Di Balik Tirai Permaisuri

Di Balik Tirai Permaisuri

last updateLast Updated : 2025-12-05
By:  Tinta cintaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
8Chapters
9views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Isabella Grace Everard adalah permaisuri yang tak bisa disentuh— setiap kulit pria yang bersentuhan dengannya, akan membuatnya biru dan pingsan dalam hitungan detik. Kutukan, begitu orang menyebutnya. Kaisar mencampakkannya, istana mencibirnya. Hingga datang seorang tabib agung, pria asing dengan tangan suci dan tatapan yang membakar. Dari pengobatan yang tak seharusnya mengguncang hati, lahir sentuhan terlarang yang menyalakan api gairah. Di antara takhta, cinta dan dosa... mereka berdua harus memilih: melanggar takdir, atau kehilangan cinta yang tak boleh ada.

View More

Chapter 1

01- Malam Yang Sama

“Apakah malam ini akan berhasil, Lusi? Aku takut malam ini akan sama seperti malam-malam yang telah berlalu,” ucap Isabella sembari menatap cermin bergaya klasik di sisi tembok.

Di pantulan cermin itu berdiri sosok cantik dengan rambut cokelat muda yang terurai rapi, dikepang manis di kedua sisi, dihiasi dengan gaya elegan khas bangsawan.

“Bukankah Anda sudah meminum ramuan dari Tabib sakti, Yang Mulia? Semoga saja malam ini membuahkan hasil,” sahut Lusi, dayang setia yang tengah memperbaiki gaun tidur tipis milik tuannya.

“Ini sudah ramuan yang kesekian kalinya, Lusi. Aku takut gagal lagi…”

Lusi memandangi wajah Isabella yang menunduk sedih. Begitu jelas ketakutan dan kegelisahan di mata permaisuri itu.

“Yakinlah, Yang Mulia. Setiap usaha pasti akan membuahkan hasil.”

Malam itu, Kaisar Julius—penguasa tertinggi Kerajaan Everard—akan menghabiskan malam bersama permaisurinya, Isabella. Wanita yang kecantikannya tersohor hingga ke pelosok negeri.

Namun, ini sudah malam ke seratus kali mereka mencoba bersatu sebagai suami istri. Setiap kali, hasilnya selalu sama. Isabella akan membiru, atau kehilangan kesadaran. Penyakit yang mereka sebut sebagai kutukan mengerikan di balik pesona sang permaisuri.

Kutukan itu telah menyertainya sejak lahir. Kecuali keluarganya, setiap lawan jenis yang menyentuh kulitnya akan membuat tubuhnya bereaksi abnormal—kulit membiru, tubuh gemetar, keringat bercucuran, bahkan sering kali pingsan saat mencoba berhubungan dengan sang Kaisar.

“Kau boleh pergi, Lusi. Aku ingin menenangkan diri sebelum Kaisar datang,” ucap Isabella lirih.

Lusi menunduk, lalu membungkuk hormat sebelum meninggalkan tuannya sendirian.

Isabella beralih dari meja rias menuju ranjang besar yang telah dihias indah oleh para pelayan. Seprai putih dengan taburan bunga mawar di atasnya, serta lilin aromaterapi yang menyala lembut, menambah kesan romantis malam itu.

Isabella menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. Dia hanya berharap malam ini tidak mengecewakan Kaisar lagi. Dua tahun sudah pernikahan mereka berlangsung, namun hingga kini Isabella belum mampu menjadi istri yang sempurna.

---

Kaisar Julius datang larut malam. Sebelum masuk ke kamar permaisuri, seorang dayang mengumumkan kedatangannya agar Isabella bersiap menyambut.

“Kau datang cukup larut, Suamiku,” ujar Isabella lembut saat berhadapan dengan Julius. Ia membantu suaminya melepas jubah kebesaran yang membalut tubuhnya.

“Sekalipun aku datang lebih awal, apakah hasilnya akan berbeda?” sahut sang Kaisar, sarkastis.

Isabella meremas jemarinya. Sejak malam-malam penyatuan yang selalu gagal, sikap Kaisar padanya menjadi dingin dan ketus. Namun Isabella tahu, semua itu karena kekurangannya sendiri.

“Kali ini tabib mana yang kau datangi?” tanya Julius tanpa ekspresi.

“Aku mendatangi tabib terkenal di desa Tholos,” jawab Isabella pelan.

Kaisar tersenyum sinis. Mendapati respons seperti itu, rasa percaya diri Isabella semakin merosot.

“Kenapa ekspresimu begitu, Suamiku?”

“Tabib terbaik di ibu kota saja tak mampu menyembuhkanmu, apalagi tabib desa,” decih Julius.

Isabella terdiam. Ucapan itu memang benar, tapi tetap saja menohok hatinya. Dulu, saat Julius melamarnya, dia berjanji akan mencari obat untuk kutukan Isabella. Dia juga berjanji akan sabar dan tetap mencintainya apa pun yang terjadi. Namun, seiring waktu dan kegagalan demi kegagalan, sikap Julius berubah.

“Jangan pasang wajah muram! Aku sudah lelah dengan urusan negara, dan sekarang harus menghadapi raut kusutmu,” bentak Julius.

Isabella mengerjap, buru-buru memperbaiki mimiknya dan tersenyum tulus.

“Ayo kita mulai,” ucap Kaisar datar tanpa senyum.

Isabella menarik napas panjang, namun bunyi helaan itu membuat Julius mengernyit kesal. Ia segera menahan diri agar tidak menambah amarah suaminya.

Sebenarnya Isabella juga lelah. Ia ingin sembuh, ingin menjadi istri yang sempurna. Tapi di sisi lain, hatinya terluka karena perlakuan Julius. Bagaimanapun, Isabella belum pernah benar-benar bercinta. Bagaimana mungkin ia tahu caranya, jika setiap kali mencoba, ia justru tersiksa?

“Kenapa masih diam?” tanya Julius dingin.

“Ah… itu…”

“Cium aku.”

Isabella meneguk ludah. “Iya…”

Dengan ragu ia mengikis jarak di antara mereka. Jantungnya berdetak tak karuan, namun ia mencoba meyakinkan diri bahwa kali ini akan berbeda.

Cup.

Bibir mereka bertemu. Awalnya lembut, tak ada reaksi berarti, hingga Kaisar menggamit tengkuk Isabella dan menekannya lebih dalam.

“Berhenti…” bisik Isabella serak, memegang lengan Julius erat. Napasnya memburu, tubuhnya gemetar hebat, keringat membasahi pelipisnya. Ia hampir terjatuh, tapi Julius tetap memaksa.

Perlahan, kulit Isabella yang pucat mulai berubah kebiruan dari ujung kaki hingga seluruh tubuhnya. Barulah Kaisar menghentikan tindakannya. Ia mendorong tubuh Isabella hingga terjatuh di lantai.

“Ah…”

Isabella menatapnya dengan pandangan terluka. Tubuhnya lemah, keringat mengucur deras, tapi tidak ada sedikit pun rasa iba di wajah Julius.

“Lagi-lagi seperti ini. Kau tahu, aku seperti menikahi siluman buruk rupa. Kau sangat jelek dengan warna itu,” ucap Julius sarkastik sebelum mengenakan jubahnya kembali dan melangkah pergi.

“Kaisar…” suara Isabella parau, tertahan di tenggorokan. Air matanya menetes. Ucapan Julius selalu kasar, tapi entah kenapa rasanya selalu sakit, seolah baru pertama kali ia dihina.

Tak lama setelah Kaisar pergi, Lusi masuk tergesa. Hatinya perih melihat Isabella terduduk di sisi ranjang dengan bahu berguncang. Dari depan pintu, ia bisa melihat jelas kulit tuannya yang kini membiru.

“Yang Mulia, Anda tidak apa-apa?” seru Lusi khawatir.

Isabella menatapnya sayu. “Apakah aku… begitu mengerikan, Lusi? Suamiku jijik padaku…” isaknya lirih.

“Yang Mulia, tolong tenangkan diri. Anda harus beristirahat dan memulihkan tenaga,” ujar Lusi sambil mencoba membantu.

Namun Isabella menahan tangannya. “Aku gagal lagi, Lusi…”

Dan seketika tubuhnya ambruk, tak sadarkan diri.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

No Comments
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status