PRIIITTT!!!Pak Anton meniup peluit, bersamaan dengan itu, dia melempar bola basket itu ke udara. Erlan dan Axel langsung berebut.Erlan berhasil mendapat bola terlebih dahulu. Menunjukkan senyuman penuh kemenangan. Tidak membuang waktu, Erlan langsung membawa bola basket itu menuju ring. Aturan pertandingan ini, dalam waktu satu jam, siapa yang berhasil mencetak poin/memasukkan bola ke ring terbanyak, maka ia lah yang akan menjadi pemenangnya. Jadi, baik Erlan atau Axel harus berlomba memasukkan bola ke ring itu sebanyak-banyaknya. Jika ingin memiliki Rania.Akan kah Axel ajah mampu mengalahkan Erlan? Rela kah Erlan melepaskan Rania?Axel berusaha untuk merebut bola yang ada di tangan Erlan. Nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Erlan terus memainkan bola basket itu, berputar-putar, mengelak, bergerak cepat agar Axel tidak bisa merebutnya.Tepat di dekat ring. Erlan melompat, di waktu bersamaan dia melempar bola basket itu ke arah ring dengan mantap.Selang sedetik, Axel datang m
"Tunggu!" teriak gadis cantik dari kejauhan, sambil melangkah anggun mendekati lapangan."Funny." Dalam satu kali lihat, Erlan langsung mengenali sosok gadis cantik itu."Hai!" sapa gadis itu seramah mungkin."Maafkan saya Pak, menghentikan pertandingannya lebih dulu," lanjutnya tersenyum lembut kepada Pak Anton."Kamu siapa? Apa kamu murid baru di sini?" tanya Pak Anton, memerhatikan gadis yang akrab dipanggil Funny itu, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Funny memakai seragam sekolah Al-Gina. Akan tetapi, Pak Anton baru hari ini melihat Funny di sini.Murid-murid yang lain pun saling berbisik dan bertanya-tanya? Karena memang mereka belum pernah melihat Funny sebelum ini. Funny pun mengangguk, "iya, Pak. Saya murid pindahan. Baru hari ini mulai sekolah di sini.""Mau apa, lu datang ke sini?!" tegur Erlan bernada tinggi, memberikan tatapan kurang bersahabat.Funny tertawa kecil. "Pertanyaan lu lucu banget, Lan. Gue ke sini, tentu buat belajar." Dia menghampiri Axel, "dan ya ... S
Erlan melepas ciumannya. Kedua tangannya menyentuh pipi Rania dan mendekatkan keningnya dengan kening Rania. Napas Rania memburu akibat perbuatan suaminya. Begitu juga dengan napas Erlan. "Sorry ..." ucap Erlan lirih."Maafin gue karena udah bikin lu kesel."Rania terkejut. Benarkah, apa yang didengarnya? Baru kali ini dia mendengar kata maaf terucap dari bibir suaminya. Erlan melepaskan Rania. "Ayo, balik ke kelas," ajaknya, tak lagi emosional. Rania mengangguk.Erlan menggenggam tangan Rania, menariknya untuk kembali ke kelas bersama-sama.Erlan tidak lagi segan untuk menunjukkan perhatiannya kepada Rania di depan banyak orang.Di awal-awal Erlan memang tidak menginginkan Rania di dalam hidupnya. Malah menganggap Rania sebagai wanita pembawa sial. Nyatanya, hari demi hari telah berlalu dan kejadian demi kejadian telah terlewati, kehadiran Rania membuat sikapnya perlahan mulai hangat.Tidak sepenuhnya, tapi perlahan-lahan, Erlan dapat meredam emosinya.||•||Sesampainya di kelas.
"Ayo ikut gue!" Erlan menjatuhkan tatapan tajam, seraya menarik tangan Rania tanpa permisi."Tunggu!" Axel menahannya. Menarik tangan Rania yang satunya lagi.Rania berada di antara dua cowok yang menjadi idola di sekolah. Satu Ketua OSIS satunya lagi Kapten Tim Basket utama di sekolah. "Lepasin tangan lu!" Erlan menyingkirkan tangan Axel, lalu menarik Rania agar menjauh dari Axel."Tunggu. Lu, bukannya ketua OSIS yang baru itu kan? Apa hubungan lu sama Rania?" tanya Axel serius.Dia menatap Rania yang berdiri di belakang Erlan. "Apa rumor yang selama ini beredar benar adanya? Lu sama Rania punya hubungan serius?" Axel bertanya-tanya.Erlan tersenyum mengejek. "Kalau iya, emang kenapa?" sungutnya sambil membusungkan wajah di depan Axel. Rania melebarkan matanya. 'Jangan-jangan dia mau mengakuinya sekarang?' batin Rania, cemas.Gadis-gadis yang menjadi fans berat Axel saling berbisik. Pengakuan Erlan, tentu menjawab gosip yang sedang beredar hangat akhir-akhir ini.Rania memerhatikan
Hari Senin di sekolah ...Rania dan Erlan, seperti biasa datang secara terpisah. Masing-masing, meskipun hubungan di antara keduanya mulai hangat."Rania!" teriak Eva dari kejauhan. Dia bergegas, menghampiri sahabatnya.Rania hanya melihatnya sekilas. Alih-alih menunggu, dia cuek dan mengayunkan kakinya kembali.Eva datang, menepuk bahu Rania. "Lu datang sendiri, Ran? Gue kira, lu bakalan datang bareng Erlan.""Dia udah berangkat duluan, sebelum subuh," aku Rania terdengar biasa, terkesan tidak peduli."Apa? Subuh-subuh tuh orang udah berangkat? Mau ngapain dia? Berangkat sekolah atau pergi kemana dulu gitu? Masa si, lu enggak tau apa-apa?" Rania menggerakkan sebelah bahunya, "emang gue enggak mau tau?Ngapain juga tau, yang ada tuh cowok ngeselin bakalan ceramahin gue. Jadi, mending gue diem aja," jawabnya bernada malas, tak mau memperpanjang masalah. Akan jadi panjang, jika ilanjutkan.Eva mengangguk paham. Sementara itu, tak berselang lama, Erlan pun datang dengan mengendarai moto
"Rania? Lu di sini?" Aldo tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat Erlan datang bersama Rania."Ya. Malam ini gue nantang Erlan buat balapan." Rania melihat Erlan sekilas, sebelum akhirnya dia menunjukkan senyuman kecil kepada Aldo. "Lu seriusan, Lan? Lu bakalan balapan sama ni cewek?" Rangga menyela, rasa tidak percaya dengan apa yang baru saja didenger."Hooh." Erlan menjawab singkat. Malas basa-basi, bahkan melirik Rania saja dia tidak sudi. Ini terlalu menghina harga dirinya.Bisa-bisanya dia mau menerima tantangan dari cewek, terlebih lagi, tantangan ini datang dari Rania, istrinya."Wow. Keren banget lu, Ran. Berani natang Erlan balapan!" seru Rangga begitu antusias, memuji keberanian Rania di depa suaminya.Bahkan Rangga tidak segan-segan dia menepuk bahu Rania, kemudian melakukan Tos bersama."Tentu. Gue bakalan ngalahin Erlan malam ini. Lihat aja nanti," ucap Rania penuh percaya diri.Dia tertawa lepas tanpa beban saat mengobrol dengan Rangga tepat di samping s