Share

85. Yang Terpenting

Author: ReyNotes
last update Huling Na-update: 2025-09-02 16:08:00

“Ka – Kamu sudah cerai dari Amara? Mudah sekali kamu bercerai, ya?” Bianca menggeleng samar.

Jika Amara yang cantik dan berasal dari keluarga terpandang saja mudah Geo singkirkan, bagaimana dengan dirinya. Bianca mengembuskan napas berat.

“Terserah kamu mau berpendapat apa.” Geo menerawang langit malam di depan mereka. “Awalnya, kupikir dengan menikahi Amara, ingatanku bisa kembali pada kejadian malam itu.”

Spontan, Bianca menoleh. “Jadi, sebagian ingatanmu itu belum kembali?”

Geo menggeleng. “Aku sudah mencoba berbagai cara, tapi belum ada hasilnya. Dan Amara – entah, aku merasa ia bukan lagi wanita yang pernah kucintai dulu. Kami sering bertengkar dan akhirnya hidup masing-masing.”

“Oh, begitu.” Bianca mengerutkan dahi sedikit. “Melalui tatapan mata Uncle Atrick dan Auntie Marissa pada Blue dan Grey, kutebak... kamu dan Amara tidak memiliki keturunan?”

Geo kembali menggeleng. “Semua program kehamilan sudah kami lakukan, tetapi Amara tidak juga hamil.”

Ternyata kehidupan keluarga Wil
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
au nom de lalun
nyonya Marissa mah ngomongnya bikin Geo ga tenang ya haha, hayo Geo kamu rela Blue dan Grey punya 2 Daddy? kamu rela Bi nikah sama cowo lain?
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   89. Pantaskah?

    “Kenapa sih kalian manggil ‘Kakek’ harusnya Grandpa dong biar serasi, Grandma dan Grandpa.” Marissa protes pada Blue dan Grey dengan nada bercanda.Grey langsung tertawa lepas. Bianca dan Geo yang sedang fokus berbincang jadi melirik ke meja mereka.Sementara Blue hanya tersenyum samar mendengar pertanyaan Grandma.“Jawab pertanyaan Grandma, Blue.” Grey berkata pada saudara kembarnya.“Nggak tau, Grandma. Saat ketemu Kakek yaa spontan manggil itu karena kan sudah kakek-kakek.” Blue menjawab santai.Meja itu kembali dihiasi tawa. Bahkan Blue jadi ikut terkekeh.“Kakek nggak masalah kalian panggil apa. Yang penting kalian sayang Kakek.” Atrick tersenyum pada kedua cucu tampannya.Grey yang lebih dulu turun dari kursi dan memeluk Atrick. “Iya. Grey sayang Kakek.”“Blue?” Atrick melebarkan satu tangannya menunggu Blue yang terlihat bimbang.Blue mengangguk lalu ikut turun dan memeluk sang kakek. Ketiganya berpelukan sampai Atrick menciumi kepala Blue dan Grey bergantian.Lalu, mereka mend

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   88. Prestasi Baru

    Geo mengerjap-ngerjap mendengar pertanyaan Grey.“Itu butuh pembicaraan panjang antara Daddy dan Mommy.” Geo berkata meski menyadari ucapannya mungkin tak dimengerti Grey.Namun siapa sangka, Grey malah mengangguk. “Iya. Mommy dan Daddy memang harus banyak ngobrol biar kami juga nggak bingung.”Geo mengelus kepala Grey dan mendengus pelan. “Maaf, ya, Grey.” Geo meraih tangan Grey dan menggenggamnya. “Kita ke kamar ya, biar kamu nggak dicariin Mommy dan Blue.”Grey menurut. Mereka berjalan beriringan. Pemandangan biasa bagi semua orang yang melihat.Apalagi wajah mereka mirip.Tapi, bagi Geo. Menggandeng tangan putranya seperti sebuah prestasi baru dalam hidupnya saat ini.Pintu hotel dibuka Blue. Wajahnya langsung masam saat melihat Geo. Namun ia melebarkan pintu dan membiarkan Geo masuk.“Mommy mana?” tanya Grey.“Mandi.” Blue menjawab singkat.Grey melepas genggaman tangan Geo dan mendongak menatap wajah Daddynya. “Aku juga mandi dulu, ya, Daddy.”Geo mengangguk. Ia mengamati Grey y

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   87. Butuh Sekutu

    Bentakan itu membuat Bianca terkejut. Apalagi Blue. Spontan anak lelaki itu berdiri di depan Bianca dan merentangkan tangannya menghadang Geo yang akan mendekat.“Kenapa marah-marah sama Mommy aku?!” Blue berteriak dengan wajah murka.Geo berhenti dan terpaku melihat Blue yang tampak marah. Bianca segera mendekap Blue dan menenangkannya.“Aku nggak papa, Mommy.” Blue berkata datar, tapi matanya tetap menyala pada Geo.“Blue, Daddy bukan marah, tapi.... ““Aku tau orang marah seperti apa.” Blue memotong kalimat Geo. “Aku nggak suka lihat orang marah-marah pada Mommyku!”Bahkan Bianca baru pertama kali melihat Blue keras begitu. Tangan kecil Blue menarik Bianca menjauh.“Grey, ayo ke kamar!” Blue berkata pada saudara kembarnya sambil berjalan terus bersama Bianca.Bianca terlihat bingung karena harus meninggalkan Grey, sementara anak itu masih asyik berenang. Di sisi lain, Blue menariknya kencang untuk masuk ke dalam hotel.“Aku akan antar Grey.” Geo berucap, seolah mengerti tatapan Bia

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   86. Mau Jadi Orang Kaya

    Pagi harinya, Bianca bangun karena sinar matahari baru saja menembus tirai. Blue dan Grey ternyata telah bangun lebih cepat dari biasanya, dengan semangat yang jarang terlihat.“Mommy, ayo kita berenang dulu sebelum sarapan!” pinta Grey sambil menggoyang-goyang lengan Bianca.Blue yang biasanya datar ikut menambahkan, “Kolamnya sepi kalau sekarang. Enak, Mommy.”Bianca tersenyum kecil melihat antusiasme mereka. “Baiklah. Tapi hanya sebentar, ya. Setelah itu kita harus sarapan karena siang hari kita akan check out.”“Sayang ya, kita harus pulang. Padahal hotelnya bagus, aku suka.” Grey merengut sambil mengganti pakaian.“Iya. Hotelnya bagus.” Blue mengangguk setuju.Mereka bertiga berjalan ke kolam renang hotel. Benar saja, tempat itu masih sepi. Air kolam berkilau memantulkan cahaya pagi, dan hawa tenang membuat suasana terasa lebih intim.Grey langsung melompat dengan gaya heboh, cipratan airnya mengenai Bianca dan Blue.“Hahaha! Rasanya kayak punya kolam renang pribadi!” serunya ria

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   85. Yang Terpenting

    “Ka – Kamu sudah cerai dari Amara? Mudah sekali kamu bercerai, ya?” Bianca menggeleng samar.Jika Amara yang cantik dan berasal dari keluarga terpandang saja mudah Geo singkirkan, bagaimana dengan dirinya. Bianca mengembuskan napas berat.“Terserah kamu mau berpendapat apa.” Geo menerawang langit malam di depan mereka. “Awalnya, kupikir dengan menikahi Amara, ingatanku bisa kembali pada kejadian malam itu.”Spontan, Bianca menoleh. “Jadi, sebagian ingatanmu itu belum kembali?”Geo menggeleng. “Aku sudah mencoba berbagai cara, tapi belum ada hasilnya. Dan Amara – entah, aku merasa ia bukan lagi wanita yang pernah kucintai dulu. Kami sering bertengkar dan akhirnya hidup masing-masing.”“Oh, begitu.” Bianca mengerutkan dahi sedikit. “Melalui tatapan mata Uncle Atrick dan Auntie Marissa pada Blue dan Grey, kutebak... kamu dan Amara tidak memiliki keturunan?”Geo kembali menggeleng. “Semua program kehamilan sudah kami lakukan, tetapi Amara tidak juga hamil.”Ternyata kehidupan keluarga Wil

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   84. Obrolan di Balkon

    Rudolf baru selesai berbincang dengan si kembar kala Atrick dan Marissa juga menghampiri. Kelompok kecil pendukung prestasi si kembar itu saling menyapa dan berbalas kabar.Namun begitu, mungkin hanya Bianca yang merasa terhimpit di antara percakapan yang tak berujung ini. Ia ingin mengakhiri obrolan dan beristirahat.Baginya, berada di dekat keluarga Willson – terutama Marissa menguras energinya hingga ia merasa lelah sekarang.Atrick tersenyum ramah sambil menatap Rudolf.“Bagaimana kalau kita lanjutkan perbincangan ini saat makan malam? Kamu akan berkumpul untuk merayakan prestasi baru Blue dan Grey.”“Jangan! Tidak!” Bianca menjerit dalam hati. “Aku tidak mau berada dalam situasi tegang ini lagi!”Rudolf menggeleng pelan, tetap menjaga sopan santunnya.“Terima kasih banyak, Mr. Willson. Tawaran yang baik sekali, tapi saya sudah ada acara keluarga malam ini. Lain kali, mungkin saya akan dengan senang hati menerima.”Nada suaranya halus, tapi tersirat tegas, seolah ia tak ingin terj

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status