Share

AKMD 05

Author: Laa Rachma
last update Huling Na-update: 2023-12-06 07:10:36

Aku merasa semua tubuhku tergores semak belukar. Tapi itu tidak sebanding daripada harus meledak di dalam mobil.

Tadi saat mobilku meluncur bebas ke jurang, aku sudah bersiap dengan melepas sabuk pengaman dan membuka pintu mobil. Seketika aku loncat begitu saja. Dan berakhir di dalam semak semak. 

Memang di kedalaman jurang ini banyak ditumbuhi pepohonan dan rumput yang tinggi tinggi. Jadi aku yakin mereka yang di atas tidak mungkin melihat jika aku keluar dari mobil. 

Aku harus segera naik untuk mencapai jalan raya,jangan sampai orang orang suruhan mas Hendra menemukanku di sini. Tadi sudah ku minta temanku untuk menunggu di pinggir jalan agak jauh dari kejadian. 

Entah kenapa aku merasa perutku sangat sakit, seperti kram. Padahal tadi pagi aku sudah sarapan. Dengan memegangi perut yang semakin sakit, aku terus berusaha naik sampai di jalan raya. 

Ku lihat mobil avanza terparkir di sana, itu Alma temanku. Akhirnya aku sampai juga. Ku ketuk jendelanya pelan, tenagaku sudah terkuras untuk naik ke sini di tambah perutku yang terasa sangat sakit.

Alma bergegas membuka pintu mobil, bahkan ia menuruni mobil untuk memapahku.

"Dinda bagaimana keadaanmu?"tanya Alma setelah aku duduk di jok sampingnya.

"Aku tidak papa Al, hanya saja perutku terasa sangat sakit".

"Kita ke dokter sekarang, sekalian obati luka lukamu itu".

Aku mengangguk. Tubuhku rasanya perih semua, bahkan aku baru sadar jika ternyata banyak goresan di kaki dan tanganku.

Mobil Alma melaju melewati tempat kejadian, bisa kulihat banyak orang berkerumunan di sekitarnya. Alma menyuruhku untuk sedikit membungkukkan badan agar tidak terlihat dari luar.

"Ada apa ya mas?"tanya Alma kepada salah satu orang yang berdiri di tepi jurang.

"Ada mobil yang terjun ke jurang mbak. Bahkan mobilnya meledak, tapi orangnya belum ketemu. Di perkirakan kalau tidak terpental ya hanyut di sungai pada dasar jurang".

"Oh begitu. Terimakasih ya mas, semoga lekas ketemu".

Alma kembali melajukan mobilnya.

"Bagaimana ceritanya sih Din, aku kaget waktu kamu tiba tiba chat aku minta dijemput di tepi jurang itu".

"Nanti akan aku ceritakan, sekarang cepatlah perutku semakin sakit".

"Ah baiklah, maafkan aku".

Saat tiba di rumah sakit, untuk berdiri pun bahkan sulit. Hingga aku sadar jika gaunku yang berwarna peach ada bercak merah. 

Begitu pula dengan Alma. Ia menatapku "kamu sedang datang bulan Din?"

"Tidak, kalau datang bulan pun aku biasanya tidak sesakit ini." Ucapku.

"Jangan jangan ....

Alma lantas berteriak memanggil suster. Mereka datang membawa brankar. Aku menurut saja saat disuruh berbaring. 

Dokter memeriksaku, ada pula beberapa suster yang mengobati luka luka di tubuhku.

"Apakah ibu sedang hamil?"

Aku yang sedang terpejam menahan perih pun seketika membuka mata.

"Tidak dok".

"Apa datang bulannya terlambat?"

Aku mengingat ngingat. Memang benar bulan ini aku sama sekali belum datang bulan. Ku kira hanya karena efek pil kontrasepsi.

"Iya dok, bulan ini saya belum dapat".

"Baik bu, untuk pemeriksaan lebih lanjut saya akan membawa ke dokter kandungan saja. Takutnya kalau ibu sedang hamil dan terlambat menyelamatkan janinnya."

Aku hanya mengangguk mendengar penuturan dokter muda itu.

"Tolong ibu berbaring saja ya! nanti biar suster yang membawa ke sana. Biar saya carikan antrian dulu".

"Baik dok".

Dokter yang ku taksir seumuran denganku itu meninggalkan ruangan.

Tidak berselang lama, Alma masuk.

"Bagaimana Din?"

"Entahlah Al, kata dokter aku kemungkinan hamil. Nunggu kepastian dari dokter kandungan dulu." Ucapku lemah.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • KETIKA SUAMI MERENCANAKAN KEMATIANKU   Bonus Chapter 03

    Pagi harinya sesuai kesepakatan, Sapta datang ke kantor MLN Groub.Kantor yang dulunya adalah pesaing bisnisnya, kini akan menjadi tempat dia mengais rupiah demi menutupi kebutuhannya sehari harinya. Tatapan bingung, mencemooh, simpati, Sapta dapatkan dari banyaknya pekerja yang berpapasan tadi. Jika dia dulu masuk dengan setelah jas mahal, dan wajah angkuh kini ia harus membiasakan diri dengan menyapa beberapa orang di sekitarnya. Tidak papa, ini hanya permulaan. Semua yang ingin berkembang, pasti harus berani memulainya dengan berbagai resiko yang berbeda. "Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya seorang perempuan berhijab yang tak lain adalah sekretaris Galih. "Pak Galihnya ada?" "Ada, beliau baru saja tiba. Apakah bapak sudah membuat janji?" "Sudah, Pak Galih sendiri yang meminta saya untuk datang hari ini." "Baik Pak, kalau begitu silahkan duduk dulu!" Sapta menurut, dia duduk sambil mengamati ketika wanita berhijab itu begitu lincah dengan tablephone nya. Dia jadi teringa

  • KETIKA SUAMI MERENCANAKAN KEMATIANKU   Bonus chapter 2

    Hallooo Adikkk...!" Suara riang Reina membuat mereka yang sedang duduk di ruang tamu menerka nerka. "Siapa sih sayang yang datang?" Tanya Hardian menyusul putrinya. "Loh Pak Sapta, tumben, udah lama sekali lo gak main ke sini. Mari silahkan masuk!" "Pak Galihnya ada Mas?""Ada Pak, kebetulan sedang santai di ruang tamu. Langsung masuk aja, silahkan Bu! sama siapa ini?" "Kalila Om," jawab bocah berkuncir dua itu. "Oh iya, makanya Reina senang sekali, ternyata kedatangan adiknya toh. Ayo Sayang adiknya diajak masuk ke dalam!" Sapta beserta istri dan cucunya mengekor langkah Hardian masuk ke dalam rumah."Loh Pak Sapta mari duduk, silahkan Bu!" Ujar Galih saat melihat siapa tamunya. "Maaf menganggu waktu bersantai anda bersama keluarga Pak," Ucap Sapta merasa tidak enak. "Tidak Pak, ini hanya kebetulan anak, cucu sedang berkunjung.""Iya Bu Lili, kok gak pernah main ke sini. Terakhir 3 bulan yang lalu kan? Sekarang bagaimana kabarnya?" Alina ikut bertanya. "Kabar baik Bu, hanya

  • KETIKA SUAMI MERENCANAKAN KEMATIANKU   Bonus Chapter

    "Ma, apa tidak papa jika kita meminta pekerjaan kepada pak Galih?" Liliana yang sedang menemani cucunya menonton televisi menoleh. Ditatapnya sang suami dengan prihatin. Mau bagaimana pun ia tidak bisa memaksa suaminya itu untuk kerja serabutan layaknya tukang atau kuli bangunan. Bahkan caranya saja dia tidak tahu. Ini adalah bulan ketiga Sapta menganggur, keseharian Liliana yang hanya membuat kue serta jajanan ringan untuk dititipkan di warung-warung ternyata tidak mampu menutup perekonomian mereka. Hasil penjualan rumahnya dulu, Sapta gunakan untuk menutup gaji para pegawai, dan membeli rumah kecil yang kini mereka huni. Sisanya dia simpan sebagi pegangan jika ada kebutuhan mendadak serta modal jualan sang istri. "Jika kamu tidak malu tak apa mas, kemarin juga pak Galih sudah menawarkan kepada kita kan? Namun aku juga tidak memaksa, karena di sini menyangkut harga dirimu juga." Jawab Liliana atas pertanyaan sang suami. Sapta terdiam, ia kembali menimang nimang keputusannya itu

  • KETIKA SUAMI MERENCANAKAN KEMATIANKU   Karma nyata adanya

    "Mas Sapta," Sapta yang tengah terduduk dengan tatapan kosongnya seketika berbinar. Dicarinya dari mana suara itu berasal, hingga tatapannya terkunci pada sosok perempuan yang berhasil menjungkir balikkan hidupnya beberapa hari ini. Perempuan yang masih saja terlihat anggun di usianya yang menginjak kepala lima. Perempuan yang sedang menggendong seorang anak kecil yang kini telah kehilangan ibunya. "Li, kamu kembali?" tanya Sapta ragu. Galih yang merasa tidak berhak mendengar pun pamit undur diri, begitu juga dengan Hardian dan Adinda. "Kami pamit ya pak," Sapta tidak menggubris, fokusnya masih kepada kedatangan istrinya. "Terimakasih ya Bapak, ibu, nak." Melihat tidak ada respon dari suaminya, akhirnya Liliana yang menjawab. Setelah Galih dan sekeluarga pulang, keadaan rumah kembali sepi. Apalagi jenazah sudah dimakamkan tadi pagi. Hanya saja kedua orang tua Laura yang belum datang sekedar melihat anaknya untuk yang terakhir kali. "Li, kamu kembali?" "Iya mas."

  • KETIKA SUAMI MERENCANAKAN KEMATIANKU   Bunuh diri

    "Braaakkkk" Pintu utama terbuka dengan kasar. Hardian berlari menuju tempat dimana istri dan anak anaknya berada. "Sayang are you okay?" "Mas kamu udah pulang?" tanya Dinda masih dengan pipi yang basah dengan air mata. "Aku pulang setelah melihat berita di televisi. Kamu nangis?" Pertanyaan Hardian berhasil membuat dua bocah yang sedang asyik bermain itu menoleh. "Bunda nangis?" "Enggak kok nak, ini bunda hanya kelilipan aja." Bohong Dinda. Mendengar jawaban bundanya, mereka fokus kepada itu mainannya lagi. Sedangkan Hardian duduk di sebelah sang istri. "Kamu kenapa hem?" "Aku gakpapa mas, aku cuma sedang takut aja. Melihat tingkah mas Hendra, sebenarnya aku khawatir dengan masa depan mereka." Hardian mengangguk paham. Diraihnya tangan sang istri, "aku kan udah bilang beberapa kali sama kamu, mereka itu anak-anaku. Aku yang akan mendidiknya kelak dengan caraku. Cukup kamu doakan saja yang terbaik untuk mereka, kamu tidak lupakan? bahwa doa seorang ibu itu dahsyatnya bisa

  • KETIKA SUAMI MERENCANAKAN KEMATIANKU   Hendra tertembak

    "Apa yang kamu katakan? Kamu membandingkan ibu dengan perempuan yang tidak jelas asal usulnya itu?""Aku lelah bu, ingin beristirahat." Diana mendengus, ia tahu jika putranya itu mencoba mengusirnya dengan cara halus. "Okeee, ibu akan pulang. Mungkin mampir ke kentor sebentar, memastikan jika semuanya baik-baik saja." Ucap Diana sambil berlalu keluar dari ruangan. Sapta memandang punggung ibunya yang menghilang dibalik tertutupnya pintu. Sebagai anak kandung saja, ia mengakui jika ibunya itu bermulut tajam. Berbicara tanpa memikirkan perasaan orang lain. **********Diana masuk ke dalam kantor dengan angkuh. Wajahnya ia tonggakkan, mengabaikan setiap sapaan karyawan. "Selamat siang bu Diana, lama tidak berjumpa." Sapa Karen, sekretaris Hendra. "Masuk! ada yang ingin saya bicarakan kepadamu." "Baik bu," Wanita berpakaian ketat itu mengikuti langkah Diana ke dalam ruangan. "Ada yang bisa saya bantu bu Diana?""Apakah ada keluhan tentang perusahaan?" tanya Diana to the point. "E

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status