"Pembantu selamanya akan menjadi Pembantu, tidak akan pernah berubah menjadi Nyonya besar!" hina tuan Naratama terhadap Radisha.
Pernyataan tuan Naratama begitu menyakiti hati Radisha, padahal selama ini juga Radisha tidak pernah berharap jika dirinya akan menjadi Nyonya besar terlebih lagi jadi bagian dari keluarga Nara, siapa dirinya bagi Radisha ia dengan Danu bisa di ibaratkan bumi dan langit yang sampai kapanpun tidak akan pernah bisa bersama meski sekuat apapun mereka melawan takdir.Wajah Radisha memerah merasa malu sekaligus marah pada tuan Naratama atas penghinaan yang di terimanya.Namun, Danu berusaha menguatkan hati kekasihnya itu. "Kau jangan ambil hati ucapan Papa, percayalah suatu saat hubungan kita akan di restuinya. Kamu percayakan sama aku?" ucap Danu pelan, dan menggenggam tangan Radisha."Tidak Danu, benar yang di katakan Papamu Seorang Pembantu sepertiku tidak akan pernah berubah jadi Seorang Nyonya, terlebih lagi untuk jadi I"Atas dasar apa Papa melarang Radisha?" Danu membentak tuan Nara karena telah melarang Radisha untuk ikut dengannya ke kantor."Papa sangat berhak melarangnya ... dia Pembantu di Rumah kita, jadi lebih baik dia tetap berada di Rumah!" tegas tuan Nara.Tiba-tiba saja Audrey berceloteh setelah melihat papa, dan kakaknya itu berdebat di meja makan pagi ini."Tidak bisakah Papa sama Kak Danu ini tidak bertengkar!" cegah Audrey berusaha menghentikan papa dan kakaknya untuk tidak melanjutkan perdebatannya."Lihatlah Radisha hanya karena membelamu yang bukan siapa-siapa di Rumah ini, mereka sampai bertengkar seperti ini, hati nurani kamu di mana Radisha?" sindir Tifany sangat puas telah berbicara seperti itu.Radisha menundukkan kepalanya, lantaran benar adanya pertengkaran Danu dengan tuan Nara bermula saat Danu berusaha membela dirinya."Aku tidak akan ikut denganmu ke Kantor, Danu!" ucap Radisha dengan susah payah menolak permintaan
Danu menangkup pipi Radisha dengan kedua tangannya, untuk menghapus air mata itu. Perlahan Danu membawa kepala Radisha bersandar di dada bidangnya."Ssssst ... berhentilah menangis, kamu sedih karena ucapan mereka bukan?" tanya Danu memastikan.Radisha semakin mengencangkan tangisannya, membasahi kemeja pria yang saat ini memelukku"Aku mohon jangan menangis lagi, hapuslah air matamu! Mereka tidak akan mengerti tentang kita karena mereka tidak tahu kenyataan sebenarnya, aku harap kamu jangan terpenting oleh ucapan mereka yang konyol!" Danu mengusap air mata itu dari wajah Radisha."Lebih baik kita ke Ruanganku!" ajaknya terus menggandeng tangan Radisha.Sementara Tifany tersenyum penuh kemenangan menatap Radisha yang sedang di landa kesedihan. 'Rasakan kamu Radisha! Salah siapa kau merebut Cintaku!' batinnya menyeringai menatap tajam pada langkah Danu dengan Radisha yang semakin menjauh darinya."Tifany!" Seki
Danu tidak mengetahui jika saat ini Radisha sedang jadi perbincangan hangat Karyawan di kantornya, saat ini semua orang berpikir kalau Radisha perempuan tidak bermoral yang merebut calon suami orang."Ayo kita pergi dari sini Drey!" ajak Tifany segera meninggalkan kantin tersebut."Kenapa kita harus terburu-buru? Bukankah kita sangat menikmati penderitaan Radisha saat ini!""Kamu lihat sebelah sana!" Tifany meminta Audrey menolehkan kepalanya menatap pada arah Danu yang sedang berjalan ke arah Radisha membawa makanan di tangannya.Audrey pun akhirnya mengikuti saran Tifany, ia segera bergegas meninggalkan kantin itu."Kalau begitu ayo!" ucap Audrey segera melangkahkan kakinya.Sementara Danu telah sampai di meja makan, dengan makanan yang di bawanya. "Ayo kita makan!" ucap Danu, lalu meletakkan makanan di meja makan."Terima kasih!" Radisha berusaha tersenyum meski hatinya meringis merasakan sakit berbagai hinaan terus m
"Sebenarnya kalau Papa keluar kantor memangnya kenapa Tifany, mungkin saja beliau akan bertemu dengan klien?!""Itu menurut kamu, tapi kali ini berbeda Audrey ... percaya deh sama aku, sepertinya Papa kamu akan memarahi Danu!" ujar Tifany memasang wajah serius."Memarahi Kak Danu? Memangnya bikin ulah apalagi dia?""Entahlah ... aku juga belum tahu pasti, yang jelas pada saat Papamu pergi dia terdengar mengumpati Danu gitu!""Oh ya?""Iya Drey, kita harus susul Papamu jangan sampai Papamu memarahi Danu yang tidak salah apa-apa, kamu kan tahu yang salah di sini itu Radisha karena dia Perempuan Penggoda!" tukas Tifany memanas-manasi Audrey.Merasa jengah dengan Radisha, Audrey pun mendengar pada saran yang diberikan oleh Tifany."Kalau begitu kita susul saja Kak Danu, dia pasti mengantarkan Radisha ke Rumah! Gadis itu memang selalu merepotkan!" kesal Audrey terhadap Radisha yang ia anggap perempuan pembawa sial.A
Radisha masih diam, ia enggan menjawab pertanyaan dari calon ibu mertuanya lantaran jika sampai dia mengatakan yang sebenarnya maka sudah dapat dipastikan Natalie akan marah pada tuan Nara, dan Radisha tidak ingin semua itu terjadi."Kenapa kamu diam Radisha? Jawab Mama?" tanya Natalie dengan sangat serius menatap wajah Radisha."Sudahlah Natalie, untuk apa kau bertanya padanya, mungkin saja itu hanya luka memar biasa!" ucap tuan Nara berusaha menutupi kesalahannya dari sang istri."Saya bertanya sama Radisha bukan sama kamu Pah, alangkah lebih baiknya jika kau diam saja!" ujar Natalie sedikit kesal karena suaminya ikut campur dengan urusannya.Melihat situasi mulai memanas antara tuan Nara, dan Nyonya Natalie. Radisha pun mulai angkat bicara jika luka yang di pipinya itu bukanlah bekas tamparan."Ini hanya luka ringan Tante, tadi tidak sengaja jatuh saat membawa piring lalu mengenai pipi saya!" ucap Radisha terpaksa berbohong pada Natali
Audrey dengan Tifany baru saja sampai rumah, dan sudah di suguhkan pada kenyataan yang sangat bertentangan dengannya terlebih lagi saat mendengar Danu akan segera menikah dengan Radisha, Audrey sangat menentang hubungan keduanya. Saat ini Audrey menatap tajam pada Danu dan Radisha. Bahkan, Audrey sampai berteriak menentang mereka."Atas dasar apa kau menentang hubungan Kakak kamu Ha?!"Audrey melirik ke arah ibunya saat menimpali ucapannya. "Kenapa Mama merestui hubungan mereka berdua, bukankah sudah jelas jika Tifany yang dijodohkan dengan Kak Danu?""Ya memang Danu telah dijodohkan dengan Tifany, tapi bukankah cinta itu tidak dapat di paksakan bukan? Lalu apa salahnya kau menghormati keputusan Kakakmu!" ucap Natalie menekankan.Kali ini Audrey dipaksa mengerti oleh ibunya sendiri, karena Natalie tidak ingin adanya kekeliruan lagi di antara mereka."Lalu bagaimana dengan saya Tante?" lirih Tifany dengan mata mulai berkaca-kaca, tak kuasa
Tifany terkesima saat Natalie membentaknya dia sangat tidak menyangka akan keberanian Natalie memarahinya, dan menuduhnya memperalat Audrey."Kenapa Tante bicara seperti ini? Sungguh saya tidak pernah memperalat Putri Tante!" lirih."Sudah saya katakan bukan? Jangan mengeluarkan sepatah katapun karena saya tidak membutuhkan penjelasan darimu, apa kau paham!" Natalie kembali membentak Tifany.Tuan Naratama yang saat ini berdiri di tangga, dan menatap tajam pada keberadaan mereka yang masih berdebat ia marah atas perlakuan Natalie pada calon menantunya Tifany."Kamu apa-apaan Natalie! Kenapa kamu membentak-bentak Tifany? Satu hal yang harus kamu patuhi dan tidak dapat di ganggu gugat, Calon menantu kita yang sebenarnya Tifany, bukan Radisha!" tuan Nara menyentak dengan tatapan tajam pada istrinya.Sekilas Natalie menatap pada suaminya, dengan netra menajam dengan mengepalkan tangannya."Sampai kapanpun Calon menantu saya hanyalah Radish
"Papa saya sudah meninggal Ma, yang masih ada tinggal Ibu!" ucap Radisha lirih.Mendengar pengakuan Radisha, Natalie pun semakin bersalah lantaran dia sama sekali tidak bermaksud membuat Radisha teringat pada orang yang dia sayang."Maafkan Mama Radisha, Mama tidak tahu kalau Papamu telah tiada. Lalu sekarang di mana Ibumu berada?" tanya Natalie berusaha ingin tahu.Sejenak Radisha terdiam, dan menatap pada Danu meminta pendapatnya. "Katakan saja yang ingin kamu katakan Radisha!" ujar Danu menganggukkan kepalanya.Radisha pun mulai menceritakan kisah hidupnya di kampung setelah meninggalnya sang papa. "Ibu saya di kampung Ma, dia sekarang terpaksa bekerja dengan Renternir karena utang yang di tinggalkan almarhum Papa, kami yang harus menanggungnya sehingga saya memilih mengadu nasib ke Jakarta, karena jika tidak melunasi utang itu. Saya yang dijadikan jaminan oleh Renternir itu!" ucap Radisha menyampaikan.Natalie menatap t