Share

94. Sebelum Ke Kafe

Author: ReyNotes
last update Last Updated: 2025-09-04 15:08:57

Bianca buru-buru meralat. “Kalau Mommy ngobrol sama lelaki, bukan berarti pacaran, Grey!”

“Oh.” Kepala Grey mengangguk-angguk. “Soalnya kata ibu-ibu teman Grey, nggak papa Mommy pacaran sama Mr. Rafael. Kan Mommy single.”

Entah seberapa merah wajah Bianca saat ini mendengar ucapan Grey.

Sementara Geo hanya diam, tanpa mau berkomentar apa pun. Takut salah bicara. Tetapi, hatinya kembali panas membara.

Setelah mengantar Blue dan Grey, Geo meminta supir mengantar mereka ke kafe. Bukan kafe yang biasa Bianca datangi saat menunggu Blue dan Grey sekolah.

Geo mengantisiapasi agar mereka tidak bertemu Rafael hingga memilih kafe lain yang lebih eksklusif.

“Di dekat sekolah sini, ada perumahan. Anak-anak yang tinggal di sana bisa naik sepeda ke sekolah dan diawasi oleh petugas.” Geo menunjuk sebuah pagar tanaman sepanjang jalan.

Bianca mengamati melalui sisi jendelanya. Karena pagar tanaman itu rapat, ia tidak bisa melihat secara jelas pemandangan di dalam perumahan.

“Sebelum ke kafe, kamu mau
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Sri Ratna
Terima aja Bi
goodnovel comment avatar
New Betsi Damisi
waduuuh mikir buat anak dulu bianca. buang dulu rasa sakit nya
goodnovel comment avatar
Mulik Zayyinah
bungkuuuss
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   266. Apa Maksud Kalian?

    Kesepakatan bersama dicapai. Blue dan Grey tetap akan belajar dengan program akselerasi yang diberikan sekolah.Geo dan Bianca cukup lega karena akhirnya melihat Blue dan Grey kembali antusias.Di atas meja ruang belajar, berserakan buku-buku matematika tingkat lanjut, laptop terbuka dengan tampilan simulasi sains, serta coretan catatan rumit khas anak-anak jenius.Blue menutup bukunya dengan bunyi plak! dan mendesah panjang.“Grey… kamu ngerasa nggak sih, pelajarannya makin rumit, tapi tetap nggak seru?”Grey yang duduk di sebelahnya, sedang menulis rumus di papan kecil, menoleh pelan. “Kamu bosen lagi, Blue?”Blue menjawab cepat, “Bukan bosen, cuma… aku udah ngerti semuanya. Tiga bab terakhir itu cuma pengulangan dari yang aku baca di buku kuliah milik Daddy.”Grey tertawa kecil, menatap kakaknya yang lebih tua beberapa menit itu. “Kamu memang aneh. Anak lain pusing, kamu malah

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   265. Bosan Sekolah

    “Kami sudah buat presentasi kegiatan yang bisa dilakukan jika kami tidak sekolah.” Blue mengangguk pada Grey, memberi kode untuk memulai presentasi.Taylor terkekeh. “Presentasi? Waduh, pantas kalian mendesain ruangan ini seperti ruang rapat dadakan.”Grey menaruh map di atas meja. Ia membuka lembaran besar berisi coretan diagram, tabel, dan beberapa foto kebun yang mereka ambil minggu lalu. “Kami serius, Uncle. Ini laporan kami selama kami liburan di perkebunan.”Taylor melipat tangan di dada, menatap dengan penasaran. “Baiklah, aku dengarkan.”Grey memulai dengan nada bersemangat, menunjuk diagram hasil panen.“Ini hasil panen apel minggu lalu, Uncle. Dari tiga hari bantu panen, kami hitung ada sekitar dua ton apel yang bisa dijual. Kami bantu sortasi, dan Blue menghitung hasil keuntungannya.”Blue menyambung cepat, “Dan hasilnya bisa untuk beli komputer baru, bahan tanam, bahkan... buat bantu kafe Auntie Nina, kalau mau.”Taylor mengangguk, menahan senyum. “Hebat sekali. Tapi… kena

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   264. Penasehat

    “Nina?”“Mmm... Iya.”Taylor mengerutkan kening mendengar suara yang dibuat-buat itu. Jantungnya yang tadi berdebar kencang mulai berdetak teratur. Ia menghela napas berat.“Nggak baik ngerjain Uncle sendiri lho, Grey!” sungut Taylor sambil menyandarkan punggung.Terdengar suara kekehan. Lalu deheman kecil yang membuat tawa kecil itu hilang. Taylor menggelengkan kepala.Itu pasti teguran Geo pada Grey yang barusan mengerjainya dengan berpura-pura merubah suaranya seperti suara wanita.“Ada apa, Grey?”“Kata Kakek, Uncle punya apel jenis baru? Sudah panen? Kok belum dikirim ke mansion? Aku kan mau coba. Uncle tau kan buah favoritku apel?”Sekali lagi, Taylor menggeleng mendengar rentetan pertanyaan keponakannya. “Iya. Ini Uncle sedang siap-siap mau ke mansion bawa apel.”“Yeayyy. Aku izin gak sekolah ya, Dad. Aku mau tungguin Uncle Taylor.”“Tidak!”Taylor mendengar percakapan keponakan dan kakaknya. Ia senyum-senyum sendiri mengetahui bahwa akhir-akhir ini Grey sedang malas sekolah de

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   263. Balasan Pesan

    Taylor menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan Nina di mansion. Ruang keluarga itu langsung sunyi. Geo dan Bianca saling berpandangan begitu Taylor selesai bercerita.“Nina tidak menghubungiku sama sekali.” Bianca menggeleng sambil menatap layar ponselnya.“Nggak papa, Bi. Mungkin Nina butuh waktu sendiri untuk berpikir.” Taylor menyahut.“Tapi... Kalau kamu memang mencintai Nina, kamu harus memperjuangkannya, Taylor.”Pernyataan Geo membuat Taylor hanya bisa menghela napas. Baginya jelas, Nina keberatan dengan masa lalunya. Apalagi itu berhubungan erat dengan Bianca.“Mungkin memang sudah takdirku, Kak. Atau karma yang diberikan Tuhan. Aku pasrah saja jika pada akhirnya aku hanya sendirian tanpa pendamping.”“Kamu bicara apa, Taylor? Tuhan menciptakan mahluknya berpasangan!” Geo tak setuju dengan ucapan Taylor.“Aku hanya menduga, Kak. Cinta pertamaku pada Sel

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   262. Kita Putus!

    Mendengar ucapan Bianca, Taylor segera menghubungi Nina. Mereka berjanji bertemu di kafe milik keluarga Nina.Perasaan Taylor berubah tak enak kala melihat wajah Nina. Setelah duduk berhadapan, Nina bahkan tidak memulai pembicaraan dan terlihat malas menatap wajah Taylor.“Kamu marah karena hubunganku dengan Selina dulu?” Pelan, Taylor bertanya.Nina menggeleng. “Semua orang punya masa lalu. Tetapi, aku melihat... sepertinya, kamu masih sangat perhatian pada wanita itu.”Segera, Taylor menggeleng tegas. “Tidak, kamu salah menilai. Itu hanya spontanitas membantu menenangkan. Kisah kami sudah selesai.”“Yakin? Aku juga baru tau bahwa keluarga Willson memiliki masalah pelik. Kamu dan Elara pernah akan menabung benih di rahim Bianca?” Nina menggeleng-geleng tak percaya. "Itu sangat gila!"“Saat itu kami memiliki alasan dan semua sudah berlalu. Kami sudah sama-sama saling memaafkan.”

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   261. Alasan Sentimentil

    Tepat saat Taylor berlari dan menangkap tubuh Elara yang lunglai, Nina datang. Ia terkejut melihat Taylor yang begitu perhatian. Nina segera mengalihkan pandangan dan menghampiri Bianca.“Kamu tau kami di sini?” bisik Bianca.“Aku tadi melihat pengawal Blue dan Grey di luar.” Nina melirik Taylor yang masih menemani Elara. “Siapa dia?”Bianca menghela napas panjang. “Maaf, kamu jadi melihat ini semua. Tidak perlu dipikirkan yang tidak-tidak.”Nina terdiam. Di sudut sana, Taylor dan Edgard masih menenangkan Elara. Hingga akhirnya Geo memanggil Bianca.“Bagaimana menurutmu, Sayang?” tanya Geo.“Aku baru tau niat Taylor dan Selina dulu ternyata bukan hanya untuk menguasai harta keluarga Willson, tetapi ada alasan sentimentil lain.” Bianca menghela napas berat.Geo menatap Blue dan Grey. Blue tetap dengan wajah datarnya sementara wajah Grey lebih melunak.Saat Geo dan Bianca masih berbincang, Edgard menghampiri. Lelaki tua itu dengan santun menyapa.“Salam kenal. Saya Edgard, paman Elana a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status