Share

93. Mau Pacaran?

Author: ReyNotes
last update Last Updated: 2025-09-04 11:48:31
Pertanyaan itu menggantung berat di udara. Geo terdiam lama. Jemarinya meremas pelan lututnya sendiri, napasnya terdengar dalam dan berat.

Seolah setiap kata yang ingin keluar harus ia pertimbangkan matang-matang.

Akhirnya, ia menatap Billy dan berkata jujur.

“Aku… belum tahu harus menyebutnya apa, Billy. Aku bahkan tidak yakin pantas lagi bicara soal hubungan dengan Bianca.”

Geo menarik napas panjang, menunduk sebentar, lalu melanjutkan.

“Yang kutahu, aku ingin ada di sekitar mereka. Aku ingin belajar jadi ayah yang benar buat Blue dan Grey. Sejak awal, mereka tidak pernah salah.”

“Soal Bianca… aku tidak mau memaksa. Aku sadar, aku terlalu sering melukai. Jadi sekarang, tugasku cuma satu: menebus semua salahku, sedikit demi sedikit. Kalau nanti waktunya tiba… biarlah Bianca sendiri yang menentukan… aku ini siapa di hidupnya.”

Suasana mendadak hening. Pernyataan Geo membuat Billy terdiam.

Billy menghela napas panjang. Ada rasa lega, tapi juga sesak yang menyeruak di dadanya.

Lalu, sepe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   104. Ternyata Iri

    Sementara itu di sebuah pondok tua, jauh di luar kota, Taylor duduk dengan kedua tangan terikat ke belakang. Wajahnya memar di beberapa bagian.Anak-anak buah Geo berjaga di pintu, wajah mereka dingin tanpa ekspresi.Geo melangkah masuk, jas hitamnya masih rapi, tapi sorot matanya tajam bagai pisau. Sepasang sepatu kulitnya berderap mantap di lantai kayu. Ia berhenti tepat di depan Taylor.Setelah beberapa tahun menghilang, akhirnya ia menemukan Taylor. Ia kembali menyesali pikirannya yang percaya bahwa Bianca dan Taylor kabur berdua. "Wajahmu jelek sekali, Tay." Geo menghina Taylor. "Ngapain juga pakai sok melawan hingga membuat para pengawalku terpaksa melumpuhkanmu begini."Taylor mendengus, meski wajahnya basah oleh keringat. “Kamu pikir dengan cara begini aku akan takut?”Geo menunduk, menatap lurus ke wajah adik angkatnya itu. Suaranya pelan tapi menusuk.“Takut? Kamu seharusnya lebih dari sekadar takut. Aku sudah lama tahu kamu bermain kotor di belakang keluarga. Aku diam, kar

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   103. Khawatir

    Menjelang sore hari, Bianca sudah kembali ke rumah. Rafael yang mengantarnya cukup terkesan dengan rumah baru Bianca.“Wah... aku nggak nyangka kamu punya rumah mewah begini.” Rafael mengamati sekeliling ketika turun dari mobil.Selain rumah, Rafael juga tampak heran karena Bianca memiliki dua asisten rumah tangga yang membantunya. Saat ia kebingungan, Danny menghampiri Bianca dengan sikap santun.“Maaf, Nyonya. Saya permisi sebentar mau mengawal Tuan Muda Blue dan Grey dari sekolah.”“Iya, Danny. Silahkan. Terima kasih.” Bianca mengangguk pelan.Rafael tak bisa menahan tawa kecilnya. “Tuan Muda? Ya Tuhan... siapa sebenarnya asistenmu itu, Bi? Berlebihan sekali.”Bianca hanya tersenyum sedikit. Bagi sebagian orang mungkin berlebihan, tetapi sebagai orang yang mengenal Geo, hal tersebut pasti wajar.“Rumah dan para asistennya merupakan fasilitas dari Daddy Blue dan Grey.” Bianca berkata sambil masuk ke dalam rumah. "Memang begitu cara mereka memanggil kami."“Ooh, dari mantanmu, ya?” R

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   102. Ingin Hubungan Serius

    Mereka duduk di sebuah kafe kecil untuk beristirahat. Bianca menunggu jawaban atas pertanyaannya pada Rafael.“Gimana tadi? Kamu resign karena apa?”“Karena… aku sudah lama ingin bilang sesuatu.”Bianca menoleh, alisnya sedikit terangkat.“Hm? Tentang apa?”Rafael menatapnya lurus, suaranya dalam tapi lembut. “Selama kita berteman, terus-terang aku penasaran. Semakin mengenalmu aku semakin kagum.”Rafael menjeda kalimatnya dan melanjutkan.“Aku… ingin menjalani hubungan serius denganmu. Bukan sekadar teman, bukan sekadar orang yang sesekali datang membantu. Tapi… hubungan resmi.”Bianca terdiam. Uap hangat dari cangkir kopinya naik ke udara, namun ia justru merasa udara di sekitarnya menegang.“Hubungan serius? Maksudmu… kita.... “ Bianca menunjuk dirinya dan Rafael dengan wajah bingung.Rafael mengangguk pelan. Tapi kemudian ia mengembuskan napas berat, seolah ingin jujur tanpa menyakiti.“Aku belum punya perasaan istimewa padamu. Setidaknya… bukan perasaan seperti dalam cerita cinta

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   101. Tidak Nyaman

    “Mommy hari ini aku tidurnya lelap sekali.” Blue berkata sambil sarapan roti sebelum berangkat ke sekolah.“Aku malah nggak bisa tidur, Mom.” Grey mengeluh.Bianca tersenyum simpul. Blue bisa tidur nyenyak karena tidak terganggu Grey yang biasanya tidur nggak bisa diam. Sementara Grey pasti merasa kesepian.“Grey mau Mommy antar pakai mobil aja sekolahnya?”“Nggak mau. Grey mau naik sepeda kaya Blue.”“Katanya lemes, ngantuk?”“Nggak papa. Nanti juga nggak ngantuk lagi.”Karena merasa khawatir, Bianca akhirnya mengantar putra-putranya sekalian jogging di area perumahan.“Bye, Mommy.” Blue dan Grey melambai saat mereka tiba di gerbang sekolah.Bianca sempat memperhatikan melalui pagar. Anak-anak yang menggunakan sepeda diarahkan beberapa petugas dengan tertib. Lalu, seorang guru yang bertugas menyapa dan menyalami satu persatu anak-anak.Merasa sudah aman, Bianca melanjutkan jogging. Ia menikmati waktunya berkeliling perumahan.“Hai... Haloo.”Detik berikutnya, ada yang menepuk bahu. B

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   100. Statusnya Apa?

    Pertanyaan itu... bagai ada sebuah ujung tombak tajam yang mengarah ke jantungnya. Geo terdiam.Sangat tau bahwa jawabannya bisa menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.Blue masih menatap wajah sang daddy, sementara Geo menunduk, berusaha merangkai kata. Hatinya berat, tapi ia tahu ini saatnya jujur.“Daddy dulu terlalu bodoh, Blue. Daddy pikir sedang membuat keputusan terbaik, Daddy malah lebih percaya pada omongan orang lain, bukan Mommy. Itu kesalahan paling besar… Daddy nggak percaya pada orang yang seharusnya paling Daddy jaga.”Blue menoleh, ekspresinya datar tapi matanya menyimpan rasa ingin tahu.Jadi… Daddy dan Mommy pisah karena orang lain?”Geo menelan ludah, wajahnya tegang namun penuh penyesalan. “Iya. Dan kebodohan itu bikin Daddy kehilangan segalanya. Kalau waktu bisa diputar, Daddy lebih pilih tinggal di sini, sama Mommy, sama kamu dan Grey. Bukan di tempat lain.”Keheningan menggantung. Blue menunduk lagi. Lalu, kepalanya menggeleng keras.“Papa Billy benar. Jika dib

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   99. Daddy Salah Apa?

    Beberapa hari kemudian, setelah semua barang utama tertata, bel rumah berbunyi. Bianca yang sedang mengatur rak dapur menoleh, lalu berjalan ke pintu.Saat membukanya, ia mendapati sosok Geo berdiri di depan dengan masih mengenakan pakaian kerja. Wajahnya tampak lelah, tapi matanya berbinar. “Boleh aku masuk?”Sedikit ragu, tapi akhir Bianca mengangguk. “Masuklah. Anak-anak ada di atas, mereka sibuk dengan kamar baru masing-masing.”Geo menanggalkan sepatunya, lalu melangkah masuk. Tatapannya berkeliling ke ruang keluarga yang mulai tertata—sofa, karpet, foto kecil di atas meja. Untuk pertama kalinya, Ia merasa sebuah rumah yang berisi kehidupan.Tiba-tiba suara langkah kecil terdengar menuruni tangga. Grey muncul lebih dulu, dengan wajah sumringah. “Daddy! Lihat kamarku! Ada rak khusus buat robot-robotku!” Gey menarik tangan Geo.Geo tersenyum, matanya melembut. “Tunggu, Grey!” Geo menatap Bianca. “Boleh aku ke kamar anak-anak?”Bianca mengangkat sedikit alisnya. Geo meminta izin d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status