Share

Bab 2. Kedatangan mama mertua

KETIKA SUAMIKU MENIKAH LAGI

Part 2

"Nad.. Aku terima tawaran mu kemarin," ku berucap pada Nadin sahabat baikku.

"Akhirnya, gitu dong! Kamu harus bisa menunjukan siapa kamu sebenarnya, jangan mau ditindas terus," ucap Nadin.

"Aku cape, Nad! Tapi aku nggak akan tinggal diam. Ketika nanti Mas Angga menceraikan ku, aku harus bisa lebih sukses dari dia,"

"Kamu yang sabar ya! Kamu bertahan saja sampai anak mu itu lahir,"

"Aku ingin menyerah saja. Tetapi aku harus membuat Mas Angga menyesali perbuatanya karena telah menduakan ku,"

"Apa rencana mu selanjutnya?"

"Ntah lah, aku belum bisa berfikir jernih saat ini. Aku terlalu syok saat mengetahui kalau wanita itu tengah mengandung anak Mas Angga,"

"Ibu mertua?"

"Dia dalang dari semuanya, sepertinya dia sengaja ingin membuatku berpisah dari Mas Angga,"

"Perlu dikasih pelajaran mertua kaya gitu,"

"Nanti kalau sudah waktunya. Saat ini aku ingin fokus pada mereka, agar mereka menyesali semua ini."

Ku lihat Nadin manggut-manggut. Aku tahu, selama ini ibu mertua tak menyukaiku karena aku bukan sepadan dengan mereka. Dia menyukai Jena, mantan dari suamiku, karena saham dari keluarga Jena lebih dari lima puluh persen berada di perusahaan Mas Angga.

🌺🌺🌺

"El!" Aku menoleh, tumben sekali Mas Angga memanggilku, karena semenjak kejadian kemarin, dia terlihat acuh.

"Kenapa, Mas?"

"Maafin atas sikapku kemarin-kemarin, yang kasar terhadapmu,"

Aku mengernyitkan dahi ku. Sepertinya ada yang tidak beres dengan sikap Mas Angga.

"Aku sudah maafin," jawabku acuh. Aku tidak boleh terlena, bisa jadi dia tengah merencanakan sesuatu terhadapku. Aku harus lebih berhati-hati lagi. Tidak biasanya Mas Angga seperti ini.

"Bagaimana dengan kehamilan mu?"

"Baik dan alhmdulillah sehat,"

"Ibu untuk beberapa Bulan akan tinggal disini,"

"Apa?" Wah, tidak bisa tinggal diam aku. Sudah pasti ibu akan membuatku hidup seperti di neraka.

"Iya, ini kan rumah aku, seandainya aku tidak bilang padamu juga tidak apa-apa, tapi karena aku masih menghargai mu sebagi istriku, maka kamu harus tahu akan hal ini,"

"Terserah kamu, Mas!"

Tidak ku ambil pusing dengan kehadiran ibu mertua, toh mulai besok aku juga bekerja, tak perlu lagi aku meminta uang pada anaknya itu dan aku juga tak akan berlama-lama di rumah.

🌺🌺🌺

Hari ini ibu mertua benar-benar datang. Saat melihatku, wajah tak suka selalu dia perlihatkan.

"Ella, bawa koper saya ke kamar!"

"Ella nggak mau, ibu nggak lihat Ella masih nyapu?"

"Kamu berani membantah ibu?" tampak matanya melotot.

"Sudah, bawa saja El. Menantu itu harus nurut sama mertua. Ibu ku ini juga ibu kamu lo," ucap Mas Angga membela ibunya.

Aku pun menurut, membawa koper mama mertua menuju kamar yang sudah ku bersihkan tadi sehabis subuh. Saat akan kembali melanjutkan aktivitas ku yang sempat terjeda, aku mendengar percakapan antara seorang anak dan ibunya.

"Nanti setelah bayi itu lahir, kamu harus cepat-cepat menceraikannya. Mama sudah tidak tahan melihat mukanya, mama muak!"

"Tenang, Ma. Mama nggak usah mikirin Ella, yang terpenting, nanti mama akan mendapatkan menantu yang cantik dan tentunya kaya raya. Angga tak habis pikir dengan Papa, kenapa menjodohkan ku dengan Ella yang sudah jelas derajatnya masih jauh dibawah kita," ucap Mas Angga.

"Karena Papamu berhutang budi pada keluarganya si Ella. Dulu saat Papa mu mulai merintis usahanya, yang membantu modal adalah papanya si Ella. Tapi kan bantuan modal itu sudah dikembalikan,"

"Halah, cuma bantuan seperti itu saja merasa balas budi. Uang tidak seberapa juga,"

"Kaya nggak tahu papamu saja, kalau kamu nggak nurut, kamu nggak akan mendapat jatah warisan," ucap Ibu mertua.

Oh, jadi selama ini mereka baik padaku karena masalah warisan, yang dia takut tidak dapat bagian kalau sampai menentang papa mertua. Picik sekali pemikiran mereka, mengorbankan perasaan orang lain demi sebuah warisan.

"Kalau nanti kamu menceraikan Ella, jangan pernah kasih dia harta gono gini, dia tak pantas mendapatkannya," ucap mama mertua.

"Tenang saja, Ma. Ella nggak akan dapat sepeserpun harta ini. Dulu dia datang kesini tidak membawa apa-apa, maka pergi pun juga tidak membawa apa-apa." jawab Mas Angga.

Kalian tenang saja, aku nggak akan pernah meminta harta kalian, walaupun aku terlahir dari keluarga tidak mampu, tetapi aku bukan wanita mata duitan. 

Kalian belum melihat ku dan mengenal siapa aku sebenarnya, batinku.

🌺🌺🌺🌺

"Ini hasil kerja sama kita dulu El. Kamu sih, dari dulu nggak mau nerima, sekarang butuh juga kan?" ucap Nadin saat aku sudah sampai di kantor.

"Banyak banget ya?" Aku sampai melongo melihat nominal yang tertera di buku rekening itu.

"Itu sih belum seberapa. Penjualan bulan ini juga meningkat drastis," ucap Nadin.

"Aku nggak ngira kalau sampai sebesar ini perusahaan kita. Dulu kita merintisnya dari nol, dan di tangan kamu, perusahaan sudah sampai sebesar ini," ucap ku pada Nadin dengan rasa kagum.

"Ini perusahaan besar di tangan kita El, bukan cuma di tangan aku saja. Semua ide juga dari kamu, aku cuma menjalankan saja. Makanya, aku ingin, kamu juga bisa memimpin perusahaan ini,"

"Aku mana bisa ,Nad? Aku hanya gadis bodoh yang mendapatkan keberuntungan ini. Aku saja nggak kuliah," 

Aku merasa tak enak, walaupun dulu kita mendirikan perusahaan ini bersama, bahkan jatuh bangun juga bersama, tapi selama ini aku tak pernah memegang kendali perusahaan. Semua Nadin yang handel, aku cuma bisa menyalurkan ide ku saja. 

"Nanti aku ajarin, semua ilmu itu bisa kita pelajari, asal ada kemauan,"

"Tapi Nad?"

"Katanya kamu mau lebih sukses dari suamimu? Buktikan dong!"

Aku menganggukkan kepala. Memang, aku nggak mau dipandang sebelah mata oleh Mas Angga.

"Nanti pulang dari kantor kita belanja dulu, lalu ke Salon, kamu poles muka biar cantik. Masa selama nikah wajah kucel begitu," ledek Nadin.

"Aku harus ngirit, uang yang diberikan suamiku tak cukup kalau harus beli makeup,"

"Sekarang kan sudah ada penghasilan. Keuntungan ini bisa buat kamu mempercantik diri, siapa tahu nanti ada yang kecantol sama kamu kalau beneran si Angga mau berpisah,"

"Ok lah kalau begitu, pulang kantor kita belanja." Aku tersenyum menatap Nadin. Dia adalah orang baik yang ku temui selain Bapak sama Ibu. Ah, Bapak, semoga dia tenang disana.

Jika mengingat pengorbanan Bapak, mataku selalu nampak basah.

"Kenapa nangis, El?" Nadin nampak panik.

"Keinget almarhum Bapak,"

"Yang sabar ya? Makanya, kamu jangan ngecewain Bapak kamu dengan kamu menjadi lemah. Buktikan, kalau kamu adalah wanita kuat,"

"Terimakasih, Nad, kamu selalu ada disaat aku membutuhkanmu." Aku memeluk sahabatku ini.

🌺🌺🌺🌺

Aku pulang dengan menenteng banyak belanjaan. Tapi saat kaki mau melangkah ke kamar, sudah ada mama mertua yang datang menghampiri.

"Dapat uang dari mana beli belanjaan sebanyak itu? Nggak ngerti kalau cari uang itu sulit?" Tanyanya.

"Intinya aku nggak minta uang dari Mas Angga, ini mutlak uang aku sendiri, Ma!" Tegasku.

"Halah, kalau bukan angga yang memberi, mau dapat uang dari mana? Nyolong? Nyopet? Atau jual diri?" Tanyanya.

"mama kalau mau ngomong di jaga ya? Tanyakan saja pada anak Mama, dia memberiku uang berapa!" Aku sangat kesal dengan tuduhannya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Isabella
mertua kayak gitu kasih sianida biar mampus wkwkwkwk
goodnovel comment avatar
sulastri tati
ternyataaa...anak dan ibu sama jahatnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status