Share

ERLAN & RANIA [45]

last update Last Updated: 2025-05-13 09:37:04

"Ni! Ganti plester di jidat lu!" kata Rania sambil menyodorkan sebuah plester yang masih terbungkus rapih.

Erlan melihatnya sekilas, kembali membuang pandangannya. "Gue enggak perlu itu!" tegasnya seraya mengibaskan tangan.

"Enggak usah sok perhatian! Gue enggak butuh. Pergi sana!" tegasnya lagi, tanpa melirik Rania.

Rania masih berada di posisinya, tampak menghela napas panjang. "Mommy yang suruh gue buat kasih ini ke lu!"

Erlan tak menggubrisnya. Tetap memalingkan wajahnya, seolah-olah Rania tidak ada di sana.

Rania kembali menghela napas panjang. Sepagi ini, dia harus meredam emosinya, demi satu cowok ngeselin yang keras kepala. Seandainya bukan karena permintaan Desi, Rania sangat tidak mungkin memberikan sesuatu kepada cowok.

Rania meletakkan plester itu di atas meja dan sedikit menggebraknya.

"Ni, plaster! Terserah lu mau pake atau enggak! Gue cuma ngejalanin apa yang seharusnya gue jalanin!"

Selanjutnya dia melenggang pergi dari sana. Kembali duduk di kursinya. Tindakannya me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [46]

    Entah dari mana Erlan datang. Kedatangannya mengejutkan Rania dan Ravi.Dia secara terang-terangan mendorong hadiah tersebut dengan kasar sehingga jatuh ke tanah. Ravi terperangah untuk beberapa saat."Erlan?" Rania tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, sedangkan Ravi masih diam."Erlan ... Ka-mu di si-sini. Bagaimana bi-sa?" tanya Rania terbata-bata. Wajah ketakutan tidak bisa dia sembunyikan, persis maling yang kepergok habis mencuri ayam warga.Erlan tidak menjawab, dia langsung menarik pergelangan tangan Rania sambil menjatuhkan tatapan tajam penuh kemarahan, yang bisa Rania rasakan."Tunggu!" Ravi menahan tangan Erlan yang satunya.Dia yang merasa tidak bersalah, malah sedikit kesal karena hadiahnya dibanting tanpa sebab, tampak menatap Erlan penuh tanda tanya."Minggir dari jalan gue!" tegas Erlan tanpa menyembunyikan kemarahannya."Maaf? Apa salah saya sampai-sampai kamu menjatuhkan hadiah saya?" tanya Ravi polos. Dia bukannya tidak ingat, tetapi Ravi merasa harus mengeta

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [45]

    "Ni! Ganti plester di jidat lu!" kata Rania sambil menyodorkan sebuah plester yang masih terbungkus rapih.Erlan melihatnya sekilas, kembali membuang pandangannya. "Gue enggak perlu itu!" tegasnya seraya mengibaskan tangan."Enggak usah sok perhatian! Gue enggak butuh. Pergi sana!" tegasnya lagi, tanpa melirik Rania.Rania masih berada di posisinya, tampak menghela napas panjang. "Mommy yang suruh gue buat kasih ini ke lu!"Erlan tak menggubrisnya. Tetap memalingkan wajahnya, seolah-olah Rania tidak ada di sana.Rania kembali menghela napas panjang. Sepagi ini, dia harus meredam emosinya, demi satu cowok ngeselin yang keras kepala. Seandainya bukan karena permintaan Desi, Rania sangat tidak mungkin memberikan sesuatu kepada cowok. Rania meletakkan plester itu di atas meja dan sedikit menggebraknya."Ni, plaster! Terserah lu mau pake atau enggak! Gue cuma ngejalanin apa yang seharusnya gue jalanin!" Selanjutnya dia melenggang pergi dari sana. Kembali duduk di kursinya. Tindakannya me

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [44]

    "Ni! Ganti plester di jidat lu!" kata Rania sambil menyodorkan sebuah plester yang masih terbungkus rapih.Erlan melihatnya sekilas, kembali membuang pandangannya. "Gue enggak perlu itu!" tegasnya seraya mengibaskan tangan."Enggak usah sok perhatian! Gue enggak butuh. Pergi sana!" tegasnya lagi, tanpa melirik Rania.Rania masih berada di posisinya, tampak menghela napas panjang. "Mommy yang suruh gue buat kasih ini ke lu!"Erlan tak menggubrisnya. Tetap memalingkan wajahnya, seolah-olah Rania tidak ada di sana.Rania kembali menghela napas panjang. Sepagi ini, dia harus meredam emosinya, demi satu cowok ngeselin yang keras kepala. Seandainya bukan karena permintaan Desi, Rania sangat tidak mungkin memberikan sesuatu kepada cowok. Rania meletakkan plester itu di atas meja dan sedikit menggebraknya."Ni, plaster! Terserah lu mau pake atau enggak! Gue cuma ngejalanin apa yang seharusnya gue jalanin!" Selanjutnya dia melenggang pergi dari sana. Kembali duduk di kursinya. Tindakannya me

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [43]

    Setengah jam kemudian. Desi sudah sampai di rumah setelah mendapat kabar dari Aldo. Buru-buru dia masuk ke rumah. Di ruang tengah, Erlan dan yang lainnya berada di sana. "Gue obatin luka lu," kata Aldo mencoba untuk memberikan obat merah ke wajah Erlan yang babak belur. "Enggak usah!" tegas Erlan sambil menepis tangan Aldo. Sementara itu. "Erlan!" teriak Desi, langsung menghampiri sang putra yang duduk di sofa. Aldo pun beranjak bangun, kemudian mundur beberapa langkah ke belakang, membiarkan ibu dan anak itu saling bertemu. "Apa yang terjadi? Kata Aldo, kamu mengalami kecelakaan. Bagaimana bisa?" tanya Desi penuh kekhawatiran sambil meraba-raba wajah Erlan yang babak belur akibat berduel dengan Aldo siang ini. "Erlan nabrak pohon, Tan," timpal Aldo cepat. "Apa? Dia nabrak pohon?" Rania menutup mulutnya dengan kedua tangan, hampir kelepasan, menertawakan Erlan yang baru saja mengalami musibah. Semua orang meliriknya sekilas, sedangkan Rania tersenyum canggung, merasa bersala

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [42]

    "Erlan ..." Desi memelas saat jarak antara dirinya dan sang putra kurang lebih lima meter.Erlan menoleh, tidak jadi naik motor. Tatapannya kembali menyala, menggambarkan api kemarahan yang sulit untuk dipadamkan."Ayo, Nak. Kita pulang." Desi memohon. "Mommy akan temani kamu. Kita pulang, yuk!" bujuknya kemudian mendekat.Erlan membuang pandangannya seraya menyeringai sinis dan menghela napas berat. "Mommy ngapain si ke sini segala? Ngapain Mommy nyariin aku? Selama ini, Mommy enggak pernah peduli sama aku!" "Mau aku enggak pulang satu bulan sekalipun, Mommya enggak pernah tuh nyariin aku.""Jangan ngomong gitu, Sayang. Mommy sangat menyayangi kamu, Nak. Mommy peduli. Setiap saat Mommy peduli kepada kamu, Nak. Hanya saja kamu tidak bisa merasakan kasih sayang Mommy."Rania memerhatikan pasangan ibu dan anak itu dari kejauhan. Di sini, dirinya melihat bagaimana seorang ibu sedang mengemis belas kasian dari anaknya. Meminta putranya untuk pulang ke rumah. Namun, tanggapan anaknya sep

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [41]

    [Roy! Cerita cari Erlan. Dia pergi dari rumah dalam keadaan marah.][Dia juga habis berduel dengan Aldo. Tolong kamu cari dia sampai ketemu. Saya takut dia kenapa-kenapa.] Ucap Desi cemas, dengan seseorang yang ada di ujung sambungan telepon.[Erlan tidak membawa ponselnya. Tolong kau lacak dan temukan keberadaannya bagaimanapun juga!] cerocos Desi.[Baik, Nyonya. Saya akan cari keberadaan Tuan Muda. Nyonya tenang saja.]Tak lama kemudian, sambungan telponnya berakhir. Tangannya bergetar saat menggengam benda pintarnya. Desi kemudian menghubungi nomor yang lain. Cukup lama ia menunggu, hanya terdengar dering kecil di sana.Wanita empat puluhan tahun yang masih tampak muda itu, mencoba menghubungi Aldo kembali. Kali ini ada yang menjawabnya.[Aldo! Tolong Tante. Erlan pergi dari rumah dengan penuh kemarahan. Dia naik motor tanpa membawa ponselnya.][Tante sangat takut dia kenapa-kenapa di jalan. Tolong cariin Erlan ya, Aldo. Tante mohon.][Astaga, Tan.][Ok, Tante. Aldo akan cari Erla

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [40]

    "Erlannnn! Cukup, Nak!" teriak Desi sangat kencang."Apa, Mom? Kenapa Mommy halangi Erlan buat mengatakan semuanya? Kenapa, Mom? Apa Mommy malu untuk mengakui, kalau pria bodoh itu, lebih mencintai istri orang ketimbang istrinya sendiri?" Suara Erlan tidak kalah menggebu-gebunya dari Desi. "Erlannnn!!!" Desi kembali berteriak.Rania mengangkat kepalanya. Menatap Desi yang sedang menatap nanar putra semata wayangnya. Gadis mungil itu, sedikit menebak bahwa pria bodoh yang disinggung Erlan, tidak lain adalah Tuan Davian, yang sudah tiada."Mommy, kenapa nutupin kebenarannya dari dia? Erlan tahu, Mommy pasti mau bilang kan, kalau wanita yang melahirkan dia, bukanlah plakor!" tunjuk Erlan, menatap Rania penuh dendam yang membuncah di dalam dada.PLAAAAAKKKK...Satu hamparan keras mendarat sempurna di pipi Erlan. Desi yang telah melakukannya. Saking kencangnya tamparan sampai meninggalkan bekas nyeri dan merah."Cukup! Mommy, sudah katakan! Cukup! Apa yang kamu tahu, tidaklah benar! Kebe

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [39]

    "Akhirnya, setelah empat tahun berjuang, Ayahnya Erlan mampu mewujudkan impiannya. Dia berhasil membangun sebuah bisnis yang sejak lama diinginkannya," kata Desi, memulai kembali ceritanya."Apa selama itu, Mommy terus mendampinginya?" tanya Rania penasaran.Desi mengangguk pelan, "iya, Sayang. Selama itu juga, kami tidak mengetahui kabar tentang Bundamu di sana. Dia seolah-olah telah hilang dari kehidupan kami. Tidak ada yang membahas tentang Bundamu lagi. Walaupun begitu, cinta yang ada di dalam hati Tuan Davian untuk Bundamu tidak sedikitpun berkurang."Desi kembali menghela napas berat. Selang beberapa detik, dia pun tersenyum tipis. Tatapannya seolah sedang menyusun kepingan ingatan yang hampir ia lupakan."Apa Mommy pernah merasa cemburu saat itu? Padahal kan yang menemani Tuan Davian adalah Mommy dan bukan Bundaku, tetapi mengapa dia terus mencintai seseorang yang mungkin sama sekali tidak pernah memikirkannya?" Pertanyaan Rania membuat Desi kembali mengukir senyuman tipis. Di

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [38]

    Kira-kira satu jam kemudian. Desi mengajak Rania untuk keluar kamar, meninggalkan Erlan di sana untuk bisa beristirahat."Maafkan Mommy, Sayang. Tidak sepatutnya kamu melihat semua ini." Desi memelas sambil menggenggam tangan Rania penuh rasa penyesalan.Rania menggeleng, "enggak, Mom. Mommy enggak salah sama sekali dalam hal ini."Sekarang giliran Desi yang menggelengkan kepalanya. "Enggak, Sayang. Mommy salah besar. Seharusnya sejak awal Mommy katakan semua ini, tetapi Mommy malah menyembunyikannya dari kamu."Desi bahkan tidak memiliki keberanian untuk menatap kedua mata menantunya. Begitu malu dan hancur harga dirinya, ketika sosok asli putra semata wayangnya terlihat oleh Rania. "Seperti inilah Erlan. Setiap kali dia merasa marah, maka dia akan mengajak orang lain untuk berduel, hingga salah satu dari mereka ada yang tumbang. Erlan belum mau selesai, jika dari duel ini belum ada yang terluka parah. Sering kali, dia yang mengalami kekalahan," ungkap Desi dengan suara bergetar."E

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status