Beranda / Urban / KEMBALINYA SANG PEWARIS TRILIUNER / 34. Siasat Nyonya Rukmini

Share

34. Siasat Nyonya Rukmini

Penulis: Hakayi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-02 14:03:30

Saat Aksa hendak memasuki pintu utama penthouse-nya bersama Pak Surya dan Pak Ahmad, ia melihat dua bodyguard sudah berjaga di depan pintu. Aksa mengerutkan kening dan menatap Pak Surya.

“Kapan Bapak mengirim dua bodyguard ke rumah ini?” tanyanya heran.

“Saat kita berangkat ke rumah utama mendiang ayah Anda tadi, Tuan Muda,” jawab Pak Surya tenang.

Aksa mengangguk pelan.

“Tuan Muda yakin ingin menempati penthouse ini saja?” tanya Pak Surya lagi.

“Iya,” jawab Aksa mantap. “Di sini aku akan lebih tenang mengemban amanat Papa.”

Kedua bodyguard itu segera membukakan pintu. Begitu masuk, neneknya langsung berjalan cepat menyambut Aksa.

“Cucuku!” seru sang nenek dengan mata berkaca-kaca.

Aksa segera memeluknya erat, merasakan kehangatan yang menenangkan. Ia baru melepaskan pelukan saat melihat banyak orang asing berdiri rapi di dalam rumahnya. Ia menoleh pada Pak Surya dengan tatapan bertanya.

Pak Surya tersenyum. “Perkenalkan, Tuan Muda. Ini Pak Darwin, House Manager yang akan mengoordinas
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Quora_youtixs
Ditaaaa maluu... nggak papa dit, kamu udah jujur pada orang yang tepat, Aksa juga nggak akan tahu kalau kamu punya rasa, semangat ditaaaa ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • KEMBALINYA SANG PEWARIS TRILIUNER   34. Siasat Nyonya Rukmini

    Saat Aksa hendak memasuki pintu utama penthouse-nya bersama Pak Surya dan Pak Ahmad, ia melihat dua bodyguard sudah berjaga di depan pintu. Aksa mengerutkan kening dan menatap Pak Surya.“Kapan Bapak mengirim dua bodyguard ke rumah ini?” tanyanya heran.“Saat kita berangkat ke rumah utama mendiang ayah Anda tadi, Tuan Muda,” jawab Pak Surya tenang.Aksa mengangguk pelan.“Tuan Muda yakin ingin menempati penthouse ini saja?” tanya Pak Surya lagi.“Iya,” jawab Aksa mantap. “Di sini aku akan lebih tenang mengemban amanat Papa.”Kedua bodyguard itu segera membukakan pintu. Begitu masuk, neneknya langsung berjalan cepat menyambut Aksa.“Cucuku!” seru sang nenek dengan mata berkaca-kaca.Aksa segera memeluknya erat, merasakan kehangatan yang menenangkan. Ia baru melepaskan pelukan saat melihat banyak orang asing berdiri rapi di dalam rumahnya. Ia menoleh pada Pak Surya dengan tatapan bertanya.Pak Surya tersenyum. “Perkenalkan, Tuan Muda. Ini Pak Darwin, House Manager yang akan mengoordinas

  • KEMBALINYA SANG PEWARIS TRILIUNER   33. Pertemuan Mengejutkan

    Saat Aksa melangkah memasuki ruang tengah yang megah itu, seketika suasana menjadi hening. Semua mata tertuju padanya. Nyonya Rukmini yang semula tersenyum anggun langsung terperangah. Wajahnya memucat, suaranya tercekat di tenggorokan.“Jadi... dia Doni Pramudita?” ucapnya nyaris berbisik. “Yang diminta Saka untuk menyingkirkannya... dan yang membuat bodyguard terbaikku, Baron Taji, terbaring di rumah sakit hingga sekarang?”Darren, Nadin, dan Kirana menatap ke arah Aksa dengan tatapan penuh keterkejutan dan kebingungan.“Jadi dia... kakak kami?” batin Darren, napasnya terasa sesak. “Kenapa aku baru tahu kalau Papa pernah menikah dan punya anak sebelum Mama?”Kilatan kamera dari wartawan berderet menyala, membanjiri ruangan dengan cahaya yang silau. Para juru kamera televisi nasional langsung menyorot wajah Aksa yang kini berdiri tegak di sisi Pak Surya.Sementara itu, di rumah Tristan, suasana tak kalah tegang. Tristan dan Saka menatap layar televisi lekat-lekat, tak percaya dengan

  • KEMBALINYA SANG PEWARIS TRILIUNER   32. Nama Doni Pramudita Menggema

    Pak Surya dan Pak Ahmad melangkah memasuki ruang utama rumah megah itu, ditemani oleh House Manager, Pak Tarkam.Dari arah depan, puluhan wartawan dan kru televisi sibuk menyiapkan kamera serta pencahayaan.Kilatan lampu kamera menyala bertubi-tubi ketika keduanya berjalan menuju Nyonya Rukmini, Darren, Kirana, dan Nadin yang sudah duduk rapi menunggu di kursi utama.Mereka saling bersalaman dengan sopan sebelum akhirnya duduk di tempat yang telah disediakan. Suasana ruangan terasa penuh gengsi sekaligus tegang, seperti upacara resmi yang sedang disaksikan seluruh negeri.“Selamat datang, Pak Surya, Pak Ahmad,” sambut Nyonya Rukmini dengan senyum yang terlatih, lembut namun penuh wibawa.“Terima kasih, Nyonya,” jawab Pak Surya sopan.Rukmini menarik napas, lalu berkata dengan nada diplomatis yang terdengar jelas ke arah kamera, “Maaf bila saya tidak sempat memberi tahu sebelumnya bahwa acara hari ini akan diliput dan disiarkan secara langsung. Saya hanya ingin dunia tahu bahwa mendian

  • KEMBALINYA SANG PEWARIS TRILIUNER   31. Pengumuman Warisan

    Di ruang tengah yang megah, berkilau oleh lampu kristal dan aroma bunga segar, Nyonya Rukmini telah duduk anggun dengan gaun terbaiknya berwarna merah marun, berhiaskan mutiara di kerahnya. Darren, putra sulungnya, tampak rapi dengan setelan jas abu gelap. Dua putrinya, Kirana dan Nadin, juga telah bersiap dalam balutan gaun pesta yang menawan. Hari itu, rumah keluarga Pramudita berdenyut dengan kesibukan dan gengsi.Jamuan istimewa telah disusun di meja panjang. Kristal, lilin aromaterapi, dan deretan hidangan mewah untuk menyambut Pak Surya, manajer pribadi mendiang Damar Pramudita, serta Pak Ahmad, pengacara keluarga yang akan membacakan surat warisan."Aku sudah tak sabar memeluk Lee Joon-ho di pesta perayaan besok malam," ujar Kirana sambil bercermin."Aku malah ingin berfoto dengan Avier Ruiz," timpal Nadin dengan tawa ringan."Tenang saja, semuanya akan datang sesuai rencana," sahut Nyonya Rukmini dengan senyum yakin.Tak lama, Pak Tarkam, House Manager, masuk dengan langkah t

  • KEMBALINYA SANG PEWARIS TRILIUNER   30. Pewaris Itu Datang

    “Oh iya… iya! Betul juga, maaf ya, Nak Beni,” katanya cepat-cepat, pura-pura salah tingkah. “Tapi bagaimana pun kamu itu juga cucu Nenek... eh, maksud Nenek, teman cucu Nenek.”Aksa memijat telinganya yang masih merah, menatap neneknya sambil cemberut. “Iya, iya, Nek. Tapi lain kali jewernya jangan kekencengan.”Dita menahan tawa, menutup mulutnya dengan tangan. Sang nenek ikut terkekeh kecil, pura-pura batuk untuk menutupi.Ruangan itu kembali hangat. Matahari sore mengintip dari sela tirai, membiaskan cahaya lembut ke wajah mereka bertiga.Dan untuk sesaat, luka, darah, dan pertarungan tadi terasa seperti mimpi yang perlahan memudar, menyisakan tawa kecil dan rasa hangat yang sulit dijelaskan.Ketukan pelan terdengar di pintu kamar. Tok… tok… tok…Nenek yang duduk di kursi dekat ranjang segera berdiri dan membukanya. Di balik pintu, berdiri Pak Surya, mengenakan jas hitam rapi seperti biasa, wajahnya penuh kecemasan.“Nenek, biar saya bicara sebentar dengan Tuan Muda,” ucapnya sopan

  • KEMBALINYA SANG PEWARIS TRILIUNER   29. Sore Sebelum Pengumuman

    Baron berusaha berdiri, tubuhnya goyah tapi matanya masih menyala. Ia mengangkat tinjunya tinggi, napasnya berat.“Kau… benar-benar membuatku… marah, bocah!”Ia berlari, tinjunya mengayun ke arah kepala Aksa. Udara bergetar oleh kekuatannya.Namun Aksa tidak menghindar.Dengan refleks yang tajam, ia menangkap tangan Baron di udara, memutarnya ke bawah, lalu melangkah cepat ke depan dan menghantam kepala Baron dengan tinjunya sendiri, keras sekali, lebih keras dari semua pukulan sebelumnya.Braak!Suara benturan itu begitu keras hingga warga menjerit serempak. Darah menyembur dari mulut Baron Taji.Tubuh besar itu bergoyang sesaat, lalu jatuh menghantam aspal dengan bunyi berat. Debu naik ke udara.Sunyi.Benar-benar sunyi.Tak ada yang bergerak selama beberapa detik.Hanya napas Aksa yang terdengar, kasar, berat, tapi hidup. Ia berdiri di tengah jalan dengan tubuh penuh luka dan darah di tangannya.Warga menatap, sebagian menutup mulut, sebagian masih merekam dengan gemetar.Pasukan p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status