Setelah semua orang pergi, ia berkata lirih “Apakah pembunuh itu kembali? Apakah Pak seno??”
Tubuhnya membeku masa lalu seolah langsung terpapar nyata dihadapannya. Kepalanya langsung sakit melihat darah pak seno yang masih dilantai. Ia meremas kuat rambutnya menahan sakit kepala. “Jaaangaaannn …. Tuaann haliiimmm…. Tooloonggg…” Tiba-tiba ia mendengar suara teriakan putri pak seno. Ia melihat ke kiri dan kekanan, di setiap sisi ia melihat putri pak seno yang berteriak ketakutan.
“berhentilah memanggil nama ayah ku, ayahku tidak pernah dan tidak akan pernah melakukan hal itu…!!!” Furqon berteriak
Tiba-tiba ia melihat pak seno yang menancapkan pisau berkali-kali sambil tertawa terbahak-bahak dan ibunya tergeletak dilantai bersimbahkan darah. Semua pandangan yang menghantuinya selama ini bermain-main didepan matanya.
Ia tidak tahan hingga akhirnya ia merasakan kakinya berjalan keluar rumah
“Kakek dari tadi bersama aku disini, memangnya kenapa fur?” tanya Rahelsa kepada Furqon.“Ohhh.. tidak ada apa-apa. Tadi aku melihat korban kecelakaan dan aku pikir tadi itu pak lukman,” jawab furqon terbata.“Tapi kamu lebih terlihat sedang mencari tersangka dari pada korban kecelakaan itu!” sanggah Rahelsa.Furqon yang terkejut mendengar penuturan Rahelsa jadi salah tingkah. Ia menatap Rahelsa dan pak Lukman secara bergantian, hingga akhirnya sebuah kalimat terlontar dari bibirnya “Kalau begitu saya permisi pak, maaf mengganggu.”“Masuk dulu nak, kamu terlihat sangat kelelahan sekali,” ucap pak Seno yang melihat keringat sebesar biji jagung di kening dan diujung pelipis matanya.“Tidak pak, terima kasih” ucap Furqon lalu segera membalikkan badan meninggalkan kediaman pak Seno.Furqon segera berlari ke jalan raya dan memanggil sebuah Taxi. Ia segera menyusul
“Apakah itu orang yang sama Fur?” tanya pangeran.“Tidak, sepertinya orang yang ada di CCTV masih berusia dua puluh tahunan” ucap Furqon.“Apa mungkin itu adalah anak dari sang pembunuh?” tanya Pangeran lagi.Furqon mencoba mengingat pak Seno, yang dia tahu anaknya yang paling muda adalah putrinya yang sekarang mengidap gangguan jiwa.“Apa mungkin pak Seno punya punya anak yang lain lagi?” Furqon berucap pelan, tapi masih terdengar oleh Pangeran.“Pak Seno? Siapa dia?” tanya pangeran sambil melihat kearah Furqon yang terlihat sedang berpikir.Tiba-tiba ponsel Pangeran bordering, ia langsung mengangkat.“Iyaa, Aku dan Furqon baik-baik saja… Aku akan kesana lima belas hari lagi… Okay….” Pangeran menutup ponselnya.“Fur, tadi Abangku, Sultan titip salam, dia minta kamu makan teratur!” Ucap Pangeran sambil tersenyum kearah Furqo
Furqon dengan cepat melajukan motornya menuju ketempat seseorang yang tadi ia hubungi melalui telepon. Ia sampai di sebuah toko elektronik dan langsung disambut hangat oleh sang pemilik toko.“Haiii tuan muda Hadinata Furqon Utama, bagaimana kabarmu?” kata sang pemilik toko.“Aku baik tuan Haidar, bagaimana kabarmu?” sahut urqon. Ya dia adalah Hairdar Smith seorang pebisnis elektronik. Yang berdarah indo dan inggris. Furqon terbiasa memanggilnya Haidar bukan smith karena itu adalah permintaan dari Haidar.“kabarku baik, apa kamu membutuhkan sesuatu tuan Utama? tanya Haidar.“Aku membutuhkan kamera tersembunyi berukuran kecil dengan kualitas terbaik,” jawab Furqon.“Ohhh kamu bisa memilih sesukamu” ucap Haidar lalu menunjukkan koleksi kameranya yang hampir lengkap dari semua merk seluruh dunia mulai dari harga terendah hingga harga tertinggi.Furqon hanya mencari kamera dengan kualitas yan
Setelah matahari mulai tenggelam, Pangeran menghempaskan tubuhnya di sofa mewah yang ada di ruang tamu ia lelah karena telah melalui hari yang sangat panjang dan berat. Baru saja pangeran hendak memejamkan matanya, Furqon langsung muncul dihadapannya.“Apa kamu menemukan sesuatu?” tanya Furqon.“Sesuatu?” tanya pangeran yang dalam keadaan lelah dan teramat malas.“Yaa dari CCTV para tetangga…” jawab Furqon.“Ohhh iyaa.. aku sudah melihat wajah pembunuh itu dan juga nomer plat motornya” ujar Pangeran.“Bagus, kita langsung hubungi polisi saja” jawab Furqon.“Ohh… aku pikir kamu akan melarangku, dan mencari orang itu sendiri,” seru Pangeran sambil terkekeh.“Semakin banyak yang mencarinya maka akan semakin cepat ia tertangkap!” ucap Furqon.“Iyaa sih… lagi pula kita tidak boleh sok jagoan dan mengabaikan polisi yang dise
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Perut yang keroncongan membuat Pangeran akhirnya membuka matanya.“Apa? sudah jam sepuluh pagi…” mata Pangeran membulat tidak percaya. Ia seharusnya tidak membuang waktu dan mencari petunjuk tentang datang penyerangan pak Lukman.Pangeran segera berlari kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sekitar sepuluh menit ia didalam kamar mandi, lalu ia keluar dan segera mengenakan pakaiannya. Pangerann terlihat tampan dengan baju kaos putih dan celana chino hitam longgar yang ia gunakan.Segera ia lajukan motornya menuju kantor polisi.“Pagi pak, saya Pangeran Mirza Haris, sepupu dari Hadinata Furqon Utama. Bagaimana dengan kasus penyeran terhadap sopir kami? Apa sudah ada perkembangannya?” tanya Pangeran pada kepala polisi yang duduk di depannya.“Begini dik, kami masih dalam proses investigasi dan sedang berusaha mencari barang bukti dan pelaku berdasarkan keterangan yang
“Permisi…..” ucap pangeran dibalik pintu, lalu ia mengetuk pintu hingga panggilan ketiga kalinya, pintu tetap tidak terbuka. Lalu ia mengintip melalui jendela kaca rumah pak Seno. ia hanya melihat ruangan kosong. Samar samar ia melihat seseorang gadis yang terpasung kakinya, yang mencoba bergerak dengan cara merayap dilantai. “Siapa itu?” gumam Pangeran. Lalu tiba-tiba matanya melotot dan terlintas sesuatu dipikirannya. Lalu ia mendobrak pintu rumah pak Seno. Brakkkkk pintu rumah pak Seno pun berhasil dibuka paksa oleh Pangeran. “Si… siapa kamu?” tanya wanita itu. Lalu Pangeran buru-buru menghampiri wanita itu, “Mbak tidak apa-apa? apa yang terjadi? Apa mbak diculik?” tanya Pangeran bertubi-tubi. “Siapa kamu? Jangan mendekat!” ucap wanita itu ketakutan. “Tidak mbak, aku bukan orang jahat, aku mau menolong mbak…” ucap Pangeran sambil menatap wanita itu. ia pun bergegas mencari sesuatu untuk menghancurkan gembok besar yang mengun
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, suasana rumah yang sunyi mencengkam terlihat sangat menyeramkan.Kesunyian itu menyelimuti Furqon yang duduk di meja makan. Pertama kalinya ia makan tanpa merasa takut akan mati karena keracunan.Suara bel memecahkan sunyian itu, Furqon sudah menebak siapa yang akan datang. Ia dengan langkah santai membuka pintunya. Ternyata dugaannya benar, itu adalah Pangeran.“Sudah makan?” tanya Furqon. Ia tidak menanyakan kenapa hari ini Pangeran pulang malam, karena ia berpikir pasti Pangeran berusaha membantunya mencari bukti.“Tadi… Aku bertemu Pak Seno…” ujar pangeran sambil menatap kosong kedepan.Furqon yang telah duduk di kursi meja makan mulai menyantap kembali makanannya, lalu tiba-tiba saja ia terhenti karena ucapan Pangeran, “Tadi aku bertemu Pak Seno dirumahnya…” ucap Pangeran dengan wajah sendu.“Lalu…” tanya Furqon dengan
Mata tajam Intan menatap nanar pada Rahelsa.“Kenapa juga si Rahelsa ikut campur. Sok jadi pahlawan…” Intan gergumam halus.“Aku tanya sekali lagi, sejak kapan kemewahan tampilan jadi indikator kesopanan?” tanya Rahelsa sambil dengan menatap sinis Salsa, Intan dan Irma.“Sudah, jangan ikut campur! Kamu tidak usah sok jadi pahlawan disin!” jawab Salsa dengan menyunggingkan senyum sinis seolah dia juga meremehkan Rahelsa.“Apa? Pahlawan?” sahut Rahelsa sambil alisnya terangkat sebelah menandakan ia heran dengan jawaban Salsa.“Iyaa nih, kamu tidak akan mengerti karena kamu sama saja dengan dia, beberapa orang dari golongan rendah tidak akan mengerti cara bersikap sopan santun…” Lagi-lagi Rahelsa diberi sunggingan senyum yang sangat menyayat hati teman Intan yang lainnya yaitu Irma.“Hahaha ehhmm…” Rahelsa merasa hatinya sangat geli hingga ia sedikit te