Luhan berjalan sambil menoleh untuk mendapatkan tempat yang aman dan nyaman.
Di sebelah kirinya, dia menemukan sebuah pohon besar yang di lengkungan di bagian bawahnya. Dia berjalan mendekat di ke pohon itu dan meletakkan wanita di gendongannya dengan hati - hati. "Duduklah dengan nyaman, aku akan mencari air untuk membersihkan lukamu, " kata Luhan. Saat Luhan akan berdiri, wanita itu memegang ujung baju Luhan, "aku takut nanti kalau ada babi hutan lagi bagaimana?" ucap wanita itu dengan mata memelas. "Tenang saja, kau aman di sini, lagi pula aku hanya sebentar," Luhan berusaha menenangkan wanita itu. Luhan tau, jelas wanita itu masih ketakutan karena di kejar oleh babi hutan. Tanpa di sadari oleh wanita itu, Luhan membuat penghalang untuk melindungi wanita itu selama dia mencari air. Itu adalah penghalang dewa, hanya para Dewa dan Dewi yang bisa melihat penghalang itu. Wanita itu memandangi Luhan yang mulai menjauh dengan cemas. Dia cemas jika ada bahaya lagi yang akan menimpanya. ........ Tak cukup sulit bagi Luhan mencari air, dengan kekuatannya dia bisa mendapatkan air dengan mudah. Tapi dia tidak langsung menuju ke tempat wanita itu, melainkan mengawasi dari balik pohon. Akan sangat aneh di mata wanita itu jika Luhan bisa dengan cepat mendapatkan air. Dirasa sudah cukup, Luhan keluar dari balik pohon dan berjalan menuju wanita itu. Wanita itu terlihat waspada, tapi saat melihat Lohan yang datang dia menjadi sangat bersyukur. Lohan meletakkan air di depannya dan berniat akan membersihkan luka di kaki wanita itu. "Tuan jangan.. !!! aku bisa melakukannya sendiri. Akan sangat tidak sopan jika anda yang membersihkannya, sedangkan anda sudah menyelamatkan nyawaku... " ucap wanita itu menolak Luhan yang akan membersihkan kakinya. "Istirahatlah dan jangan banyak bergerak..!!! Luhan mengeluarkan tatapan intimidasinya. Dengan berat wanita itu menyimpan tangannya kembali. Luhan dengan sangat telaten membersihkan luka di kaki wanita itu. Luhan juga menyobek sebagaian bajunya untuk di jadikan penutup luka itu. Awalnya wanita itu menolak, tapi tatapan intimidasi Luhan sangat dominan dan menyebabkan dia mengalah. Setelah semuanya selesai Luhan duduk bersandar di samping wanita itu. Dia mulai bertanya, "Bagaimana kau bisa sampai ke sini ? Dan ada urusan apa wanita sepertimu di tengah hutan sendiri ?" "Aku dalam perjalanan untuk berdoa di makam ibuku, tapi tiba - tiba dalam perjalanan segerombolan babi hutan menyerang aku dan rombonganku. Aku berlari menghindar dan tanpa sadar terbawa masuk ke dalam hutan dan terpisah dari rombonganku, " dengan tatapan sendunya wanita itu mulai bercerita. "Maafkan kelancangan saya tuan, saya benar - benar tidak tau tata krama. Seharusnya saya memperkenalkan diri, nama saya Ruyi, Ruyi Arlong, dan kalo saya boleh tau nama Tuan siapa ?" Luhan menatapnya. "Luhan," dengan sangat singkat Luhan menjawab pertanyaan wanita yang bernama Ruyi. Ruyi membeku, 'nama yang singkat.' "Tuan Luhan, terima kasih banyak atas pertolongan anda, aku tidak akan melupakan bahwa anda pernah menyelamatkan nyawaku," ucap Ruyi. "Kita istirahat dulu, nanti aku akan mengantarmu mencari rombonganmu," ucap Luhan kemudian. Luhan sebenarnya hanya mencari alasan, dia tau wanita di sebelahnya sangat lelah, jadi dia memutuskan untuk beristirahat. Dalam benaknya Luhan berkata, ' Ruyi...... akhirnya aku mengetahui namanya..... ' Luhan berjaga di samping Ruyi yang sudah tertidur karena sangat kelelahan berlari. Tanpa di sadari, Luhan memperhatikan penampilan Ruyi. Dia mulai melihat wajah putih Ruyi, rona merah di pipi serta bibir merah mungil Ruyi. Luhan seakan di buat lupa dan terhipnotis akan segala hal saat memandang wajah Ruyi.Di atas singgasananya. Raja Iblis mengernyit. "Cecar sudah mati? Bagaimana pasukan kita? " "Yang Mulia, pasukan berhasil saya amankan, tuan Cecar sudah memberikan waktu pada kami untuk mundur dan bersembunyi," lapor bawahan Cecar. "Untung saja cukup lama tuan Cecar memberikan waktu, kalo tidak, mungkin kami tidak akan bisa hidup." "Alfa, Delta, kalian gantikan posisi Cecar untuk sementara memegang kendali atas pasukan baru," perintah Raja Iblis. Bawahan Cecar merasa agak kurang adil, selama ini biasanya dialah yang memegang kendali saat tuan Cecar tidak ada. Kenapa setelah Tuan Cecar meninggal, pemimpin pasukan malah di serahkan pada Alfa dan Delta. Sungguh tidak adil. Tapi dia hanya bisa membatin hal itu, karena kalau sampai berani menyinggung Raja Iblis, maka sudah di pastikan tidak akan bisa hidup ataupun mati dengan tenang. "Sayang sekali, mesti Cecar seorang pemarah dan mempunyai emosi yang gampang meledak, dia adalah bawahan yang sangat kompeten." "
Di tempat lain. Gunung Birlam. Angin yang tidak terlalu kencang, menggoyang - goyangkan helaian rambut yang tidak terikat milik pria itu. Dia berdiri di atas pohon dengan tatapan tajam seperti mata elang. Dia menatap jauh di ujung sana, seakan sudah menemukan mangsa yang hendak di tangkapnya. Dengan aura dingin, dia memerhatikan keadaan jauh dengan pandangan menusuk. Cukup lama dia mengawasi sesuatu di ujung sana dengan sabar. "Baiklah... cukup bagus kalian bersembunyi," dengan menaikkan sedikit sudut bibirnya, dia mengguyingkan senyum mengejek. Dia mulai bergerak. Secepat kilat dia berpindah sampai tidak ada yang menyadarinya. Di depannya ada sekitar sepuluh ribu prajurit ras iblis yang sedang berlatih bertempur. J
"Luhan.......... " "Luhan....... " Dalam tidurnya, Ruyi mengigau nama Luhan di tengah sakit panasnya. Saat sampai di rumah, kaki Ruyi segera di rawat, tapi tubuhnya bereaksi dengan panas. Tabib yang di undang oleh ayah Ruyi memeriksa Ruyi dan mendiaknosa jika panas Ruyi adalah karena luka - luka yang ada di kakinya. Tapi hal itu wajar, karena itu memang efeknya, makanya tabib itu juga meresepkan obat penurun panas untuk Ruyi. Leon, ayah Ruyi, duduk di kursi di samping tempat tidur Ruyi. Dia menjaga putrinya yang tengah sakit. Sedikit menyesal kenapa dia tadi mengijinkan Ruyi untuk keluar. Kemarin Ruyi berkata bahwa dia ingin mengunjungi makam ibunya sehari setelah tahun baru, makanya Leon, ayah Ruyi mengijinkan Ruyi pergi untuk melakukan doa di makam ibunya. Tapi kelalaiannya adalah dia tidak menyiapkan cukup pengawal untuk menemani dan melindungi Ruyi. "Siapa Luhan ?" tanya Leon kepada Nina, pelayan Ruyi. Leon cukup terkejut kenapa Ruyi sampai mengigau menyebut
Bulu mata Ruyi bergerak perlahan. Mata yang terpejam perlahan - lahan terbuka dengan lebar. Di hadapannya dia melihat hutan yang sangat lebat. Dia mulai mengingat apa yang terjadi padanya. Dan dia tersadar, bahwa ada sesosok laki - laki penyelamatnya di sampingnya. Dia tersenyum canggung. Dia sangat malu, karena tertidur begitu saja dan bahkan membiarkan orang yang menolongnya menjaganya. "Maafkan saya karena tertidur begitu saja Tuan Luhan, "sambil memasang wajah memelas Ruyi berbicara pada Luhan. "Tidak apa - apa, aku tau kau lelah," jawab Luhan sekenanya. "Kalau kau sudah bangun, ayo kita cari rombonganmu, berpeganganlah padaku.!!" Dengan posisi berjongkok,
Luhan berjalan sambil menoleh untuk mendapatkan tempat yang aman dan nyaman. Di sebelah kirinya, dia menemukan sebuah pohon besar yang di lengkungan di bagian bawahnya. Dia berjalan mendekat di ke pohon itu dan meletakkan wanita di gendongannya dengan hati - hati. "Duduklah dengan nyaman, aku akan mencari air untuk membersihkan lukamu, " kata Luhan. Saat Luhan akan berdiri, wanita itu memegang ujung baju Luhan, "aku takut nanti kalau ada babi hutan lagi bagaimana?" ucap wanita itu dengan mata memelas. "Tenang saja, kau aman di sini, lagi pula aku hanya sebentar," Luhan berusaha menenangkan wanita itu. Luhan tau, jelas wanita itu masih ketakutan karena di kejar oleh babi hutan. Tanpa di sadari oleh wanita itu, Luhan membuat penghalang untuk melindungi wanita itu selama dia mencari air. Itu adalah penghalang dewa, hanya para Dewa dan
Di atas Gunung Sigra. Gunung sunyi dengan pepohonan lebat yang belum terjamah manusia. Setelah Luhan turun dari langit, dia memilih Gunung Sigra sebagai tempat tinggal sementaranya di dunia. Di atas Gunung Sigra terdapat hulu sungai Yangze. Dia melihat aliran sungai, Dia akan merasa selalu dekat dengan Meya jika berada di dekat hulu sungai Yanze. Dan karena hal itulah dia memilih tempat ini. Dia mulai membangun sebuah pondok kecil dengan kekuatan internalnya, sebagai tempat istirahatnya. Hari ini sudah malam, di atas Gunung Sigra, Luhan dapat melihat ribuan Bintang yang tersebar menghiasi langit malam yang pekat. Suara - suara binatang saling sahut - menyahut, akan tetapi Luhan tidak menghiraukan hal itu. Jikalau dia di serang binatang, dia hanya cukup mengeluarkan aura kepemimpinannya maka bin