Share

Bab 6

Penulis: Lerina
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-31 21:03:41

Mendengar keputusan dari Dewa Agung Wilis Meya merasa terkejut. Meya menatap Luhan dengan ekspresi sedih. Pasalnya dia dan Luhan akan berpisah cukup lama. Karena untuk sementara waktu Luhan akan berjaga di bumi.

"Kita akan berpisah cukup lama Luhan," ucap Meya dengan suara lembut dan menunduk menyembunyikan matanya yang sayu yang sudah hampir meneteskan air mata.

Luhan tau, Meya pasti sedih berpisah lama darinya. Sejak kecil mereka selalu bersama dan jarang terpisah.

"Saat aku ada waktu, aku akan menjengukmu," ucap Luhan menghibur Meya. "Atau kau sekali - sekali bisa datang ke dunia untuk mengunjungiku. "

"Kau tau itu hal yang sangat sulit Luhan. Aku Dewi Air, Aku tidak bisa lama meninggalkan tempatku, jika tidak maka aliran perputaran air di dunia akan sangat kacau, " ucap Meya dengan lembut.

Entah mengapa Luhan selalu kagum dengan apa yang Meya ucapkan. Pasalnya Meya selalu berbicara dengan lembut, tanpa ada emosi atau tekanan, dan itu sangat menenangkan hati Luhan.

.......

Dewa Agung Wilis memanggil Luhan menghadap ke hadapannya. Di dalam Aula Rapat, Luhan pun bersujud di depan Dewa Agung Wilis.

"Hamba menghadap pada Dewa Agung Wilis," ucap Lohan sambil menunduk.

Tanpa basa basi Dewa Agung Wilis langsung memberikan perintahnya.

"Dewa Perang Luhan, Dengan ini aku perintahkan kau menjaga kedamaian di dunia dari ganguan ras iblis."

"Hamba siap melaksanakan perintah tugas..!" dengan suara mantab Luhan menjawab.

.......

Setelah Luhan menerima tugas, dia langsung bersiap untuk tinggal di dunia sementara waktu untuk melindungi dunia dari ras iblis.

Meya menyempatkan diri untuk mengunjungi Luhan sebelum Luhan turun ke bumi.

"Apa kau hanya membawa ini saja? " tanya Meya seraya memperhatikan barang bawaan Luhan yang sangat sedikit.

"Aku tidak tinggal di dunia selamanya, dan lagi pula aku seorang dewa yang tidak perlu menggunakan banyak barang," jelas Luhan.

"Sambil mengusap puncak kepala Meya, Luhan berkata, " jaga dirimu baik - baik dan jangan selalu mengkhawatirkan aku. Aku akan berhati - hati dan menjaga diriku.

Luhan tau bagaimana sifat Meya dan perasaan Meya. Meya adalah orang yang tidak tegaan dan selalu mengkhawatirkan segala hal termasuk dirinya. Jadi dia menyuruh Meya untuk mempercayai dirinya yang bisa menjaga diri baik - baik.

"Aku tau kau adalah yang terbaik dan terkuat. Selalu ingat aku di manapun kau berada, " ucap Meya.

"Akan ku ingat ucapanmu lagipula saat aku melihat air, sama halnya aku melihat dirimu." Luhan berdiri dengan membawa pedangnya dan barang bawaannya.

"Aku akan segera kembali Meya, jaga dirimu baik - baik. Doakan saja Ras iblis segera kalah dan menyerah, dan aku bisa segera kembali ke sini, " ucap Luhan sambil berjalan menuju Gerbang Langit.

"Aku pergi dulu, " sambil melambai pada Meya kemudian Luhan melompat dan turun ke dunia manusia.

Meya melihat Luhan dengan perasaan tidak rela, selama ini Luhan memang selalu turun ke dunia manusia tetapi hanya untuk berpatroli, bukan untuk tinggal seperti sekarang.

Ada rasa kehilangan yang besar dan rasa tidak nyaman yang ada di dalam dada Meya.

Cukup lama Meya menatap Gerbang Langit, dan dia mulai beranjak karena waktu sudah hampir malam.

Dia kembali ke kediaman Dewi Air, mulai mandi dan melakukan tugasnya sebagai Dewi Air.

......

Kediaman Dewi Air

Dalam kolam cahaya di mana Meya selalu mandi dan melakukan tugasnya sebagai Dewi Air. Terlihat Meya melepaskan semua pakaiannya. Dia mandi dalam keadaan telanjang. Tubuhnya begitu bagus dengan dada dan bagian bawah yang berisi. Belum lagi wajah cantik mungil dengan mata sayu, bulu mata lentik, hidung mungil yang mancung dan tak ketinggalan bibir mungil berwarna merah cerah seperti buah ceri. Saat dia melepaskan tusuk konde serta lerhiasan rambutnya, rambut hitam panjangnya melambai - lambai tertiup angin. Seakan sedang menari - nari dengan menggoda.

Dalam kolam cahaya, Meya mengeluarkan kekuatan dalamnya sebagai pengaturan air di dunia,.

Setiap beriak air yang dia ciptakan dari arus tangan dan badannya, akan menjadi arus air sungai dan laut yang ada di dunia.

Sungguh Indah gerakan pengendalian Meya, tenang, pasti dan kuat. Terlihat seperti tarian yang membuat orang seperti terhipnotis.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 13

    Di istana langit. Dewi Air Meya, mendengar kemenangan Luhan atas Cecar. Dia merasa lega, pasalnya sudah lama dia tidak mendengar kabar Luhan. Meskipun jarak bumi dan langit bukanlah masalah bagi para Dewa, tetapi ada peraturan yang tidak boleh di langgar. Apalagi Meya, sebagai sosok Dewi Air, tidak bisa sembarangan turun ke bumi. Hal itu di karenakan Dewi Air adalah dewi kehidupan dan tidak boleh sembarangan turun ke bumi. Dan hal yang paling penting adalah, Meya tidak boleh ternoda oleh nafsu duniawi, karena akan mempengaruhi kemurnian jiwanya. Jika sampai itu terjadi, maka itu akan menjadi bencana bagi alam Dewa maupun Alam Manusia.

  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 12

    Di atas singgasananya. Raja Iblis mengernyit. "Cecar sudah mati? Bagaimana pasukan kita? " "Yang Mulia, pasukan berhasil saya amankan, tuan Cecar sudah memberikan waktu pada kami untuk mundur dan bersembunyi," lapor bawahan Cecar. "Untung saja cukup lama tuan Cecar memberikan waktu, kalo tidak, mungkin kami tidak akan bisa hidup." "Alfa, Delta, kalian gantikan posisi Cecar untuk sementara memegang kendali atas pasukan baru," perintah Raja Iblis. Bawahan Cecar merasa agak kurang adil, selama ini biasanya dialah yang memegang kendali saat tuan Cecar tidak ada. Kenapa setelah Tuan Cecar meninggal, pemimpin pasukan malah di serahkan pada Alfa dan Delta. Sungguh tidak adil. Tapi dia hanya bisa membatin hal itu, karena kalau sampai berani menyinggung Raja Iblis, maka sudah di pastikan tidak akan bisa hidup ataupun mati dengan tenang. "Sayang sekali, mesti Cecar seorang pemarah dan mempunyai emosi yang gampang meledak, dia adalah bawahan yang sangat kompeten." "

  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 11

    Di tempat lain. Gunung Birlam. Angin yang tidak terlalu kencang, menggoyang - goyangkan helaian rambut yang tidak terikat milik pria itu. Dia berdiri di atas pohon dengan tatapan tajam seperti mata elang. Dia menatap jauh di ujung sana, seakan sudah menemukan mangsa yang hendak di tangkapnya. Dengan aura dingin, dia memerhatikan keadaan jauh dengan pandangan menusuk. Cukup lama dia mengawasi sesuatu di ujung sana dengan sabar. "Baiklah... cukup bagus kalian bersembunyi," dengan menaikkan sedikit sudut bibirnya, dia mengguyingkan senyum mengejek. Dia mulai bergerak. Secepat kilat dia berpindah sampai tidak ada yang menyadarinya. Di depannya ada sekitar sepuluh ribu prajurit ras iblis yang sedang berlatih bertempur. J

  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 10

    "Luhan.......... " "Luhan....... " Dalam tidurnya, Ruyi mengigau nama Luhan di tengah sakit panasnya. Saat sampai di rumah, kaki Ruyi segera di rawat, tapi tubuhnya bereaksi dengan panas. Tabib yang di undang oleh ayah Ruyi memeriksa Ruyi dan mendiaknosa jika panas Ruyi adalah karena luka - luka yang ada di kakinya. Tapi hal itu wajar, karena itu memang efeknya, makanya tabib itu juga meresepkan obat penurun panas untuk Ruyi. Leon, ayah Ruyi, duduk di kursi di samping tempat tidur Ruyi. Dia menjaga putrinya yang tengah sakit. Sedikit menyesal kenapa dia tadi mengijinkan Ruyi untuk keluar. Kemarin Ruyi berkata bahwa dia ingin mengunjungi makam ibunya sehari setelah tahun baru, makanya Leon, ayah Ruyi mengijinkan Ruyi pergi untuk melakukan doa di makam ibunya. Tapi kelalaiannya adalah dia tidak menyiapkan cukup pengawal untuk menemani dan melindungi Ruyi. "Siapa Luhan ?" tanya Leon kepada Nina, pelayan Ruyi. Leon cukup terkejut kenapa Ruyi sampai mengigau menyebut

  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 9

    Bulu mata Ruyi bergerak perlahan. Mata yang terpejam perlahan - lahan terbuka dengan lebar. Di hadapannya dia melihat hutan yang sangat lebat. Dia mulai mengingat apa yang terjadi padanya. Dan dia tersadar, bahwa ada sesosok laki - laki penyelamatnya di sampingnya. Dia tersenyum canggung. Dia sangat malu, karena tertidur begitu saja dan bahkan membiarkan orang yang menolongnya menjaganya. "Maafkan saya karena tertidur begitu saja Tuan Luhan, "sambil memasang wajah memelas Ruyi berbicara pada Luhan. "Tidak apa - apa, aku tau kau lelah," jawab Luhan sekenanya. "Kalau kau sudah bangun, ayo kita cari rombonganmu, berpeganganlah padaku.!!" Dengan posisi berjongkok,

  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 8

    Luhan berjalan sambil menoleh untuk mendapatkan tempat yang aman dan nyaman. Di sebelah kirinya, dia menemukan sebuah pohon besar yang di lengkungan di bagian bawahnya. Dia berjalan mendekat di ke pohon itu dan meletakkan wanita di gendongannya dengan hati - hati. "Duduklah dengan nyaman, aku akan mencari air untuk membersihkan lukamu, " kata Luhan. Saat Luhan akan berdiri, wanita itu memegang ujung baju Luhan, "aku takut nanti kalau ada babi hutan lagi bagaimana?" ucap wanita itu dengan mata memelas. "Tenang saja, kau aman di sini, lagi pula aku hanya sebentar," Luhan berusaha menenangkan wanita itu. Luhan tau, jelas wanita itu masih ketakutan karena di kejar oleh babi hutan. Tanpa di sadari oleh wanita itu, Luhan membuat penghalang untuk melindungi wanita itu selama dia mencari air. Itu adalah penghalang dewa, hanya para Dewa dan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status