Share

Bab 34

Author: Mutiara Sukma
last update Last Updated: 2025-01-24 16:42:54

Rasa lapar langsung menguap begitu saja. Aku bergegas menghampiri Mas Fatan dengan badan rasanya panas dingin. Bik asih yang tadi membereskan dapur juga ikut mendekat. Wajahnya sumringah. Jelas beda dengan wajahku yang mungkin sudah pucat pasi saat ini, tapi berusaha aku sembunyikan.

"Gimana, Om? Dek Ammar sudah ditemukan?" Tanya Alif yang sedari tadi juga menyimak Om nya menerima telepon. Kemungkinan dari Tari.

"Belum, tapi polisi sudah menemukan tempat persembunyian penculik itu."

"Be-bener Mas, Ammar di culik?" Tanyaku gugup. Mas Fatan langsung menoleh.

"Iya! Pencu-liknya bersembunyi tak jauh dari rumah ibumu. Apa jangan jangan ada hubungannya?" Mata itu menatapku penuh selidik.

"Ga ... Ga mungkin lah, Mas. Masa mama saya mencu-lik cucunya sendiri." Sanggahku meski agak terbata-bata.

Tak lama Elzio datang ditangannya ada bungkusan dengan merek sebuah restoran yang terkenal enak masakannya. Tentu saja restoran milik Tari.

"Kita makan makan dulu. Eh, Bik Asih, bibik kan baru sampai
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 35

    "Mas, polisi mengetahui keberadaan aku dan anakmu. Aku telah di dalam kereta, tak tau harus kemana.""Ammar gimana? Dia aman?" Bisikku."Tenang, dia aman. Mamamu juga aman. Aku hanya butuh uang lebih banyak lagi, Mas. Kamu harus segera kirim." Suaranya terdengar cemas."Oke oke. Aku akan segera menjual perhiasan yang tersisa ini nanti aku akan transfer u4ng nya."Aku tak punya pilihan lagi. Kalung dan beberapa perhiasan Tari yang kuambil dilemari satu satunya harapan. Tanpa kata aku menuju pasar menjual kalung itu dan segera mengirimkan hasil penjualannya pada Rani.Lumayan kalung dan beberapa cincin milik Tari itu laku 20juta. Semua aku kirim pada Rani. Aku yakin dia bisa menyelesaikan semuanya.Malam menjelang, aku gelisah karena Rani belum juga mengabarkan dimana posisinya saat ini. Ponsel mama pun tak aktif. Aku mencoba menanyakan kabar Tari, tapi tak dijawab.Paginya, kakinya terasa tak menapak. Badan limbung begitu membaca pesan dari Tari.[Mamamu ditemukan dalam keadaan terikat

    Last Updated : 2025-01-24
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 36

    "Mama masih belum sadarkan diri, Mas. Tapi, kata dokter beliau sudah melewati masa kritis." Aku menutup mulut lalu mengusap wajahku gusar. "Mama banyak kehilangan darah akibat luka tu-suk di perutnya, untung saja tidak mengenai organ vital, jadi masih bisa diselamatkan. Kamu yang sabar ya, Mas." Tangis ku kini pecah. Kenapa bisa begini? Kejadian seperti ini sama sekali tak ada dalam rencana."Ammar juga dirawat disini. Keadaannya sudah membaik. Tapi, belum bisa diajak bicara." Lanjutnya.Astaghfirullah, aku baru ingat dengan anakku sendiri."Dimana Ammar, Dek? Apa dia luka luka juga?" Tanyaku panik.Tari terisak. "Di kepala nya ada memar, Mas. Sepertinya sengaja dihant-am sesuatu." "Astaga ... Siapa yang tega melakukan ini?" Lirihku. Meski aku sangat yakin pelakunya adalah Rani, perempuan yang kunikahi karena kebo-dohanku."Polisi sedang menyelidiki. Kita tunggu saja. Ada kemungkinan orang terdekat," ujarnya. Aku langsung menatap Tari yang ternyata juga sedang menatapku lekat."Apa

    Last Updated : 2025-01-25
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 37

    [Mas, ini aku Rani.] Darahku seketika mendidih membaca pesan itu. Gigi gemeratak menahan emosi. Tanpa menjawab pesan itu aku langsung melakukan itu panggilan."Kamu dimana? Kamu harus bertanggungjawab, Rani!" Bisikku penuh penekanan. Aku bangkit menjauh sedikit dari tempat itu."Aku terpaksa. Gimana Mamamu udah sembuh kan?" "Heh! Segampang itu kamu bilang terpaksa? Mama sampai saat ini belum sadarkan diri! Kamu apakan mamaku? Ammar juga masih koma!" Hardikku."Apa? Ga mungkin aku ga benar benar ingin mencelakakan ibumu, Mas! Itu kecelakaan!" Pekiknya membuatku sedikit menjauhkan ponsel dari telinga."Apapun alasan kamu! Kamu harus bertanggungjawab, Ran! Aku akan melaporkan kamu ke polisi. Dan aku akan segera mengurus surat cerai kita!"Rani tertawa terbahak-bahak. "Kau lupa siapa dalang dari kejadian ini, Mas?dan kamu lupa jika Ammar akan menceritakan siapa yang pertama mengajaknya pergi dari rumah istrimu yang bo-doh itu!" Ujarnya lalu kembali tertawa lebar.Aku menghela napas panj

    Last Updated : 2025-01-25
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 38

    Dengan napas memburu aku segera mengemasi barang-barang. Satu satunya yang ada dalam benakku adalah segera bertemu Ammar. Kondisinya kritis. Ammar tiba-tiba kejang. Begitu kata Tari. Hatiku mulai dilanda cemas yang berlebihan. Jangan sampai sesuatu yang buruk menimpa Ammar. Walau jika dia sadar akan mengungkapkan kebenaran yang pasti akan menyeretku dalam jeruji besi. Tak apa aku ikhlas asal anakku selamat.Jam sudah menunjukkan angka lima sore. Aku sampai di rumah sakit. Sengaja sedikit mengulur waktu agar Tari tak curiga."Gimana Ammar, Dek?" Tanyaku begitu melihat tari yang sedang duduk dengan kedua tangan menutup wajahnya. "Ada pendarahan di dalam otaknya, Mas. Dokter sedang mengusahakan penyelamatannya." Lirih Tari yang telah mengangkat wajahnya yang penuh air mata. Aku segera meraih tubuh itu dalam dekapan. Hatiku terasa teriris mendengarnya."Semua akan baik-baik saja, sayang. Mas yakin Ammar akan sembuh." Tangis tari justru makin kencang membuatku tak sanggup menahan air mata

    Last Updated : 2025-01-25
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 39

    Dadaku berdebar kencang. Sungguh rencana yang kubuat tak seperti ini. Rani benar benar keterlaluan. Sejam kemudian aku sampai. Kakiku seakan terpaku ke bumi. Sebulan lebih rumah ini ditinggalkan Mama. Aku pikir semua akan baik-baik saja. Tapi, rupanya apa yang ditakutkan Mama terjadi juga.Aku memasuki halaman dengan mata tetap menatap sepasang lansia yang tengah duduk di kursi teras rumah itu. Mereka juga tampak terkejut. Salah satu dari mereka bangkit dan berjalan ke arahku."Nyari siapa, Nak?" Tanyanya ramah. Aku masih terdiam."Kalian siapa?" Tanyaku akhirnya. Perempuan tua itu justru terlihat bingung menoleh ke arah suaminya. "Kamu yang siapa? Masuk ke rumah saya tanpa permisi," timpalnya."Bu, ini rumah ibu saya. Kenapa ada kalian disini?" "Rumah ibumu?" Ulangnya. Aku mengangguk cepat."Saya sudah membeli pada seorang perempuan muda. Katanya ini rumah warisan Ibunya."Astaga. Pasti perempuan itu Rani."Bukan, Bu. Itu mantan istri saya. Dia mencuri sertifikat rumah Ibu saya saa

    Last Updated : 2025-01-25
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 40

    "Mama hanya merepotkan kamu ya, Ar. Mama akan menelpon Monika, semoga saja dia bisa membantu."Mama berjalan kembali ke ranjang berseprei putih itu. Meraih ponsel dan mengutak-atik sejenak."Nik, kamu dimana, Nak?""Ada apa, Ma? Mana uang kuliahku, Ma? Uang makan juga ga dikirim Mas Arsen. Aku gimana mau hidup disini!" Bentak nya membuat Mama tersentak. Seperti biasa anak itu hanya tau soal duit."Abangmu lagi kena musibah. Mama juga lagi dirawat di rumah sakit." Jelas mama. Aku hanya diam mendengar obrolan mereka yang terdengar jelas lewat speaker ponsel Mama."Ah, bohong! Bilang aja, Mas Arsen ga mau lagi mengirimkan uang kesini. Nomornya ga aktif terus." Mama langsung menoleh padaku. Aku diam saja. Memang aku sengaja mengganti nomor telepon agar tidak terus diganggu Monik dan diteror oleh Rani."Bener, Nik. Mama sedang dirawat. Ini Mama sudah diperbolehkan pulang. Tapi, butuh biaya 20 juta agar Mama bisa keluar." "Ha? 20juta? Mama becanda? Aku mana ada uang segitu?" Sentak Monik

    Last Updated : 2025-01-25
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 41

    Malamnya kami sampai di Jakarta. Mama menolak untuk pulang. Karena mau ke rumah Tari saja katanya. Dengan berat aku mengikuti kemauan Mama. Rumah besar milik ibunya Tari terlihat sepi. Mobil yang kami tumpangi sampai di halaman. Mama tampak tersenyum tapi tidak denganku. Hatiku was-was karena aku pernah mencuri perhiasan Tari dan tak mungkin tidak Tari tidak tau itu.Beberapa kali aku mengetuk pintu tapi tak ada jawaban. Mama terduduk di kursi teras. Kondisinya yang baru sembuh membuatnya cepat lelah. Tak lama pintu terbuka. Perempuan dengan daster batik itu menatapku lekat."Nyari siapa ya, Mas?" Tanyanya. "Tarinya ada?" Tanyaku.Perempuan itu mengerutkan kening. "Tari? Tari siapa ya, Mas?" Tanyanya lagi."Aleana Lestari Jingga, istri saya. Ibunya pemilik rumah ini," jelasku."Oh, Mbak Aleana. Orangnya udah pindah toh, Mas. Rumah ini sudah dibeli majikan saya. Tapi, Ibu dan Bapak lagi Ndak ada. Lagi ada acara diluar." Aku tersentak, mata membola, begitu juga dengan mama yang langsun

    Last Updated : 2025-01-25
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 42

    "Mari, Bu. Kami buru-buru. Makasih atas infonya." Aku segera menarik tubuh mama memasuki taksi sehingga memotong ucapannya.Taksi pun segera melaju. Tapi, aku meminta untuk pulang dulu ke rumah Mama. Istirahat disana. Malam kian larut. Jalanan juga mulai sepi. Kami sampai dihalaman rumah. Setelah membangunkan mama yang sempat tertidur aku pun turun."Wah, kurang ini, Mas!" Seru supir taksi saat aku memberikan selembar uang dua puluh ribuan ke tangannya."Saya ga punya uang lagi, Pak. Habis kemalingan." Sahutku sambil memapah mama keluar."Ga bisa gitu, dong! Bayar dulu yang bener! Argonya delapan puluh lima ribu bukan dua puluh ribu."Laki-laki itu menahan tanganku. "Pak, kami tak punya uang lagi. Saya baru keluar dari rumah sakit." Mama ikut memohon."Ga, bisa!""Pak, tolonglah. Kami beneran tak punya uang." Laki-laki paruh baya itu justru menatapku tajam. "Itu jam tangan anda, bisa sebagai pengganti ongkos malam ini." Dia kini beralih ke jam tanganku yang merupakan satu satunya ba

    Last Updated : 2025-01-25

Latest chapter

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 23

    “Apakah ayah mau menerima donor dari anak yang tak berguna seperti aku?" Deg.Nadhif terbelalak. Semua orang terhenyak. ---Mobil sewaan berhenti di depan pagar rumah besar yang dulu pernah menjadi ladang luka bagi Naira dan Wildan. Tak ada yang berubah. Pohon mangga di halaman depan masih berdiri kokoh, tapi Naira merasa seluruh rumah ini sudah menjadi tempat asing baginya.Wildan turun lebih dulu, membuka pintu belakang. Gio terlelap di kursi bayi. Naira memeluk anak itu, lalu memandangi rumah yang pernah ia tinggalkan.Wildan menatap istrinya. “Kamu siap?”Naira menarik napas. “Nggak juga. Tapi kita sudah sampai.”Pintu pagar terbuka. Alisa muncul dengan mata sembab.“Kak… akhirnya datang juga…” ucapnya pelan.Naira hanya mengangguk. Aleeya muncul dari balik pintu, menyusul dengan pelukan singkat yang terasa canggung. Rumah itu hening. Lalu dari dalam terdengar suara langkah tergesa.Tari berdiri di ambang pintu. Wajahnya pucat, mata sembab, dan tubuhnya lebih kurus dari terakhir

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 22

    Suasana rumah sakit pagi itu terasa lebih dingin dari biasanya. Di ruang tunggu yang dipenuhi aroma obat dan bunyi sepatu suster yang lalu-lalang, Nayla duduk memeluk tas kecilnya. Alif mondar-mandir di depan ruang dokter spesialis hematologi, dia tak mau Tari, ibunya kelelahan. Aleeya sibuk membuka-buka berkas pemeriksaan. Alisa duduk di pojok, menggenggam tangan papanya yang tampak kelelahan setelah menjalani pemeriksaan lengkap."Ayah perlu istirahat, ya?" tanya Alisa lirih.Nadhif mengangguk. "Ayah cuma… pusing sedikit. Nggak usah panik, ya."Tapi semua tahu itu bukan sekadar pusing. Wajahnya pucat, suara napasnya tersengal, dan sejak kemarin malam ia muntah dua kali tanpa sebab jelas. Bahkan air putih terasa getir di lidahnya.Tak lama, dokter keluar."Keluarga Bapak Nadhif?"Alif berdiri. Tari dan Nayla menyusul. Mereka masuk ke ruang konsultasi.Dokter muda itu membuka map tebal. “Saya akan sampaikan dengan jujur. Bapak Nadhif mengalami gangguan sumsum tulang yang menyebabkan s

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 21

    Nayla menatap ibu mertuanya itu. Lalu tiba-tiba berkata, “Kalau yang bunda butuh bukan kekuatan, tapi bahu buat bersandar… aku di sini,Bun.”Tangis Tari pecah. Dalam diam, rasa yang lama tercekat akhirnya menemukan jalan keluar.**Dan dari jauh… di kota kecil yang mulai mereka sebut rumah baru, Naira menatap langit malam sambil mendekap Gio yang mulai demam ringan lagi.Wildan memeluk dari belakang. “Kapan-kapan… kita pulang ya?”Naira tersenyum lirih. “Kalau Tuhan izinkan. Tapi sekarang, kita rawat luka kita dulu. Sampai semuanya kuat.”Dan di tengah ketidakpastian, mereka mulai belajar satu hal: keluarga bukan hanya soal bersama dalam tawa… tapi juga tetap tinggal di saat dunia hancur perlahan.—Tiga bulan setelah malam itu.Angin sore menyapu dedaunan di halaman rumah kecil di pinggir kota. Bukan kota besar, tapi cukup tenang. Udara bersih, suara motor jarang, dan langit masih menampakkan warna jingga saat senja tiba.Di teras rumah kecil itulah, Gio sedang bermain balok sambil s

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 20

    Dua bulan berlalu sejak Wildan berdiri di depan kontrakan dengan wajah kuyup dan tangan gemetar. Banyak hal telah berubah sejak malam itu.Naira memutuskan untuk memaafkan. Tidak dengan gegabah, tapi perlahan. Ia izinkan Wildan masuk lagi ke dalam hidupnya—bukan karena lelah, tapi karena Gio. Dan mungkin… karena hatinya pun masih menyimpan sisa cinta yang belum benar-benar mati.Wildan bekerja di toko bangunan setiap hari, katanya mau mandiri. Tak ingin berdiri dibalik bayang-bayang Sang Ayah yang seorang produser film. Gajinya tidak besar, tapi cukup untuk membayar kontrakan baru yang sedikit lebih layak, lebih terang, dan punya halaman kecil. Setiap pagi, ia membantu memandikan anaknya, memberi makan, dan membaca buku dongeng meski dengan suara sumbunya yang sering membuat Naira tertawa geli.Dan Tari? Dia membiarkan anaknya pergi. Tidak dengan marah, tidak dengan air mata, tapi dengan restu.Hari itu, mereka berkumpul di depan rumah Tari. Dua koper besar, satu tas gendong, dan Gio

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 19

    Alif menghela napas panjang. “Kita semua ikut keputusan itu, Sayang. Tapi kalau Naira sekarang makin keras kepala, ya mungkin karena selama ini kita terlalu nahan dia hidup sesuai versi kita.”Nayla menunduk. “Tapi Gio… aku cuma takut dia tumbuh tanpa stabilitas.”“Aku bisa urus pendidikan Gio kalau Naira masih belum siap. Tapi bunda juga harus bisa nerima kenyataan—Naira bukan anak kecil lagi.”Nayla menatap anak sulungnya, dan untuk pertama kalinya, dia merasa sangat tua. Sangat kalah oleh waktu.**Malam itu, Naira duduk sendirian di dapur. Gio sudah tidur. Winda belum pulang. Di depannya, secangkir teh yang sudah dingin.Ia membuka WhatsApp. Mengetik pesan untuk Aleeya.> Leeya… kalau aku titip Gio beberapa hari, kamu mau jagain?Pesan belum dikirim. Tapi matanya sudah basah.Karena ternyata… jadi ibu tidak sekadar melahirkan. Tapi juga berani memilih—bahkan saat hatinya sedang hancur.---Flashback...Lima tahun yang lalu…Langit sore itu mendung. Di dalam rumah Nayla, suasana ja

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 18

    Hari ketiga sejak perdebatan itu. Nayla masih duduk di meja makan dengan wajah pucat. Nasi di piring tak tersentuh. Pikiran terus menerawang—ke kontrakan sempit itu, ke cucu kecil yang tidur tanpa kelambu, dan ke anak perempuan yang dulu ia peluk erat setiap malam… kini menjauh seakan Nayla adalah musuh."Dia nggak jawab telepon sama sekali, Bunda," ujar Aleeya lirih sambil duduk di seberang. "Tapi aku tahu dia masih buka WhatsApp. Ada statusnya semalam."Nayla menatap anak bungsunya dengan mata sayu. “Status apa?”Aleeya membuka ponselnya. Menunjukkan tulisan yang menggantung di story Naira:> “Kadang… yang bikin hancur bukan orang lain, tapi keluarga yang menganggap dirinya paling benar.”Dada Nayla terasa sesak. Matanya memanas. Tapi dia mencoba tetap tegar di hadapan anaknya."Aku cuma pengen dia sadar… bukan nyalahin aku."Aleeya berdiri dan memeluk ibunya dari belakang. “Naira cuma belum bisa ngeliat niat baik Bunda. Tapi aku yakin, dia sayang sama Gio. Dia nggak akan egois sela

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 17

    Sudah seminggu Naira menghilang.Bukan hanya keluar dari grup keluarga, tapi juga tak bisa dihubungi siapa pun. Nomor lamanya mati. Bahkan akun media sosialnya sudah tak aktif.Mama sering termenung di dapur, Nayla makin sering melamun saat masak, dan aku sendiri... merasa seperti kehilangan arah. Ada bagian dari kami yang hilang, dan rasanya tidak ada yang benar-benar tahu harus bagaimana.Sampai suatu sore, ponsel Nayla berdering.Nomor tidak dikenal.“Halo."Hening sejenak, lalu terdengar suara yang sangat dikenalnya.“Hai, Kak Nay... ini aku, Naira.”Nayla langsung berdiri dari sofa. “Ya Allah, Na! Kamu ke mana aja? Kita semua khawatir—”“Jangan dulu panik. Aku baik-baik aja... cuma butuh waktu sendiri. Aku lagi tinggal di rumah temen, namanya Mbak Winda. Dia banyak bantu aku.”“Temen? Siapa? Aku bisa ke sana?”“Jangan, Nay. Aku belum siap ketemu kalian. Belum sekarang. Tapi... aku mau ngobrol. Lewat telepon aja.”Dan sejak hari itu, Nayla bicara dengan Naira setiap malam.Namun,

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 16

    Nayla menatap adiknya, mencoba tetap tenang. “Dia pernah nyakitin kamu?”Kania menggigit bibir. Menahan air mata. Lalu mengangguk pelan.“Sekali. Tapi dia bilang cuma karena emosi. Dan aku... aku diem. Karena aku pikir aku layak dapet itu.”“GAK ADA YANG LAYAK DIPUKUL, KANIA!” Nayla membentak sampai semua orang di café menoleh.Kania menunduk makin dalam, menangis pelan.“Gue... cuma pengen dicintai, Nay... gue capek disalahin terus, capek jadi bayangan lo. Jadi anak yang selalu kurang dibanding lo... makanya waktu Reynald datang dan bilang dia nerima gue apa adanya... gue percaya. Tapi ternyata... dia nerima gue cuma karena pengin harta warisan keluarga lo!”Nayla menggenggam tangan Kania erat.“Kamu gak sendiri. Kalau dia nyakitin kamu lagi, gue bakal berdiri di depan lo.”Kania memeluk Nayla sambil menangis. Tangis yang lama ia tahan. Tangis seorang kakak yang baru sadar, selama ini ia mencintai laki-laki yang salah... dan membenci saudara yang paling peduli padanya.Tapi mereka be

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 15

    Kania duduk di pojok kamar, masih dengan mata sembab. Sudah dua hari sejak malam panjang itu. Pelukan Nayla memang melegakan, tapi luka lama tetap tak bisa sembuh dalam semalam.Suaminya, Reynald, mengetuk pintu lalu masuk tanpa menunggu jawaban. Membawa segelas teh hangat yang katanya “bikin hati adem.”“Sayang... kamu belum makan dari pagi. Mau aku suapin?” tanyanya lembut.Kania hanya menggeleng, menunduk. Reynald menarik kursi dan duduk di depan istrinya, lalu meletakkan teh di meja kecil.“Kamu mikirin malam itu, ya? Yang soal Nayla?”Kania mendesah, matanya menatap kosong. “Aku bingung, Ren... aku lega karena akhirnya jujur, tapi aku juga takut. Takut semua orang beneran ninggalin aku.”Reynald tersenyum. “Gak akan. Aku di sini. Aku suami kamu. Satu-satunya yang kamu bisa andalin.”Tapi tatapan matanya berkata lain. Ada sorot licik di sana. Hanya sedetik. Tapi cukup jelas.Reynald bukan suami ideal. Dia manis saat dibutuhkan. Tapi keras kepala dan manipulatif di belakang. Kania

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status