Setelah selesai bertarung, Sagara pada akhirnya terduduk di moncong kapal sambil menatap lautan. Seakan lega dengan apa yang sebenarnya terjadi dengannya di Kapal Bajak Laut Bendera Darah.
"Sang Ratu telah meninggal!" keluh Mei Ling yang langsung memeriksa apa yang terjadi kepada Ratu Bajak Laut. Dimana sudah tak ada lagi denyut nadi dari Perempuan paling ditakuti di Kekaisaran Han Zhou tersebut.
Sambil menutup tubuh wanita yang memakai topeng tengkorak setengah wajah tersebut dengan kain yang ada. Memberikan penghormatan kepada legenda yang membuat Kekaisaran Han Zhou sampai turun tangan. Kini Ratu Bajak Laut telah gugur, namun seorang Bajak Laut lain telah lahir. Kembalinya seorang pemuda dengan potensi ilmu kedigdayaan paling mengerikan di Laut Utara.
"Hanya kita bertiga yang tersisa di tempat ini!" jawab Sagara sambil terus menatap lautan yang kini sudah berwarna kuning. Tanda hari semakin sore dan Kapal masing-masing terombang-ambing di tengah Lautan.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Zhang Hao yang sudah berdiri di belakang Sagara. Sambil memegang roda untuk mengikat tali pancang Bendera Darah.
"Kenapa bertanya padaku, bukankah dirimu pimpinannya?" tanya Sagara lagi. "Lagipula Aku hanya seorang tawanan yang hanya berusaha untuk bertahan hidup!"
"Tetapi Sang Ratu memberikan Pedang Tengkorak padamu?" ucap Mei Ling yang menganggap bahwa Ratu Bajak Laut telah memilih Sagara Byakta, meskipun di hati kecilnya ada keinginan menjadi pimpinan. "Lagipula, tak ada yang bisa memegangnya selain dirimu!"
"Aneh sekali, mana ada tawanan malah menjadi pimpinan Bajak Laut?" jawab Sagara Byakta seperti biasanya bicara seperlunya.
"Entah apa hubungan dirimu dengan Sang Ratu. Tetapi jelas-jelas Pedang Tengkorak telah memilih dirimu!" ucap Zhang Hao yang pada akhirnya harus berkata jujur, meskipun dalam hatinya ada rasa gengsi. Dia sadar dengan tak dapat memegang Pedang Tengkorak, Zhang Hao sadar tidak layak menjadi seorang pemimpin Bajak Laut Bendera Darah.
Butuh beberapa waktu untuk ada yang bicara, semua hening di kapal tersebut. Tak ada orang yang berbicara, semua merenung dengan apa yang telah terjadi.
"Lebih baik kita cari Pulau terdekat saja untuk mengebumikan semua mayat ini. Terutama Sang Ratu harus ada tanda bahwa seorang wanita hebat telah gugur oleh Pemerintahan Han Zhou!"
Sagara tak menerima bantahan dari Zhang Hao yang hanya diam saja tanpa berekspresi. Sedangkan Mei Ling mengangguk tanda setuju dengan apa yang dikatakan oleh Sagara Byakta yang kini duduk bersila.
"Apa keinginanmu sekarang, sepertinya dirimu telah dibebaskan dari tawanan!" ucap Mei Ling pada akhirnya bicara karena Zhang Hao sepertinya memilih diam saja.
"Tentu saja mencari daratan, sudah lebih dari lima tahun tak pernah menyentuh tanah!" ucap Sagara tampak bersemangat mengucapkan hal tersebut. Sadar jika selama menjadi sandera tak pernah keluar dari kapal, meskipun ketika anggota Bajak Laut lain singgah ke Pulau untuk mencari pasokan makan.
Pada akhirnya tiga orang itu menerobos kegelapan setelah matahari benar-benar sudah terbenam. Dimana Mei Ling sudah mengendalikan kapal untuk mencari sebuah pulau terdekat dari tempat tersebut.
***
Pagi hari, keesokan harinya setelah kejadian mengerikan di Kapal Bajak Bendera Darah terjadi. Dimana ada tiga orang yang sedang berdiri menatap batu dengan sebuah kayu sebagai tanda kuburan seseorang. Tertulis dengan jelas dengan tulisan mandarin, Tempat Peristirahatan Terakhir RATU BAJAK LAUT.
Tiga orang tersebut tak bergerak sama sekali terus menatap kuburan dari Sang Ratu beserta puluhan anak buahnya. Terdiri dari tiga orang seumuran, dua laki-laki dan satu orang perempuan. Mereka tak lain Sagara Byakta, Zhang Hao dan Mei Ling yang menjadi anggota Bajak Laut Bendera Darah yang tersisa.
"Apa kita akan terus seperti ini?" tanya Mei Ling kepada Sagara yang kini membawa Pedang Tengkorak serta memakai topeng Tengkorak. Wasiat Sang Ratu mengatakan bahwa Sagara harus memakainya tanpa ada yang bisa membantah.
"Aku tidak tahu!" jawab Sagara malah bicara seenaknya, seakan tidak tahu apa yang harus dilakukan.
"Kau sekarang pimpinan Bajak Laut, apa kau tidak tahu tujuan Sang Ratu?" bentak Zhang Hao yang kesal dengan sikap dari Sagara. Sudah beberapa waktu menahan emosi namun sampai pada titik tak bisa terkendali lagi.
Bahkan Zhang Hao ingin sekali menggetok kepala Sagara yang terus seperti orang yang bingung. Tidak punya arah tujuan sama sekali setelah apa yang terjadi di Kapal, baru melihat orang yang terkesan santai menghadapi masalah.
"Masalahnya aku sedang menikmati daratan, jadi tak punya tujuan lain selain itu!"
Mendengar ucapan tersebut jelas membuat Zhang Hao semakin kesal bukan main, hingga ingin membunuh pemuda tangan jerangkong tersebut.
Namun Mei Ling berusaha untuk menahan seniornya di Kapal tersebut agar tidak terpancing dengan ucapan Sagara. Wanita itu paham bahwa Sagara memang seperti itu, dia akan bicara yang ingin dikatakan saja.
"Sudah cukup berdirinya, sekarang kita pergi!" ucap Sagara yang tiba-tiba menuju ke arah Kapal Bajak Laut Bendera Darah. Jelas membuat Zhang Hao dan Mei Ling hanya bisa saling pandang.
"Kita akan kemana?" tanya Mei Ling yang heran dengan sikap dari Sagara yang berubah secara tiba-tiba.
Kening si pemuda sudah berkeringat, dia seperti diinterogasi oleh seorang hakim ketika dituduh maling ayam.Adipati Mandalagiri mengangguk-angguk kepala sambil mengelus jenggot yang tak ada. Terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi pemuda di depannya."Kau harus bersyukur diberi kemampuan itu," ucap Adipati Mandalagiri sambil mangut-mangut.Sagara hanya bisa mengangguk, walau sebenarnya sudah tahu apa yang dibicarakan lelaki di depannya. Datuk Rambut Merah sudah menjelaskan semuanya kepadanya."Baiklah. Ayo dimakan, pasti kamu lapar," ucap Adipati Mandalagiri memutuskan untuk tidak bertanya lagi.Keduanya kemudian makan malam bersama sambil saling bercerita apa yang sebenarnya terjadi di Negeri
Sosok pertama yang menyerang Sagara terjatuh ketika kepalanya terkena pukul sarung Pedang milik Samurai dari Selatan yang belum diketahui namanya itu. Sosok serba hitam tersebut malah tak sadar diri akibat pukulan yang sangat telak.Melihat hal tersebut, sosok serba hitam yang bicara menjadi gugup. Jika kawannya ketahuan, maka dia akan dicurigai. Sehingga dia mencari cara untuk bisa membawa kawannya meloloskan diri dari Mandalagiri."Teknik Pedang Bulan? Jurus itu sudah puluhan tahun menghilang," ucap Adipati Mandalagiri mengenal jurus yang diperagakan oleh Sagara."Ada hubungan apa dia dengan Bajak Laut yang hilang puluhan tahun lalu dari Tanah Jawa itu?"Sementara itu pertarungan terus terjadi, sosok serba hitam malah kepayahan. Namun dia terpaksa men
BRUKK!Namun sebelum nyawa Adipati Mandalagiri akan melayang akibat serangan lawannya. Ada seseorang yang menolongnya dengan menggebuk sosok serba hitam menggunakan sarung pedang.Melihat siapa yang ada di depannya, sosok serba hitam itu terkejut."Kenapa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia...?" tanya sosok tersebut dalam hatinya. Namun tak menyelesaikan ucapannya karena lawannya keburu menerima serangan. Padahal serangan tersebut hanya memakai warangka pedang yang dipegang secara menyilang dengan dua tangan.Pertarungan aneh terjadi ketika sosok serba hitam menyerang lawannya. Hal itu terjadi karena lawannya hanya menggunakan warangka pedang tanpa olah kanuragan.Namun yang lebih aneh lagi,
Betul saja apa yang dilihat oleh Sagara sebelumnya. Ada orang berpakaian serba hitam lengkap dengan topeng kayu yang dicat hitam. Persis seperti orang sebelumnya yang mencegat Sagara dan Putri Dara Murti dalam perjalanan pulang.Namun kini tampak aneh, mereka menyerang sore hari. Serta hanya dua orang saja yang datang ke Kediaman Adipati yang tidak memiliki orang dengan kedigdayaan tinggi itu.Sagara kemudian segera menuju ke pusat Kadipaten Mandalagiri untuk menyimpan kudanya. Beruntung meskipun sudah sore namun ada jasa penitipan kuda yang masih buka, sehingga dapat bergerak dengan mudah.Tujuan Sagara adalah kediaman Adipati Mandalagiri, dia yakin bahwa lelaki tua itu yang diincar. Namun ketika dia sampai di kediaman Adipati Mandalagiri, justru dicegat oleh prajurit kadipaten yang bertugas berja
"Justru karena aku bagian dari mereka, sehingga paham apa yang direncanakan. Terutama tentang tertua Istana, sepertinya dia yang punya rencana menyingkirkanmu, Randu Pandega!"."Bukankah semua ini dari Sepasang Iblis Tongkat Emas?" tanya Sagara lagi yang heran dengan ucapan Ratu Bajak Laut."Betul tentang itu, tetapi dia terlibat dengan pimpinan di Istana Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi, seperti mendukung ucapan Sang Ratu."Apa tujuannya berbuat seperti itu?""Menguasai dunia kedigdayaan, yang pertama adalah Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi."Jika begitu, berarti dia ingin merebut kekuasaan Negeri Perak juga?" tanya Sagara."Bukankah diri
"Sekarang giliran dirimu, Randu Pandega!" seru Datuk Rambut Merah. "Meskipun ini luka luar, tetapi akan kucoba menyembuhkannya," ucap guru Dara Murti."Terima kasih sebelumnya, Datuk!""Tidak usah sungkan, itu sudah kewajibanku untuk menolong orang yang sakit," tambah Datuk Rambut Merah.Pada akhirnya Sagara dan Randu Pandega sudah merasa mendingan. Kini mereka hanya butuh istirahat serta perlu meminum ramuan untuk mempercepat penyembuhan.Ketika sudah selesai, Sagara punya pertanyaan kepada Datuk Rambut Merah."Apa Datuk paham dengan Pedang milik Samurai dari Selatan ini?" tanya Sagara sambil menjelaskan kenapa senjata itu ada di tangannya."Tentu sa
Tuan Putri itu akhirnya mengambil beberapa harta, lalu memasukkan ke dalam kain hitam. Setelah itu membiarkan harta sisa yang jumlahnya masih sangat banyak."Ini kamu ambil saja, untukmu secukupnya. Sedangkan sisanya kau bagikan ke rakyat kecil yang ada di Negeri Perak ini," ucap Tuan Putri Dara Murti. Meskipun punya niat baik dia tak punya niatan untuk mengembalikan harta ke Negeri Perak.Perempuan itu paham jika rakyat Negeri Perak memang sedang kesulitan sehingga membutuhkan uluran tangan. Hal itu terjadi akibat ulah para pejabat mereka yang terkenal tamak. Pajak yang dari masyarakat kadang tidak sampai ke pusat dengan tarif yang cukup mahal."Terima kasih, saya berjanji tidak akan merampok lagi," ucap pimpinan begal tersebut."Itu terserah kau, namu
Setelah itu para begal terkejut dengan kedatangan dua orang pemuda yang kini berada di belakang si gadis. Keduanya tampak tersenyum kepada gadis yang akan ditolongnya tersebut."Kalian? Kenapa bisa ke sini?" ucap gadis berpakaian hijau corak tersebut. "Sagara, dari mana saja?" tanya gadis itu lagi yang jelas adalah orang yang dikenalnya."Simpan saja pertanyaan itu Tuan Putri, nanti kami Jawab," ucap pemuda yang tak lain Sagara yang sedang berada di samping kanan sang gadis yang ternyata adakah Tuan Putri Dara Murti."Lebih baik kita cepat selesaikan pertarungan, lalu kita pergi dari sini!" seru pemuda satunya yang tak lain Randu Pandega, dia berada di samping kiri Tuan Putri.Lalu menatap lawan dengan posisi waspada. Ketiganya saling membelakangi
“Tentu saja, aku berjanji,” ucap Randu Pandega. “Lagi pula kita bisa bekerja mengungkap tabir di Negeri Perak, kan?”Mendengar hal itu, Sagara kemudian menatap Randu Pandega ternyata tersenyum kepadanya. Tak ada salahnya jika dilakukan bersama, apalagi mereka adalah sahabat sedari kecil. Meskipun Sagara selalu menjadi korban ejekan dari Randu Pandega karena menjadi anak yang sangat lemah.“Sepakat?” tanya Sagara.“Sepakat!”Keduanya lalu bersalaman, pertanda mereka sudah baikkan. Keduanya memang saling segan sehingga timbul prasangka yang tidak baik. Kini semua sudah beres ketika keduanya berani jujur.“Aduh, aku melupakan sesuatu?” keluh Sagara yan