Share

KETIKA SUAMIKU MENIKAH LAGI
KETIKA SUAMIKU MENIKAH LAGI
Penulis: Yunda Arsya

Bab 1. Gagal menikah

KETIKA SUAMIKU MENIKAH LAGI.

"Pernikahan ini tidak sah!" Aku berteriak lantang saat suamiku akan melakukan ijab Qabul.

"Kamu siapa? Kenapa tiba-tiba membuat keributan disini?" Tanya seorang perempuan, yang ku tafsir berumur setengah abad lebih.

"Aku istrinya Mas Angga, masih istri sahnya," jawabku sambil menunjukan buku nikah kami.

Semua yang ada di ruangan ini menatapku kaget, terlebih Mas Angga, dia tidak mengira kalau aku akan datang kesini.

"Kamu jangan ngaco, Mas Angga ini sudah lama ditinggal mati istrinya," ucap seorang perempuan yang duduk di samping suamiku.

Ku lemparkan buku nikah tepat berada di depannya.

"Kamu lihat sendiri kalau tidak percaya,"

Perempuan itu membolak balikkan buku nikah dihadapannya, dia nampak kaget setelah membukanya.

"Masih belum percaya?" Tanyaku.

"Mas, jadi perempuan ini istri sah mu?" Tanya perempuan itu pada Mas Angga tanpa menjawab pertanyaan ku.

"Aku bisa jelasin Sayang," ucap Mas Angga sembari memegang tangan perempuan itu.

"Tapi perempuan itu?" Katanya sambil menunjuk diriku.

"Kamu bilang aku mati, Mas? Jadi selama ini pengorbanan ku tak ada artinya buat kamu? Kamu bilang pada mereka kalau aku mati? Sungguh sangat disayangkan suamiku sendiri berkata seperti itu," aku berkata sinis sambil menghampirinya.

"Kamu pulang, jangan buat keributan disini," ucap Mas Angga sembari menggeret tangan ku keluar dari gedung pernikahannya.

"Aku nggak mau kalau pulang sendiri, aku maunya kamu juga ikut pulang dan membatalkan pernikahan ini," aku menatap matanya saat mengucapkan perkataan ini.

"Aku nggak bisa, aku harus meneruskan pernikahan ku, aku nggak bisa membatalkan pernikahan ku," ucap Mas Angga.

"Tapi kenapa, Mas? Aku nggak menginginkan seorang madu, apa selama ini aku kurang baik saat melayani mu? Apa aku kurang nurut? Apa aku seorang istri pembangkang?" Dengan berderai air mata aku bertanya pada suamiku.

"Jena sedang hamil anakku El, aku harus menikahinya," ucap Mas Angga pelan tapi mampu menusuk hatiku yang paling dalam.

Semua yang mendengar ucapan Mas Angga juga terlihat kaget. Terlebih Ibunya yang selama ini memang tak pernah menyukai ku.

"Ka-kamu tega Mas sama aku? Kamu tega tidur dengan wanita lain sampai dia hamil anakmu? Apa salahku sebagai istri selama ini Mas? Jawab! jangan diam saja," Aku benar-benar tidak percaya kalau Mas Angga sudah melakukan hal menjijikan seperti ini.

"Aku mencintainya, dia mantan aku sewaktu SMP dulu, dia cinta pertama aku," jawabnya tanpa ada rasa bersalah.

"Jadi selama ini kamu anggap aku apa?"

"Maaf El, aku mencintainya dan selama ini aku sudah berusaha untuk mencintaimu, tapi ternyata aku nggak bisa, rasa cintaku terhadap Jena terlalu besar, bahkan sampai saat ini rasa itu masih terus bersemayam di hatiku," jawab Mas Angga.

Aku tak mampu berkata apa-apa lagi, sampai sebuah tangan dengan kasar mendorongku dengan kuat, untung aku tidak sampai terjengkang.

"Jangan buat malu disini, lebih baik kamu pulang, kalau kamu tidak mau pulang, dengan terpaksa aku akan meminta angga menceraikan mu," ucap seseorang itu yang tak lain adalah ibu mertuaku sendiri.

"Silahkan kalau Ibu menginginkan aku untuk bercerai dari Mas Angga. Tapi itu tidak akan pernah terjadi, karena apa? Aku tengah mengandung anak Mas Angga, cucu ibu sendiri," ucapku pada Ibu mertua.

"Apa? Kamu hamil?" Ibu mertua nampak shock.

"Mas, istrimu hamil? Lalu bagaimana denganku, bagaimana dengan anak kita?" tanya wanita itu pada suamiku.

"Kamu jangan ngarang cerita, agar bisa membatalkan pernikahanku," ucap Mas Angga.

"Aku tidak pernah mengarang, Mas! Apa selama ini kamu pernah dengar aku berbohong?"

"Sudah, mending kamu cepat pergi dari sini, adanya persetujuan mu atau tidak, pernikahan ini tidak akan dibatalkan," ucap Ibu mertua.

"Baik, Bu. Semoga kalian berbahagia, tapi suatu saat, jangan pernah menyesali keputusan kalian ini," ucapku sambil melenggang pergi.

"Kita berjuang bersama, Nak. Mama akan selalu menyayangimu, menjagamu. Kamu baik-baik di dalam sini ya?" ucapku sembari mengelus perutku yang belum membuncit.

Aku tak pernah tahu, kenapa mama mertua begitu membenciku. Sebelumnya tidak seperti ini. Dulu waktu jadi pengantin baru, mama mertua terlihat menyayangiku, tapi semenjak papa mertua meninggal, sikap nya berubah drastis.

🌺🌺🌺

BRAK!!! Pintu kamar dibuka dengan kasar. Aku menoleh, Mas Angga datang dengan nafas memburu.

"Kamu menghancurkan semuanya, kamu membuatku tidak bisa bersatu dengan Jena!" ucap Mas Angga.

"Kok aku? Katanya tanpa persetujuanku kalian tetap melangsungkan pernikahan ini, kenapa jadinya aku yang disalahkan?"

"Kalau kamu tidak datang, kalau kamu tidak mengatakan siapa kamu sebenarnya, kalau...kalau tadi tidak ada kata hamil diluar nikah, sudah pasti Jena ada disini menemaniku. Tapi semuanya hancur! Dan itu karena kamu," ucap Mas Angga menyalahkan ku.

"Jadi Bapak Penghulu tadi tidak jadi menikahkan kalian? Bagus kalau begitu, berarti dia faham, kalau hamil diluar nikah, itu tidak bisa diijabkan, sampai anak itu terlahir di dunia," Aku tersenyum sinis.

"Kamu jangan sok alim, kamu harus ingat, dari mana asal mu dulu,"

"Kalau tahu aku bakal disakiti seperti ini, sudah pasti lamaran mu dulu ku tolak, Mas!"

"Argh, kamu sama saja seperti Bapak," ucapnya lalu melenggang pergi.

Aku sudah tidak peduli lagi dia mau kemana. Entah mengadu pada Ibunya atau siapa. Hatiku sudah mati rasa.

Ku fikir dia sama baiknya dengan bapak mertua, ternyata dia hanya cowok munafik.

🌺🌺🌺

"Ella, status mu sebagai menantu di rumah ini cuma sampai anak itu terlahir, sehabis itu, kamu harus angkat kaki dari sini," ucap ibu mertuaku pagi itu selepas Mas Angga berangkat kerja.

Mas Angga pulang ke rumah ini baru tadi pagi, lalu langsung bergegas kerja.

"Tapi kenapa, Bu?"

"Karena Jena yang akan menjadi nyonya di rumah ini," ucap Ibu mertua.

"Apa ibu nggak kasihan dengan cucu ibu, jika ibu mengusir ku?" aku tak pernah tahu cara berfikir ibu mertuaku ini. 

"Kalau kamu nggak mau pergi, kamu bisa tinggal disini, dengan syarat, kamu hanya berstatus asisten rumah tangga."

Aku menatapnya tak percaya. Terbuat dari apa hati ibu mertuaku ini. Apa salahku, sampai dia sebegitu bencinya terhadapku.

"Baik, kalau itu mau mu, Ibu."

Jangan harap aku akan diam saja jika nanti kalian menindas ku dan anakku.

"Bagaimana?" Tanya ibu mertua.

"Aku akan tetap tinggal disini, tetapi statusku tetap nyonya Angga bukan asisten rumah tangga," jawabku.

"Hal itu tidak akan pernah terjadi, karena Jena lah yang akan menjadi ratu di rumah ini. Bukan kamu, wanita kampung."

Ucapan Mama mertua terasa sangat menusukku. Tega sekali dia berbicara kepadaku.

"Terserah Mama saja. Kita lihat nanti, siapa nyonya sesungguhnya di rumah ini."

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Isabella
jengkel aku toko utama hrs tegas
goodnovel comment avatar
sulastri tati
jahat!!!!pengen diracun aja mertua seperti itu
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
klu kamu cerdas dan berani lawan ketidakadilan itu. tapi klu kamu dungu dan bermental kerupuk maka terima aja nasib mu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status