Share

109. Perasaan Aneh

Author: ReyNotes
last update Last Updated: 2025-09-08 14:11:27

Blue dan Grey duduk di karpet di depan meja. Buku-buku sains masih terbuka. Geo baru saja selesai membantu Blue menyelesaikan soal terakhir ketika tiba-tiba Grey menatapnya lekat-lekat.

“Daddy…” suara Grey terdengar ragu, namun penuh harap.

Geo mengangkat alis, “Ya, Grey?”

“Daddy mau kan tinggal sama kami?”

Blue yang sedang main-main karena sudah selesai belajar jadi memasang wajah serius lagi mendengar pertanyaan Grey. Matanya juga menatap pada wajah Geo.

Pertanyaan itu meluncur begitu saja. Geo tertegun. Jantungnya berdegup lebih cepat. Sejenak ia hanya mampu menatap kedua buah hatinya, melihat mata mereka yang penuh harapan.

Ia tersenyum tipis, lalu menarik mereka berdua ke pelukannya. “Daddy… senang sekali dengar pertanyaan itu. Kalian tahu nggak? Itu seperti hadiah terbesar buat Daddy karena kalian ternyata mengharapkan kehadiran Daddy."

Blue menatapnya dengan datar. “Jadi… Daddy mau?”

Geo menghela napas dalam, menahan rasa haru sekaligus berat di dadanya. “Daddy ingin sekali ada
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rina Damayanti
bisa......bisa banget..... hehehe
goodnovel comment avatar
au nom de lalun
dicoba atuh Bi, bicara sama Geo walau perih kata Vierra Band, tapi demi Blue dan Grey. sikembar terutama Blue pengen Deket sama Daddy Geo, kalo Grey mah siapa aja dia mau jadi Daddy nya, bahaya ini Grey
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   268. Pertemuan Tak Terduga

    Bianca langsung menoleh dengan alis terangkat. “Apa?” tanyanya setengah tertawa, menatap Grey yang tengah mengunyah roti.Blue menambahkan cepat, “Iya, nanti kalau berhasil, Mommy jangan kaget, ya. Soalnya Miss Dini orangnya cantik dan baik banget.”Geo berhenti di tengah langkah, menatap dua anaknya dengan ekspresi geli. “Miss Dini... siapa lagi ini?”Blue menjawab tanpa ragu, “Guru baru kami di sekolah. Uncle Taylor cocok banget sama dia.”Bianca memegang pinggangnya, mendesah kesal mendengar pernyataan si kembar sulung. “Kalian berdua… kalian menjodohkan Uncle Taylor?”Grey mengangguk polos. “Iya. Soalnya Uncle Taylor kelihatan kesepian. Waktu di kebun aja dia cuma ngobrol sama tanaman.”“Iya.” Blue menyetujui ucapan adik kembarnya. “Masa katanya tanaman itu memang harus diajak ngomong, dipuji-puji biar daunnya bagus dan buahnya banyak. Aneh,

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   267. Canggung

    Taylor mengabaikan ucapan Blue. Ia menggiring keponakan-keponakannya ke mobil. Segera, Taylor mengarahkan kendaraannya ke perkebunan.“Kalau kalian lelah, tidur saja.” Taylor mengusak kepala Grey yang duduk di sampingnya.“Aku mau lihat jalanan. Lebih seru daripada tidur.” Grey menyahut.Taylor mengangguk. Ia melirik spion atas dan melihat Blue yang terlihat mengantuk meski matanya masih menatap keluar jendela.Sengaja, Taylor memutar lagu klasik agar keponakan-keponakannya tenang. Ia ingat di kamar si kembar Sky dan Blue selalu terdengar musik klasik untuk membuat mereka relax.Dan benar saja, setengah jam kemudian Blue dan Grey tertidur. Taylor menepi sebentar untuk menyelimuti tubuh keponakan-keponakannya. Lalu, ia kembali menyetir.Sorenya, udara di perkebunan milik Taylor terasa segar dan menenangkan. Kabut tipis membuat suasana syahdu, sementara suara gemericik air dari saluran irigasi kecil di samping rumah kaca menambah kesejukan suasana.Rumah besar bergaya tropis yang kini m

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   266. Apa Maksud Kalian?

    Kesepakatan bersama dicapai. Blue dan Grey tetap akan belajar dengan program akselerasi yang diberikan sekolah.Geo dan Bianca cukup lega karena akhirnya melihat Blue dan Grey kembali antusias.Di atas meja ruang belajar, berserakan buku-buku matematika tingkat lanjut, laptop terbuka dengan tampilan simulasi sains, serta coretan catatan rumit khas anak-anak jenius.Blue menutup bukunya dengan bunyi plak! dan mendesah panjang.“Grey… kamu ngerasa nggak sih, pelajarannya makin rumit, tapi tetap nggak seru?”Grey yang duduk di sebelahnya, sedang menulis rumus di papan kecil, menoleh pelan. “Kamu bosen lagi, Blue?”Blue menjawab cepat, “Bukan bosen, cuma… aku udah ngerti semuanya. Tiga bab terakhir itu cuma pengulangan dari yang aku baca di buku kuliah milik Daddy.”Grey tertawa kecil, menatap kakaknya yang lebih tua beberapa menit itu. “Kamu memang aneh. Anak lain pusing, kamu malah

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   265. Bosan Sekolah

    “Kami sudah buat presentasi kegiatan yang bisa dilakukan jika kami tidak sekolah.” Blue mengangguk pada Grey, memberi kode untuk memulai presentasi.Taylor terkekeh. “Presentasi? Waduh, pantas kalian mendesain ruangan ini seperti ruang rapat dadakan.”Grey menaruh map di atas meja. Ia membuka lembaran besar berisi coretan diagram, tabel, dan beberapa foto kebun yang mereka ambil minggu lalu. “Kami serius, Uncle. Ini laporan kami selama kami liburan di perkebunan.”Taylor melipat tangan di dada, menatap dengan penasaran. “Baiklah, aku dengarkan.”Grey memulai dengan nada bersemangat, menunjuk diagram hasil panen.“Ini hasil panen apel minggu lalu, Uncle. Dari tiga hari bantu panen, kami hitung ada sekitar dua ton apel yang bisa dijual. Kami bantu sortasi, dan Blue menghitung hasil keuntungannya.”Blue menyambung cepat, “Dan hasilnya bisa untuk beli komputer baru, bahan tanam, bahkan... buat bantu kafe Auntie Nina, kalau mau.”Taylor mengangguk, menahan senyum. “Hebat sekali. Tapi… kena

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   264. Penasehat

    “Nina?”“Mmm... Iya.”Taylor mengerutkan kening mendengar suara yang dibuat-buat itu. Jantungnya yang tadi berdebar kencang mulai berdetak teratur. Ia menghela napas berat.“Nggak baik ngerjain Uncle sendiri lho, Grey!” sungut Taylor sambil menyandarkan punggung.Terdengar suara kekehan. Lalu deheman kecil yang membuat tawa kecil itu hilang. Taylor menggelengkan kepala.Itu pasti teguran Geo pada Grey yang barusan mengerjainya dengan berpura-pura merubah suaranya seperti suara wanita.“Ada apa, Grey?”“Kata Kakek, Uncle punya apel jenis baru? Sudah panen? Kok belum dikirim ke mansion? Aku kan mau coba. Uncle tau kan buah favoritku apel?”Sekali lagi, Taylor menggeleng mendengar rentetan pertanyaan keponakannya. “Iya. Ini Uncle sedang siap-siap mau ke mansion bawa apel.”“Yeayyy. Aku izin gak sekolah ya, Dad. Aku mau tungguin Uncle Taylor.”“Tidak!”Taylor mendengar percakapan keponakan dan kakaknya. Ia senyum-senyum sendiri mengetahui bahwa akhir-akhir ini Grey sedang malas sekolah de

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   263. Balasan Pesan

    Taylor menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan Nina di mansion. Ruang keluarga itu langsung sunyi. Geo dan Bianca saling berpandangan begitu Taylor selesai bercerita.“Nina tidak menghubungiku sama sekali.” Bianca menggeleng sambil menatap layar ponselnya.“Nggak papa, Bi. Mungkin Nina butuh waktu sendiri untuk berpikir.” Taylor menyahut.“Tapi... Kalau kamu memang mencintai Nina, kamu harus memperjuangkannya, Taylor.”Pernyataan Geo membuat Taylor hanya bisa menghela napas. Baginya jelas, Nina keberatan dengan masa lalunya. Apalagi itu berhubungan erat dengan Bianca.“Mungkin memang sudah takdirku, Kak. Atau karma yang diberikan Tuhan. Aku pasrah saja jika pada akhirnya aku hanya sendirian tanpa pendamping.”“Kamu bicara apa, Taylor? Tuhan menciptakan mahluknya berpasangan!” Geo tak setuju dengan ucapan Taylor.“Aku hanya menduga, Kak. Cinta pertamaku pada Sel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status