Share

ERLAN & RANIA [52]

last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-26 08:50:37

Selama perjalanan tidak ada pembicaraan di antara keduanya. Baik Erlan maupun Erlan sama-sama diam membisu. Rania bahkan ragu untuk menyentuh bahu suaminya. Padahal bersentuhan tidaklah dilarang.

Hihihi ...

Dia berpegangan pada besi jok belakang. Sementara Erlan fokus pada jalanan. Tidak ada niat juga untuk meminta Rania memeluknya.

Masih malu-malu kucing judulnya ni.

Eaeaeae ...

Rania menatap serius punggung Erlan. Angin dari mana, sampai membuat suaminya bersikap baik seperti sekarang ini? Pikir Rania.

Sementara itu, Erlan melihat Rania dari balik kaca spion. "Enggak usah gitu juga natapnya," tegurnya yang berhasil menyadarkan Rania dari lamunannya.

"Dih, apaan si? Siapa juga yang natap lu? Kegegeran banget si, jadi orang," elak Rania berdengus kesal.

Seketika raut wajah Rania berubah cemberut, ditekuk seperti tumpukan baju kering di dalam keranjang.

Erlan tidak lagi bersuara, tetapi netranya berhasil menangkap ekspresi jutek istrinya, yang entah mengapa mendadak terlihat lucu bagi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [60]

    Di tempat terpisah, masih di hari yang sama. Di dekat pusat perbelanjaan. Sosok gadis belia, cantik, memakai jaket model jins, sedang berjalan mengendap-endap, selayaknya maling yang sedang memantau area sekitar.Dia tampak waspada. Melihat kiri kanan. Dirasa aman, dia mempercepat langkahnya. Tiba-tiba ...Bruk ...Dia menabrak seseorang karena fokusnya memang tidak ke depan.Kedua matanya terbelalak, ingin melompat keluar. "Er ... Er-lan ..." Bibirnya terbata saat menyebut nama sosok remaja tampan yang tak sengaja ditabraknya itu."Lu, enggak bisa pergi kemana-mana lagi, Fun!" Erlan menatap tajam, sekaligus menggenggam erat pergelangan tangan gadis itu, sebelum ia bisa kabur.||•||10 menit yang lalu.Di kafe, yang lokasinya di dekat pusat perbelanjaan. "Ini, uang muka buat kalian." Funny, remaja cantik 19 tahun itu, menatap tajam. Tangannya menggenggam sebuah amplop coklat, yang cukup tebal isinya. "Gue mau, kalian bikin celaka Erlan, bagaimanapun juga caranya. Gue benci yang nam

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [59]

    "Tunggu!" tahan Rania, menarik tangan Erlan yang hendak pergi ke ruang pakaian.Keduanya baru saja sampai ke rumah dan masuk kamar bersama-sama. "Gue pengen ngomong serius sama lu," lanjut Rania datar.Erlan menatapnya dingin. "Ada apa? Gue udah ngikutin semua kata-kata lu, buat kasih Leni kesempatan kedua. Gue rasa, enggak ada yang harus dibahas lagi soal Leni."Rania menggeleng pelan, "gue bukan pengen bahas soal itu. Ada hal lain yang pengen gue tanyain ke lu."Erlan menghela napas panjang, "cepetan! Gue udah ngantuk." Hari pun mulai larut, kantuk sudah menyerang, menggoda untuk merebahkan diri di atas kasur yang empuk. Erlan menatap tajam tangan Rania yang masih menahannya. Rania pun buru-buru melepaskan tangan suaminya. "Sorry."Erlan memasukkan kedua tangannya ke saku celana, menatap tajam kedua mata Rania."Cepetan! Gue, enggak punya waktu buat dengerin curhatan lu atau drama lu, kayak tadi." Erlan berkata dengan dingin, melipat kedua tangannya di dada.Rania kembali menghel

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [58]

    Erlan mengajak Rania ke mansion mewah, yang tidak kalah mewahnya dari rumah Desi. Mungkin setara. Ada halaman luas di depannya dan juga pria-pria bertubuh besar, berotot, berdiri tegap di penjuru titik."Ini tempat apa?" tanya Rania, sesaat turun dari motor.Erlan melepaskan helm yang dikenakannya, "ini markas besar Naga Merah," jawabnya santai, tanpa merasa takut, jikalau Rania akan mencecarnya dengan berjuta pertanyaan."Naga Merah?" Rania cukup terkejut, melihat sekelilingnya yang memang berisi orang-orang bertubuh besar dan gagah."Maksud lu, Organisasi Naga Merah, gengster yang paling ditakuti di Ibu Kota?""Iya, dan gue adalah Ketuanya." Erlan mengakuinya dengan penuh percaya diri, sementara Rania tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya."Cukup! Simpan dulu semua pertanyaan lu, yang banyak itu. Mending kita masuk aja. Aldo dan yang lainnya, udah nungguin kita di dalam." Erlan menyela, sebelum Rania sempat melontarkan pertanyaan.Erlan melenggang duluan, sementara Rania masih

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [57]

    "Mau pergi kemana?" tanya Rania serius, sambil menghampiri Erlan yang sudah rapih dengan jaket hitam menutupi tubuhnya.Tidak lupa, helm sudah dibawanya. Dia siap untuk pergi ke suatu tempat. Namun, langkahnya terhenti lantaran Rania berdiri tepat di depan pintu."Gue harus pergi. Ada urusan yang harus gue selesain sekarang," jawabnya masih dalam batas normal. Intonasi suaranya, tidak menggambarkan adanya emosi.Dia menatap Rania dengan santai. "Malam-malam gini? Sepenting itu kah urusannya? Kenapa tidak besok saja?" tanya Rania, mengulik lebih jauh. Erlan menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya cepat. "Itu bukan urusan lu. Mending lu minggir sekarang juga! Sebelum gue, berubah pikiran buat bikin lu memberi!" tegas Erlan serius tanpa berkedip. Tatapannya tajam, mengartikan bahwa dirinya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Rania tetap di posisinya, tak tergoyahkan. Bahkan dia membentangkan kedua tangannya, agar Erlan tidak bisa meninggalkan kamar, sebelum suaminya itu bisa j

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [56]

    Lima belas menit kemudian, Erlan pun keluar kamar. Menuruni anak-anak tangga, sembari mencari keberadaan Desi. "Mommy tadi nyari aku. Ada perlu apa, Mom?" tanya Erlan, saat berhasil menemukan keberadaan Desi yang sedang berada di dapur, menyiapkan makan malam.Desi menoleh sambil meletakkan piring di atas meja. "Ouh, yang tadi. Enggak ada apa-apa kok, Sayang. Cuma mau tanya. Kamu nyimpen dokumen dari Om Wiguna enggak?"Erlan berpikir sejenak. "Kayaknya aku udah taruh di ruangan Mommy deh. Di atas meja kerja Mommy.""Heum, masa si? Tadi, Mommy udah cari-cari di atas meja, tapi enggak nemu apa-apa di sana.""Mungkin ketumpuk sama dokumen yang lain kali, Mom. Mommy nyarinya asal aja," jawab Erlan menimpali dengan cepat.Desi mengangguk. Ucapan Erlan ada benarnya juga. "Iya kayaknya. Mommy terlalu cepat nyarinya tadi. Sampe enggak teliti."Erlan pun menarik salah satu kursi, kemudian duduk. Desi melirik putra semata wayangnya, yang datang sendiri. Kemana Rania?"Rania mana? Kamu ke sini

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [55]

    Rania memasuki kamar. Membuang tasnya ke atas sofa, kemudian duduk, mendongakkan kepalanya dan memejamkan mata erat-erat. Wajahnya tampak muram, seperti orang yang memiliki banyak beban hidup yang tak kunjung usai. ...Kejadian di sekolah, saat jam belajar telah selesai. Rania sedang menunggu angkutan umum, seperti biasanya. Erlan tidak ada di sekolah sejak jam istirahat.Suaminya itu memang sudah biasa bolos, pergi tanpa memberi keterangan. Tidak mengabarinya jika ingin pergi kemana-mana. "Rania," panggil Dokter Ravi dari kejauhan, sambil menghampiri Rania di sana.Kedua mata gadis mungil itu, melebar. Perasaannya menjadi gugup, canggung dan bingung.Kesekian kalianya, Ravi menemui dirinya di sekolah. Kejadian yang terkahir, Erlan harus melihat momen ini. "Pak Ra-vi ..." ucap Rania gugup, saat Ravi berdiri tepat di dihadapannya. "Kena-pa Pak Ra-vi ... ada di sini?" Rania terbata-bata, merasa waspada, kedua ekor matanya melirik kiri dan kanan, takut-takut Erlan datang dari arah y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status