Share

4

last update Last Updated: 2022-04-19 17:22:06

Dasar anak sekarang! Akupun terpaksa menunjukkan kekuatan superku. Dari dalam dadaku, muncul keris gaib yang bersinar terang. Orang-orang menutup mata karena silau. 

"Keris sakti api!" ujarku memamerkan kekuatan panas dari keris dan tubuhku. 

Lalu kekuatan air yang menimbulkan hawa dingin dan kekuatan angin. Kukurangi kadar kekuatannya agar tak membahayakan orang-orang atau gedung ini. 

Segera kumasukkan lagi kekuatan sakti ke dalam tubuhku setelah semua terpana. 

"Kereenn!" seru anak-anak bertepuk tangan. 

Gadis kecil tadi memberiku dua jempol tangan, "Top! Hebat!"

Ibunya tersenyum manis dan turut bertepuk tangan. 

Tiba-tiba terdengar jeritan seorang wanita dari luar. 

"Lihat, ada orang butuh pertolongan!" seru salah seorang melongok ke luar jendela. 

Kulihat ponsel, tak ada pesanan di aplikasi. 

"Dia butuh pertolongan!" seru yang lain. 

Kulongok dari jendela. Di bawah, di lorong sepi, seorang wanita dikejar beberapa pria. 

"Tolonglah dia, Keris Man!" pinta bapak gendut yang memesanku, "Terimakasih sudah mau menghibur anakku!"

Akupun segera keluar kamar dan menuju ke bawah. 

"Akan kuberi bintang lima!" seru bapak itu, "Kau superhero idolaku! Uangnya akan kutransfer! Nanti minta rekening pribadimu!"

Aku berlari menuruni tangga darurat. Cukup repot memang jadi superhero yang tak bisa terbang atau berlari cepat. 

Dan akupun terengah-engah ketika sampai di lorong tempat wanita itu dikejar-kejar. Ia sudah terpojok di gang buntu. 

Beberapa pria garang yang mengejarnya tersenyum melihatku datang. "Wah, ada yang panggil superhero!"

"Siapa yang panggil?" tanya salah seorang dari mereka, "Kau?!" alihnya pada wanita itu. 

"Tidak, aku tidak punya aplikasi superhero!" jawabnya ketakutan. 

"Lalu siapa yang panggil?!"

Teman-temannya menggelengkan kepala nyengir. 

"Lihat, tidak ada yang memanggilmu, Keris Man!" ujarnya lagi, "Kau tidak dibutuhkan di sini. Pergi sana!"

"Bentar," jawabku ngos-ngosan, "jangan ngomong dulu. Aku capek turun tangga!"

Mereka berempat tertawa mengejek. 

"Tolong, tolong aku!" seru wanita yang terpojok, "Mereka mau memperkosa dan membunuhku!"

"Ah, kami cuma menagih hutang!" jawab si pengejar, "Dia hutang satu milyar pada kami. Tapi tak mau bayar! Belum lagi bunganya!"

"Ayahku yang berhutang!" jawab wanita itu, "Dan dia sudah meninggal. Aku tak tahu menahu tentang hutang itu!"

"Yah, hutang ayah harus dibayar ahli warisnya! Kalau tak mau bayar, terpaksa kami bunuh!"

"Katanya tadi mau perkosa aku?!"

"Itu bonus. Diamlah! Jangan cerewet kau!"

"Kalian kurang ajar!" gerutuku setelah nafasku agak normal, "Menagih hutang seenaknya, pakai ancaman. Itu melanggar hukum!"

"Lalu apakah tak membayar hutang tidak melanggar hukum?!" balas mereka. 

"Kalian bisa melaporkannya ke polisi!" jawabku. 

"Tapi yang berhutang sudah mati, bunuh diri! Siapa yang harus kami laporkan?!"

"Lagipula apa untungnya lapor polisi?!" sahut temannya, "Yang dilaporkan mungkin akan dipenjara, dan kami tetap tak mendapatkan uang kami!"

"Yang berhutang sudah mati," balasku, "kenapa kalian kejar-kejar dia?!"

"Istrinya juga sudah mati! Tinggal dia satu-satunya ahli waris! Dia harus bayar!"

"Tapi aku tak punya uang sebanyak itu!" balas si wanita, "Aku sendiri pengangguran!"

"Tuh kan, dia tak punya uang!" belaku. 

"Lalu bagaimana dengan piutang kami? Apa kami harus kehilangan satu milyar begitu saja? Dimana hati nuranimu? Kami bisa merugi sebagai rentenir!"

"Yah, betul!" sahut pria yang lain, "Dimana hati nuranimu sebagai superhero?!"

"Tapi kan bisa diselesaikan baik-baik," jawabku, "Jangan pakai ancaman dan kekerasan! Kalau kalian perkosa dan bunuh dia, uang kalian juga takkan kembali!"

"Setidaknya bisa memberi efek jera pada penghutang yang lain. Jika tak mau bayar hutang pada kami, akibatnya berbahaya!"

"Lagipula kami bisa jual dia sebagai pelacur setelah kami perkosa!" imbuh penagih yang lain, "Bisa untung banyak dengan wajah cantik dan tubuh indah itu!"

"Yah, kenapa kau tak jual diri saja untuk melunasi hutang?!" seloroh yang lain lagi melecehkan wanita itu. 

"Kalau tingkah kalian seperti itu bukankah membuat orang malah jadi takut pinjam uang pada kalian?!" cecarku, "Membawa nama buruk perusahaan kalian!"

"Hahaha, kau ini superhero atau motivator?! Superhero datang untuk menghajar, bukan berceramah! Ayo, kalau berani, lawan kami berempat!" 

"Yah, untuk apa kita ngomong banyak-banyak?" dukung yang lain, "Kita hajar saja Keris Man ini. Lalu kita dapatkan perempuan itu!"

"Yeah, hajar!"

Mereka berempat maju menyerangku. Kutangkis serangan mereka dan kuhajar dengan tendangan dan pukulan. 

Dua terhempas. Dua lagi menyerang dengan pisau lipat. Kuhajar dengan mudah. Bukan lawan yang sulit. Hanya para debt collector. 

Keempatnya terkapar dan mengaduh di lantai. Seorang tampak pingsan. Tak perlu kukeluarkan kekuatan keris sakti untuk menghadapi cecunguk-cecunguk macam ini. 

"Kau tak apa-apa?" tanyaku menghampiri perempuan yang ketakutan itu. 

"Terimakasih!" serunya memelukku. 

"Ayo, pergi!"

Kuajak dia mengobrol di atap apartemen bertingkat itu agar tampak romantis seperti di film-film atau komik superhero. Kami naik lift ke sana.  

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku sok gagah agar ia terpesona. 

Perempuan itu sangat cantik. Ia berpakaian rapi seperti pegawai kantoran atau bank. Namanya Selly. Berusia dua puluh satu tahun. 

"Ayahku dulu meminjam uang pada rentenir untuk membuka usaha," jawabnya, "Satu milyar. Namun usaha ayahku bangkrut dan tak mampu mengembalikan uang itu. Ia akhirnya bunuh diri. Ibuku sangat bersedih. Apalagi penagih hutang selalu datang. Ia lalu sakit-sakitan dan turut meninggal dunia."

Pemandangan kota terlihat sangat indah, namun dengan cerita Selly, terasa jadi sendu. 

"Aku adalah anak tunggal," sambungnya, "Dan awalnya tak tahu menahu tentang hutang itu. Kucoba untuk mencari pekerjaan karena aku belum lama lulus kuliah. Namun mereka terus menagih hutang dan memberiku ancaman. Aku takut kalau mereka mendatangiku lagi. Tolong aku, Keris Man!"

"Di mana rumahmu?"

"Eh?"

"Akan kupastikan mereka tak akan menyakitimu."

"Maksudnya?"

"Aku akan selalu menjagamu!"

"Tapi kau kan superhero. Bagaimana mungkin akan menjagaku? Kau dibutuhkan banyak orang. Aku tak mampu membayarmu sebagai pengawal pribadi!"

"Sudah jadi tugas superhero untuk menolong orang!"

"Tidak, tidak. Ini terlalu merepotkan. Aku bisa lapor polisi saja."

"Apa kau pikir mereka mau menjaga rumahmu dua puluh empat jam? Kau bukan selebriti atau politikus!"

Selly terdiam beberapa saat. Ia terlihat sangat cantik dalam kegundahannya. 

"Ah, kau mau menjagaku?" tanyanya meneteskan air mata. 

"Akan kuusahakan!"

Akupun menginap di rumah Selly pada malam harinya. Ternyata rumahnya cukup mewah. 

"Berbagai perabot sudah kujual untuk hidup dan biaya berobat ibu," jelasnya sambil mengajakku berkeliling rumah, "Aku bahkan tak punya televisi."

Kuamati seisi rumah untuk mengetahui seluk-beluk jika menghadapi bahaya. Kupahami letak pintu-pintu, jendela dan tempat perlindungan yang aman. 

Malam menjelang, dan aku tidur di sofa. Salah-satu perabot yang masih tersisa. Selly tidur di kamarnya. 

Entah jam berapa, ia mendatangiku dan duduk di sofa yang kutiduri. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KERIS MAN   128

    Dengan terhempasnya para tukang parkir dan satpam, para perusuh itu semakin leluasa melamcarkan aksi mereka. Tak ada yang bisa menghentikan mereka. Serangan mereka terus meraja-lela. Gedung-gedung lain jadi sasaran. Terutama pusat-pusat bisnis di sekitarnya. Para pembeli berhamburan. Beberapa yang sok jago berusaha melawan. Barangkali mereka telah mempelajari ilmu bela diri. Mereka maju dibantu oleh beberapa pegawai toko atau kantor dan satpam. Dengan peralatan satpam sederhana, juga beberapa senjata yang ada, seperti kayu atau helm, mereka berusaha menyerang. Lagi-lagi dengan mudah mereka dikalahkan. Kayu-kayu tak mampu melukai gerombolan Kerbau Merah itu. Dengan mudah patah atau hancur. Dan tak butuh usaha keras, mereka dikalahkan dan terhempas kesana-kemari. Bahkan terluka parah atau pingsan. Semakin banyak orang yang nekat dan berani untuk melawan. Mereka maju dengan menggunakan senjata yang ada. Bahkan sebagian melemparkan apa saja yang mampu melukai musuh. Dengan

  • KERIS MAN   127

    Penjahat makin garang. Mereka menyerang dan mengobrak-abrik kawasan perbelanjaan dan sekitarnya. Orang-orang makin ketakutan dan berlarian. Para polisi kewalahan dan terpuruk. Tak ada yang bisa menghentikan mereka. Sebagian orang nekat melawan, namun mereka dihajar dan terhempas tak berdaya. Yang lain pun kian ketakutan dan berlarian. Panggilan permintaan superhero datang dari aplikasi. Tertera pada layar monitor di ruang kontrol. "Banyak sekali panggilan!" terang salah seorang staf yang mengawasi. Dina hanya bisa menghela nafas. Begitu juga denganku dan bos. "Ada peristiwa lain," ujar pegawai menunjukkan layar pada bagian lain perkotaan. "Itu kantor polisi?!" tanya Dina. "Yah," jawab staf. Terlihat di layar, para perusuh lain menyerang kantor polisi. Para aparat yang berjaga berusaha menghalau merek. Namun berhasil dikalahkan dan terlempar jauh. Pasukan yang berjaga pun menembaki para perusuh itu. Namun hujan peluru tak mampu menembus tubuh mereka. Yah, mereka be

  • KERIS MAN   126

    Monitor kami terhadap kelompok Kerbau Merah belum juga membuahkan hasil. Beberapa layar petunjuk belum bisa mencari keberadaan mereka ataupun teman-teman yang diculik. Tiba-tiba salah seorang staf berkata, "Apakah mereka kelompok Kerbau Merah?!" Kami lihat di layar. Hal mengejutkan terjadi. Terjadi penyerangan ke sebuah pusat perbelanjaan. Beberapa orang berpakaian serba hitam pelakunya. Mata mereka merah menyala. "Itu mereka!" kesahku. "Kenapa mereka menyerang pusat perbelanjaan?!" gumam Dina, "Hendak merampok?" "Aku harus menghadapi mereka!" kataku geram. "Jangan Kris!" cegah Dina, "Terlalu berbahaya!" "Dari mereka bisa kucari tahu dimana teman-teman!" kukuhku. "Kamu satu-satunya superhero yang tersisa!" jawab Dina, "Mungkin ini untuk memancingmu ke sana!" Aku menghela nafas dalam. "Lalu kita harus diam saja?" kesahku. "Sepertinya polisi berdatangan!" ungkap salah seorang staf. Kami lihat di layar. Beberapa mobil polisi memang terlihat berdatangan ke lokasi.

  • KERIS MAN   125

    Kami pun beristirahat malam itu. Kumasuki kamar tanpa Tirtasari. Hanya ada dua istri, si kembar Chantrea dan Chanthou. Anginia dan Cahayani yang kemarin turut masuk ke kamar pun juga menghilang. Huf, perasaan galau menyesaki dada ini. Bagaimana keadaan para kekasihku itu?! Juga para sahabatku?! Semoga mereka baik-baik saja! Kelompok Kerbau Merah ini memang kian misterius dan susah ditebak! Bagaimana mereka bisa mengalahkan dan menculik teman-teman?! Segala usahaku sia-sia. Program dalam laptop itu juga membingungkanku. Kenapa target mereka berubah-ubah?! Dan selalu beraksi di saat aku tak berada di lokasi! Chantrea dan Chanthou menangkap kegelisahanku di tempat tidur. Mereka memeluk dan membelaiku mesra. "Jangan khawatir," hibur Chantrea mengusap kepala dan menciumi pipiku, "Kita pasti bisa melewati semua ini." "Yah," dukung Chanthou di sisi lainku, "Kami percaya padamu! Kita pasti bisa mengalahkan mereka!" Aku tersenyum dan membelai keduanya, "Semoga saja!" balasku

  • KERIS MAN   124

    Kutelusuri terus jalanan yang mungkin dilalui para penculik itu. Entah jalan yang benar atau bukan. "Masih belum ada petunjuk?" tanyaku pada Dina di kantor. "Belum Kris," jawab sekertaris itu, "kami masih mencoba!" Sial! Kucoba untuk menelusuri dan menghubungi Tirtasari serta High Quality Man. Namun hasil tetap nihil. Hingga akhirnya Dina menghubungiku, "Terlihat dari sebuah kamera cctv Kris! Mereka ke arah timur. Lewat jalan alternatif keluar kota." "Oke!" balasku. "Sempat terlihat di sana!" imbuhnya. "Baiklah! Aku akan ke sana!" Kupacu Motokris untuk menuju arah itu. Sedikit mencari jalan untuk memotong dan mengarah ke sana. Akhirnya setelah melewati beberapa lintasan, aku dapat menuju lajur yang dimaksud. Namun kemana tujuan mereka sebenarnya belum diketahui! "Ada petunjuk lagi?!" tanyaku pada Dina. "Belum Kris! Hanya terlihat melewati jalan itu. Kemungkinan ke arah luar kota!" "Komandan bilang akan mengerahkan polisi menyisir daerah itu," sambungnya. "Ba

  • KERIS MAN   123

    "Ada apa?" tanya Anginia dan Cahayani. "Kantor diserang!" jawabku cemas. "Astaga, kita harus bagaimana?" balas Anginia. "Kita harus ke sana!" sahut Cahayani, "Hadapi penyerangnya!" "Jangan," cegahku, "Terlalu berbahaya! Sebaiknya kalian di sini! Aku yang akan ke sana!" "Kami akan membantumu, Kris!" jawab Cahayani. "Terlalu beresiko! Kalian masuk ke dalam daftar!" Mereka berdua menghela nafas bingung. "Berhati-hati dan tetap bersiaga!" pintaku, "Aku yang akan ke sana!" "Baiklah, Kris!" jawab Anginia. "Hubungi aku jika terjadi sesuatu!" perintahku. "Baiklah!" jawab Anginia dan Cahayani. Aku pun segera memacu Motokris. Meluncur menuju ke kantor. "Bagaimana situasi di situ?" tanyaku pada Tirtasari lewat alat komunikasi. "Mereka datang!" jawabnya dengan nada tempur. "Siapa mereka?!" "Sepertinya orang-orang Kerbau Merah! Memakai pakaian serba hitam!" "Bertahanlah! Aku meluncur ke sana!" "Oke, Kris! Mereka datang! Kami hadapi!" Terdengar suara pertarunga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status