KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU

KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU

last updateLast Updated : 2025-04-11
By:  Titik Balik AuthorOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
42Chapters
1.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Rania tinggal bersama Ibu Tirinya yang kejam. Suka memerintah seenak jidat. Bahkan dia memaksa Rania untuk menikah diusianya yang masih belia. Vera menginginkan Rania menikah dengan anak temannya, semata-mata demi mendapatkan uang maskawin yang diberikan. Rania terpaksa menikah dengan Erlan. Ketua OSIS sekaligus geng motor yang ditakuti. Di lain sisi, Rania pun dicintai oleh Ravi, Dokter ganteng yang dulu merawat Ayahnya Rania ketika sakit. Lantas seperti apa kehidupan Rania? Akankah dia tetap mempertahankan pernikahannya dengan Erlan atau berpaling kepada Ravi?

View More

Chapter 1

1. IBU TIRI YANG KEJAM

"Ini uang lima puluh ribu! Kamu pergi ke pasar, beli daging, telor, sayur, ikan, cabe, bawang, pake uang ini!" tegas wanita itu, seraya memberikan uang kertas pecahan lima puluh ribu, kepada seorang gadis belia, berstatus anak dari mendiang suaminya.

"Apa? Belanja sebanyak itu, cuma dikasih lima puluh ribu?"

Rania Mikaila, yang biasa dipanggil Rania pun menganga, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Di tangannya sekarang, ada uang lima puluh ribu. Wanita dewasa yang lebih pantas disebut Nenek sihir itu, berstatus ibu di atas kertas baginya. Ia memberikan uang tersebut untuk membeli keperluan dapur.

Ongkos ke pasarnya saja sepuluh ribu, untuk satu kali balik. Kalau bolak balik, berarti dua puluh ribu, sisa tiga puluh ribu, sedangkan uang yang diberikan lima puluh ribu dan harus bisa membeli daging, telur dan lainnya.

Wanita itu masih waras atau sudah kelewat gila?

"Iya! Memangnya kenapa dengan uang segitu? Bukankah cukup untuk membeli daging, telur dan lainnya? Kamu kan pintar ... Seharusnya kamu bisa menggunakan uang ini untuk membeli keperluan dapur. Mengerti?"

Rania kembali memandangi uang kertas berwarna biru itu. Membeli daging, telur, sayuran dan lainnya, dengan uang lima puluh ribu, bagaimana bisa?

Harga daging saja sudah seratus ribu lebih. Belum lagi, telur, satu kilonya saja sudah tiga puluh ribu, lalu sayuran, cabai, bawang dan lainnya. Saat ini harga bahan pokok sedang naik semua. Apa bisa, memenuhi kebutuhan dapur hanya dengan uang pas-pasan? Bukan pas, melainkan kurang banyak.

Rania bertanya-tanya, sebenarnya wanita yang dipanggilnya ibu itu, ingin dirinya berbelanja atau merampok di pasar? Banyak maunya, tapi enggan untuk keluar modal.

"Rania!" teriaknya keras.

Rania tersadar dari lamunan. Memasang wajah datar dan masih terperangah. Isi kepalanya sedang berputar, mencari cara untuk memecahkan masalah ini. Bisa kah uang ini disobek-sobek, lalu diberikan ke pedagang di pasar, untuk ditukarkan daging dan bahan pokok lainnya?

"Jangan diam aja! Sudah sana pergi ke pasar, mumpung masih pagi! Sayurannya juga pasti masih segar-segar!" perintahnya semudah membalikkan telapak tangan.

"Satu hal lagi. Kalau masih ada sisanya, kamu beli kopi ya. Stok kopi di rumah sudah habis!"

"Lagi?" Rania menganga untuk yang kedua kalinya.

"Iya. Memangnya kenapa? Seharusnya uang segitu masih ada lebihnya, kalau kamu bisa menggunakan uang itu dengan baik!" tunjuknya pada selembar uang pecahan lima puluh ribu yang ada di tangan Rania.

"Daging saja harganya seratus ribu. Sedangkan uang yang kubawa lima puluh ribu. Sebenarnya ibu ingin aku belanja, atau merampok bank?"

Rania kehabisan kata-kata. Tidak tahu jalan pikiran ibunya seperti apa? Mungkin beli tahu tempe dan sayur, masih cukup dengan uang lima puluh ribu. Sedangkan yang dimau adalah membeli daging. Apa harus dirobek menjadi dua bagian terlebih dahulu kah, supaya nominalnya berubah menjadi seratus ribu?

"Itu, bukan urusan ibu! Pokoknya kamu pulang harus mambwa daging, telor, sayur dan lainnya. Titik!"

Selepas berkata demikian, dia langsung pergi. Meninggalkan Rania yang masih terpaku di posisinya.

Memikirkan bagaimana caranya mendapatkan daging dengan uang lima puluh ribu saja, sudah membuat kepalanya pusing. Apa lagi harus membeli keperluan lainnya, makin tampah pusing kepalanya. Seperti balon yang sewaktu-waktu bisa saja pecah tanpa terduga.

Rania menghela napas panjang. "Seandainya Ayah masih hidup, mungkin aku tidak akan bernasib sial seperti ini ..."

"Dia tidak pantas disebut seorang ibu, lebih pantas disebut Mak Lampir. Nenek Sihir. Wewe Gombel, atau semacamnya. Pokoknya lebih serem dari mereka," cibirnya cukup keras.

"Seandainya wanita iblis itu, masih ada di sini, mungkin ia akan mengamuk seperti gajah yang kelaparan," lanjutnya mengeluarkan unek-unek yang sedari tadi tertahan di dalam hati.

"Kenapa, Ayah mau nikah sama perempuan jahanam kayak dia si? Percuma punya rumah besar, kalau di dalamnya seperti berada di neraka!"

Huft ...

Rania merasa sangat emosional saat ini. Ingin kabur detik ini juga. Akan tetapi, kemana dia harus pergi? Ia tidak lagi memiliki siapa-siapa. Orang tua kandungnya sudah tiada semua.

"Hei, anak pemalas! Kenapa belum jalan? Cepat sana pergi ke pasar!" perintah wanita itu dari lantai dua.

Rania mendongak, "iya, Nenek Sihir, bawel!" jawabnya penuh kekesalan.

Setelah mengatai wanita itu dengan sebutan 'Nenek Sihir' barulah Rania melenggang pergi. Suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja saat ini.

***

DUA JAM KEMUDIAN.

Rania sudah keluar dari pasar. Dia membawa tas belanja yang terbuat dari anyaman bambu. Di dalam tas jinjing itu, sudah ada beberapa keperluan dapur yang berhasil ia dapatkan.

Ketimbang harus memikirkan semua keinginan Nenek Sihir itu, Rania lebih memilih membeli bahan pokok yang benar-benar diperlukannya. Tidak perlu mahal, asalkan bisa membuat perut kenyang. Itu sudah lebih dari cukup.

"Mana ya angkotnya?" Rania melihat sisi kiri dari posisinya berdiri.

Sudah lebih lima belas menit dia berdiri di sana, menunggu angkot yang tak kunjung lewat.

Jalan kaki pun percuma. Jarak dari pasar ke rumahnya cukup jauh. Lebih dari tiga puluh menit dengan naik angkot. Itupun jika angkotnya tidak berhenti lama menunggu penumpang. Istilahnya 'ngetem'.

BRUSSSHH!

Mobil sport mewah melaju cepat. Pagi ini turun hujan cukup deras, sehingga ada genangan air tepat tidak jauh dari tempat Rania berdiri.

Bekas genangan itu menyembur cukup kuat, hingga membuat baju Rania basah dan kotor setelahnya.

"Woi! Orang gila! Punya mata enggak! Kencang aja bawa mobilnya!" teriak Rania mengomel.

Tidak terima, pakaiannya menjadi basah dan kotor akibat genangan air yang menyiprat tadi.

"Gue juga punya mobil! Enggak gitu-gitu juga kali bawa mobilnya!"

"Gue, sumpahin. Biar nabrak pohon lu! Biar lu enggak bisa lagi nyetir!"

Sudah saking kesalnya, sumpah pun terucap, lolos begitu saja tanpa cela dari mulutnya. Sedangkan mobil yang tadi ngebut itu, telah hilang dari pandangan. Pengemudinya pasti tidak tahu, bahwa ia telah mendapat sumpah buruk dari seorang gadis yang teraniaya.

Suasana hati Rania sedang buruk saat ini. Apapun yang keluar dari mulutnya, adalah bentuk kekesalan.

Selang beberapa menit, mobil angkot yang ditunggu-tunggu pun muncul juga.

Kalau lagi apes, memang begitu. Kudu marah-marah dulu, baru hilang kesalnya.

***

Sesampainya di rumah. Rania langsung memberikan tas belanjanya kepada wanita berstatus ibu di atas kertas itu.

"Apa ini?!" Kali ini giliran wanita itu yang melotot.

Tas belanja itu ia banting, sehingga isinya keluar sebagian.

"Ibu minta kamu beli daging kan? Terus mana dagingnya? Kenapa kamu beli tahu?" teriaknya sangat keras, sampai urat-urat lehernya menegang.

"Tahu juga kan daging ... Daging tanpa tulang ..." Rania tersenyum kecil dan menjawab dengan enteng.

"Kalau ibu ingin makan telur. Makan aja tuh telor cicak. Aku udah beli ni." Kemudian dia mengeluarkan satu bungkus permen warna warni, yang bentuknya menyerupai bentuk telur cicak.

BRAK!

Dia menepis tangan Rania cukup keras, sehingga permen itu terlepas, terlempar dan jatuh ke lantai.

Rania berdengus kesal. Matanya melotot untuk yang kesekian kalinya di pagi ini.

"Kamu jangan bercanda! Ibu berikan uang itu, untuk kamu belanja! Bukan untuk main-main!" Dia membentak dan memarahi putri sambungnya itu.

Rania diam. Padahal dia sudah capek-capek pergi ke pasar untuk membeli keperluan dapur, bukannya disambut dengan baik, malah dimarahi, seolah-olah dalam hal ini, dirinya yang paling bersalah.

"Terserah ibu saja lah! Aku sudah pusing, mendengar keinginan gila ibu! Sebaiknya aku ke kamar dan mengganti bajuku yang kotor!"

Rania menulikan pendengarannya dan melenggang pergi. Kepalanya bisa-bisa pecah beneran, kalau terus-terusan ada di dekat ibunya.

"Sungguh, sial sekali nasibku hari ini. Disuruh beli daging, pake uang lima puluh ribu. Sudah dibelikan daging, malah dimarahi. Sebenarnya di mana letak kesalahanku, Ya Tuhan?"

Dia menggerutu sepanjang jalan menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua.

"Ya Tuhan. Semoga Mak Lampir itu, cepat mendapatkan hidayah atau setidaknya berikan dia otak untuk berpikir," kata Rania sengaja meninggikan suaranya, supaya wanita itu dapat mendengarnya.

"Apa katamu? Kamu kira, ibumu ini tidak memiliki otak, ah?"

Rania berbalik badan, "ups ... Jadi, ibu mendengar perkataanku." Dia menutup mulutnya dengan sebelah tangan, sengaja mengejek ibu tirinya.

"Ya, bagus deh. Kalau ibu denger. Seenggaknya aku enggak ngomongin ibu di belakang, tapi di depan. Hahaha."

Dia tertawa keras, seraya mengayunkan kakinya, menaiki anak-anak tangga. Suasana hatinya sedikit lega dan puas, saat melihat wajah kesal ibu tirinya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
NACL
lanjut lagi dong Kak author seger nih bacanya ◉⁠‿⁠◉
2024-09-28 09:44:19
2
42 Chapters
1. IBU TIRI YANG KEJAM
"Ini uang lima puluh ribu! Kamu pergi ke pasar, beli daging, telor, sayur, ikan, cabe, bawang, pake uang ini!" tegas wanita itu, seraya memberikan uang kertas pecahan lima puluh ribu, kepada seorang gadis belia, berstatus anak dari mendiang suaminya. "Apa? Belanja sebanyak itu, cuma dikasih lima puluh ribu?"Rania Mikaila, yang biasa dipanggil Rania pun menganga, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Di tangannya sekarang, ada uang lima puluh ribu. Wanita dewasa yang lebih pantas disebut Nenek sihir itu, berstatus ibu di atas kertas baginya. Ia memberikan uang tersebut untuk membeli keperluan dapur. Ongkos ke pasarnya saja sepuluh ribu, untuk satu kali balik. Kalau bolak balik, berarti dua puluh ribu, sisa tiga puluh ribu, sedangkan uang yang diberikan lima puluh ribu dan harus bisa membeli daging, telur dan lainnya. Wanita itu masih waras atau sudah kelewat gila?"Iya! Memangnya kenapa dengan uang segitu? Bukankah cukup untuk membeli daging, telur dan lainnya? Kamu kan pinta
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more
2. DITAWARI JADI MENANTU
Hari berikutnya. Rania keluar kamar dengan menghela napas panjang. Hari libur sekolahnya hanya dihabiskan dengan keluar masuk kamar saja. "Ini, uang belanja hari ini!" tegas Vera, wanita empat puluh tahun, yang berkuasa di rumah ini. "Kamu beli daging, telor sama sayuran di pasar! Uang ini harus cukup membeli semua keperluan dapur. Jangan sampai tidak! Mengerti kamu!" tambah Vera menjatuhkan perintah disertai tatapan serius. Rania menganga saat Vera menyodorkan uang lembaran pecahan lima puluh ribu dan segudang keinginan yang harus diwujudkannya. "Kali ini kamu jangan main-main lagi! Sampai kamu mempermainkan Ibu lagi, maka Ibu akan memotong uang jajan sekolah kamu!" ancam Vera. Kali ini, dia lebih ngotot dari sebelumnya. Semata-mata untuk bisa mengatur Rania agar mau menuruti kemauannya.Rania menggenggam uang lima puluh ribu itu. Lagi-lagi, dia harus dihadapkan dengan situasi yang sama seperti kemarin.Kenapa harus serumit ini nasibnya? Kehidupan yang harus dijalani seperti di n
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more
3. SUASANA HATI YANG BURUK
PLAAAKKKKKK ...Tamparan keras mendarat di pipi Rania. Saking kencangnya, sampai meninggalkan bekas merah di sana.Rania menyentuh pipinya yang terasa nyeri, seraya menyeringai kecil. "Sudah, Jeng Vera, cukup. Jangan, dilanjutkan. Kasian Rania, Jeng." kata wanita itu, mencoba untuk melerai pertikaian antara Vera dan Rania. Dia merasa tidak enak hati, melihat pasangan ibu dan anak itu saling melukai. Lagi-lagi Rania tersenyum miring. "Enggak usah masang muka polos kayak gitu, Tan. Aku udah tahu, pikiran kotor kalian. Tante, membeliku, untuk dijadikan budak di club malam kan? Iya kan, Tante?" sungutnya, memberi tuduhan yang tidak dilandasi bukti kuat."RANIA! CUKUP!" teriak Vera kembali. Lama-lama dia muak dengan perkataan Rania yang kurang ajar. "Berhenti berpikir yang bukan-bukan! Minta maaf cepat, ke Tante Desi!" Vera meninggikan suaranya. Alih-alih menuruti perintah Vera, Rania malah menyelengos, memasang wajah tidak sedap dipandang. Setelah itu, dia lari begitu saja dari ruang
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more
4. PERTEMUAN DENGAN CALON SUAMI?
Di dalam kelas 12 A."Ran, cowok tadi kayaknya anak baru deh. Soalnya dari seragam sekolahnya itu loh, beda sama seragam sekolah kita," bisik Eva pada teman sebangkunya, yang tidak lain adalah Rania."Terus, gue harus bilang wow gitu?" jawab Rania dengan tatapan malas.Eva menyunggingkan bibir bagian atasnya. "Teriak aja sekalian, Ran. Gue ikhlas. Enggak bakalan gue cegah lu, seandainya lu suka sama tuh cowok," celetuknya mencoba menghibur Rania supaya tidak jeles.Alih-alih mengubah suasana hati temannya, Rania malah semakin ngamuk. Dia menjatuhkan tatapan horor, yang mengerikan."Dih, najis! Ogah, gue suka sama cowok kayak dia. Berandalan kayak gitu. Malas banget gue. Mending gue jomblo seumur hidup, dari pada harus suka sama dia. Ih ...""Hust, jangan ngomong kayak gitu, Ran. Entar, Tuhan, denger doa lu gimana? Bukannya jomblo seumur hidup, lu malah nikah sama tuh cowok, terus bucin akut. Gimana, Ran?"Eva mencoba menakut-nakuti. Namun, Rania tidak semudah itu terhasut dengan ucap
last updateLast Updated : 2024-09-17
Read more
5. KEPUTUSAN DESI
"Jadi, kalian sudah saling kenal?" tanya Desi sambil menatap bergantian Erlan dan Rania."Bukan kenal lagi, tapi sangat kenal, Mom. Dia itu, cewek ngeselin di sekolah," adu Erlan seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan menatap sinis Rania."Maksudnya ngeselin apa, Sayang? Mommy enggak paham deh." Desi begitu penasaran dengan arti ucapan Erlan. Ditatapnya dua remaja belia yang usianya tidak terpaut jauh itu."Dia hampir nabrak aku, Tan," timpal Rania cepat, sebelum Erlan sempat menjawab pertanyaan Desi. Dia sedikit mengangkat bahunya, menunjukkan kesan tantangan kepada Erlan secara terbuka."Apa?" Desi cukup terkejut mendengar pengakuan Rania."Woi, cewek ngeselin. Mana ada seperti itu. Lu nya aja yang jalan enggak pake mata," tunjuk Erlan dengan nada kesal dan kasar."Erlan! Jaga bicaramu!" bentak Desi sedikit keras."Apa, Mom? Aku enggak salah, dia yang salah! Udah tahu, ada motor mau lewat, tetap aja dia jalan!" Erlan meninggikan suaranya, membela dirinya di hadap
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more
6. SETELAH RESMI
SATU BULAN KEMUDIAN.Erlan dan Rania pun telah resmi menikah. Namun, pernikahan tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan dihadiri dua keluarga inti serta Ketua KUA saja. Hal itu dilakukan semata-mata agar pihak luar tidak mengetahui pernikahan tersebut, terutama dari pihak sekolah dan teman-teman Rania maupun Erlan.."Lu tidur di lantai, gue tidur di kasur!" tegas Erlan dengan tatapan serius. Rania menganga, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Lu tenang aja. Gue punya kasur cadangan di lemari. Pake aja tuh, biar lu enggak kedinginan," sambung Erlan masih dengan gaya arogannya. Kendati demikian dari kalimat yang digunakan, ada makna perhatian di baliknya. Rania menghela napas panjang, sebelum akhirnya dia mengangguk pelan.Kamar ini telah dihias selayaknya taman. Ada kelopak bunga mawar menghiasi lantai serta tempat tidur. Kata orang, ini adalah malam pertama, malam yang sangat indah bagi sepasang pengantin baru. Namun, bagi Rania, ini adalah malam yang menjadi awal
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more
7. ERLAN IDOLA DI KELAS
Hari berikutnya. Rania pun telah sampai di sekolah lebih dulu. Sedangkan Erlan beberapa menit setelahnya. Keduanya datang dengan kendaraan berbeda. Rania turun dari angkutan umum, sedangkan Erlan dengan motornya. Ketika berpapasan pun, baik Rania maupan Erlan sama-sama bersikap seolah tidak saling melihat. Keduanya sudah sama-sama sepakat, untuk tidak saling menyapa, meskipun status yang dijalani sekarang telah sah menjadi suami istri."Rania tralalala!" Rania menghentikan langkahnya. Suara serta panggilan itu, sangat ia kenali. Ya, siapa lagi kalau bukan Eva. "Gue udah bilang. Jangan panggil gue dengan sebutan Rania tralalala," dengusnya kesal.Rania kembali mengayunkan kakinya. Mengabaikan Eva yang mengekor di belakangnya Sementara itu, Erlan telah memarkirkan motornya di temlat seharusnya. Kedua matanya sempat menangkap pergerakan Rania di sana."Erlannn!!!" Dua gadis centil menghampiri Erlan yang baru saja melepaskan helmnya.Remaja tampan yang selalu bersikap dingin itu, men
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more
8. KESENANGAN RANIA
JAM KEDUA PELAJAR."Lan, lu mau kemana?" tanya Andri, salah satu murid kelas 12 A, menegur Erlan yang berjalan berlawanan arah.Erlan menoleh."Lu enggak mau ke lapangan? Ada pertandingan voli tuh, kelas kita lawan kelas sebelah." Andri menjelaskan dengan antusias.Erlan tidak berkomentar."Udah, enggak usah banyak mikir!" Andri langsung saja menarik tangan Erlan, mengajaknya untuk pergi ke lapangan, tempat para murid berkumpul untuk menyaksikan pertandingan bola voli, kelas A melawan kelas B.Erlan tidak menolak. Namun, dia cukup kesal lantaran orang lain menyentuh tangannya seenak jidat."Lu harus lihat pertandingan ini. Kelas kita enggak pernah kalah dari kelas manapun," kata Andri begitu semangat."Rania paling jago di kelas kita," tambahnya terdengar begitu membanggakan Rania, yang tidak lain adalah istrinya Erlan. Mendengar nama Rania disebut, Erlan pun langsung menarik tangannya. Andri cukup terkejut. "Kenapa, Lan" tanya Andri penasaran."Gue enggak suka voli." Erlan berkata
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more
9. KE BIOSKOP
"Mau pergi kemana, Sayang?" tegur Desi, ketika melihat Rania menuruni anak-anak tangga. Terlihat penampilan Rania begitu rapih dan berdandan cantik.Biasanya Rania hanya berdandan biasa, polesan make up tipis-tipis saja. Malam ini, sepertinya ada hal spesial. "Itu, Tan ... Aku mau pergi sama teman," jawab Rania beralasan."Kok masih panggil Tante si? Panggil Mommy dong. Sekarang kan, kamu udah jadi anak Mommy." Desi memprotes sikap Rania yang menurutnya masih saja formal dan kaku."Heum ... I-ya, Mommy, maaf."Rania mengangguk dan canggung, merasa kikuk karena sebenarnya dia belum terbiasa menggigil Desi dengan sebutan 'Mommy," sebagaimana seharusnya. "Iya, Sayang. Enggak apa-apa. Jangan diulangi ya. Kamu harus sudah terbiasa, dengan panggilan itu. Sekarang kan kita sudah berkeluarga. Anggap saja, Mommy adalah Ibu kandung kamu."Desi meraih kedua tangan Rania, menggenggamnya erat dan tersenyum hangat."Iya, Mommy."Lagi-lagi Rania hanya bisa tersenyum canggung. Sungguh keadaan yang
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more
10. BALAPAN
"Woi, Bro!" teriak seseorang dari kejauhan, sambil melambaikan tangan.Erlan yang baru memasuki tempat hiburan malam itu, lantas menghampiri rekannya yang ada di sana."Gimana kabar lu?" tanya Aldo, sambil melakukan tos persahabatan, yang biasa dilakukannya bersama Erlan.Biasa lah, anak muda. ABG zaman sekarang. "Enggak ada baik-baiknya kabar gue," jawab Erlan sedikit malas. Dia lantas duduk di sofa, menyandarkan punggungnya ke titik ternyaman. Kepalanya mendongak, pikirannya kacau balau. Hari-harinya semakin ruwet, dengan kehadiran Rania. Semakin membuatnya tidak betah berada di rumah. "Iya, kah? Apa nyokap lu maksa buat ngelakuin sesuatu lagi?" tanya Aldo penasaran seraya duduk menemani rekannya yang sedang gundah gulana itu."Hooh. Pusing kepala gue, pengen pecah rasanya." Erlan tidak menutupi kekesalannya. Kendati demikian , dia tidak akan mau membahas soal Rania di depan Aldo. Bisa kacau semua rahasianya.Aldo mengelus dagunya, sedang memikirkan sebuah rencana yang mampu meng
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status