa kalau aku masih di desa? Menjadi sarjana bukan berarti harus bekerja di kantor, kan?" Ia menoleh sebentar lalu fokus dengan pekerjaannya lagi."Ya, tetapi ...." Aku menggigit bibir bawah."Aku masih di desa karena tidak mau meninggalkan kedua orang tuaku dan saat mereka meninggal pun aku tetap tidak mau pergi dari rumah. Entah mengapa aku merasa nyaman menjadi menjadi petani meski terkadang has
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 90Apa mungkin si Tinah pergi? Biasanya ia selalu izin jika ingin pergi meskipun hanya sebentar. Oh, ya, aku baru ingat kalau katanya ia akan menikah, mungkin is sedang pergi bersama calon suaminya untuk mengurus pernikahannya.Tiba-tiba jantungku berdebar tidak karuan saat melihat pintu kamarku sedikit terbuka."Tinah? Apa yang kamu lakukan di kamarku?" Aku terbelalak saat melihat pembantuku sedang membuka lemari dan seperti sedang mencari sesuatu."Ibu? Ibu kok sudah pulang jam segini? Tidak seperti biasanya?" Tinah kaget dan tangannya gemetar, kulihat keringat sebesar biji jagung keluar dari keningnya."Jawab pertanyaanku Tinah? Apa yang kamu cari?" tanyaku dengan nada tinggi."Sa--saya." Tinah semakin gemetar."Apa gaji yang kuberikan masih kurang?""Bukan begitu, Bu. Gaji yang selama ini diberi Ibu sudah cukup. Sebenarnya saya hanya ingin pinjam baju milik Ibu, boleh, kan?""K
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 91"Saya tidak punya hubungan apa-apa dengan Mas Rey, tetapi ia adalah calon kakak ipar saya. Mama dan Mas Rey marah saat tahu saya hanya seorang pembantu, tetapi saat tahu saya bekerja di rumah Bu Ulfa, mereka menyuruh untuk mengambil sertifikat rumah ini agar Mama merestui hubungan kami." Tinah menjelaskan panjang lebar."Apakah ucapan kamu bisa dipercaya?" tanyaku dengan tangan bersedekap."Tentu, Bu. Mas Rey juga yang sudah bilang kalau sertifikat itu Ibu simpan di dalam lemari, tetapi dari tadi saya mencarinya tidak ketemu juga.""Terima kasih atas penjelasan kamu. Sekarang silahkan kamu pergi dan ini gajimu bulan ini. Aku beri full satu bulan meski sebenarnya belum ada." Aku menyodorkan amplop coklat berisi uang padanya..Aku menghela napas perlahan melihat kepergian Tinah. Sekarang aku tidak punya pembantu lagi, tetapi itu lebih baik dari pada punya pembantu tetapi ternyata punya niat buruk.Aku tidak
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 92"Mak-maksud kamu tidak menolak apa artinya mau?" tanya Amar dengan mata berbinar.Aku mengangguk dan tersenyum malu. Ibu, ucapanmu pada masa lalu itu kini akan menjadi kenyataan. Aku akan menikah tidak hanya sekali, tetapi dua kali dan semoga ini menjadi pernikahanku yang terakhir."Aku mau, Am, tetapi tidak sekarang.""Kenapa? Terus kapan? Satu tahun kagi? Dua tahun? Atau menunggu sampai anak ini dewasa? Wah, kalau begitu aku sudah lumutan menunggu, dong? Apa jangan-jangan sebenarnya kamu menolakku, tetapi secara halus karena tidak enak hati jika terang-terangan menolak? Kalau kamu memang tidak mau, aku juga tidak akan memaksa. Bodohnya aku yang dulu pernah ditolak mentah-mentah masih saja berharap hanya karena dipercaya menjadi manager. Maaf, kalau aku terlalu berharap lebih. Mungkin kita bukan jodoh." Amar menunduk."Bukan begitu, Am ...."Cukup! Kita memang tidak sederajat. Meski kamu dan aku sa
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 93"Pingin peluk kamu. Seperti di tipi-tipi itu yang berpelukan erat saat sudah mencapai kesepakatan bersama. Kita, kan sudah sepakat untuk menikah?" Aku cemberut saat ia menolak ajakanku untuk berpelukan."Jangan, kita belum halal. Enggak boleh. Kalau mau peluk, nanti setelah aku mengucapkan ijab qabul di hadapan penghulu dan disaksikan banyak orang. Jangankan peluk, mau minta yang lebih baik dari itu pasti kukasih, semuanya, tanpa kecuali. Dari ujung kepala hingga ujung kaki hanya untukmu, Mbak.""Kok masih panggil Mbak?" Pipiku menghangat, Amar pasti melihat pipiku yang mulai memerah. Aku malu, Mak!"Terus aku harus panggil apa?" Mas Amar mengedipkan mata."Sayang juga boleh.""Nanti aja panggil sayangnya, ya." Amar maju dan tangannya sudah terulur sepertinya ia hendak menyentuh pipiku. Aku memejamkan mata, tetapi hingga beberapa detik kemudian tangan itu tidak mendarat juga di pipi ini."Mas, kamu
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 94"Saya terima nikah dan kawinnya Sintya Maria Ulfa binti almarhum Hadi dengan mas kawin emas seratus gram dan seperangkat alat salat dibayar tunai," ucap Mas Amar lantang dan hanya dengan satu tarikan napas.SahSahSahMulai detik ini aku sudah resmi menjadi istri Mas Amar. Bulir bening kembali menetes di pipiku ketika tiba-tiba bayangan ibu melintas. Ucapannya waktu itu mengenai aku yang akan menikah tidak hanya sekali kini menjadi nyata, Bu. Sayang, ibu tidak dapat melihat pernikahanku kali ini."Selamat, ya, Ul. Kamu sudah bisa move on dariku." Mas Rey mengulurkan tangan dan kubalas dengan menangkupkan tangan di dada. Aku dan Mas Rey bukan suami istri lagi sehingga tidak perlu bersentuhan lagi seperti dulu. Sekarang yang boleh menyentuhku hanya Mas Amar seorang."Selamat, ya, Mbak. Aku minta maaf, kemarin sempat ingin berbuat jahat pada Mbak Ulfa dengan meminta Bella atau Tinah untuk menga
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 95"Jangan lupa berdo'a dulu sebelum menyusui bayi, Mbak," ucap Amar sambil mengangkat tubuh mungil Haikal ke dalam pangkuanku."Mbak? Kamu masih saja memanggilku Mbak? Apakah aku setua itu sehingga harus selalu dipanggil Mbak?" tanyaku dengan mengerucutkan bibir dan menggeleng.Lelaki yang sudah sah menjadi suamiku itu nyengir," Iya, maaf, Ul, eh, Dek. Aduh, lidahku masih terasa kaku saat memanggilmu Dek."Aku tersenyum," Kalau gitu panggil honey saja, Mas.""Hani? eh, itu nama pemilik warung kopi di kampungku. Aku adalah salah satu pelanggan di sana.""Wah, dia pasti sedih karena harus kehilangan salah satu pelanggannya yang paling ganteng.""Bisa jadi. Saat ini ia pasti sedang sibuk mencari-cari diriku. Eh, kita bicara apa, sih, tadi, kok bisa sampai ke honey segala." Lelaki yang kulitnya menjadi terlihat bersih setelah tinggal di sini itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.