David menjemput Liliana dan keluarganya tepat pukul 7 malam. Sementara Arnold dan Kinasih menunggu di restoran hotel tempat mereka menginap. Rencananya pesta resepsi David dan Liliana juga akan diadakan di hotel itu. Kinasih juga sudah menyewa kamar-kamar di hotel itu untuk tamu-tamunya dari Jakarta dan luar kota lainnya.
"Ini Lisna, adikku, Mas. Tadi ketika kita sampai dia sedang kuliah," kata Liliana memperkenalkan sang adik. David hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya pada Lisna yang berdiri di samping Liliana.
Jika Liliana lebih kalem dan anggun, berbeda dengan Lisna yang sedikit tomboy. Gadis berusia 19 tahun itu menatap tajam ke arah David sebelum masuk ke dalam mobil. Penampilan mereka juga sangat kontras. Liliana dengan dress press body berwarna hitam membuat ia terlihat elegan dan sangat anggun. Sementara Lisna hanya memakai kulot hitam dengan blouse sederhana berwarna coklat susu.
<Sesuai dengan permintaan keluarga Liliana, maka acara adat Sunda pun mulai dilaksanakan. Dimulai sesuai urutan yaitu dari prosesi neundeun omong atau menyimpan janji, lamaran, seserahan, sampai acara siraman. Semua acara itu dilakukan sesuai dengan adat istiadat Sunda yang masih kental. Hal itu membuat Lingga dan Arini merasa sedikit lega. Setidaknya meski anak mereka menjadi istri kedua tetapi mendapatkan hak sebagaimana pengantin pada umumnya. Terpenting adalah sah secara agama dan negara. "Saya terima nikah dan kawinnya Liliana Tsania binti Lingga Utama dengan mas kawin seperakat perhiasan total seberat lima puluh gram ditambah uang tunai sebesar seratus delapan puluh delapan juta delapan ratus delapan puluh delapan ribu delapan ratus rupiah (RP 188. 888.800) dibayar tunai.""Bagaimana para saksi, sah?""SAH!" Liliana menghela napas lega dan menatap David yang duduk
Untung saja di pesta itu tidak ada minuman beralkohol, jika ada mungkin saat ini Bagas sudah mabuk. Ia benar-benar merasa sangat patah hati. Liliana adalah wanita pertama yang mampu menyentuh hatinya dengan cinta."Maaf, kalau saya perhatikan sejak tadi Anda tampak sangat serius memperhatikan mempelai wanita. Apa dia adalah mantan kekasih yang meninggalkan Anda karena menikah?" Bagas tersentak kaget, ia menatap gadis cantik di hadapannya. Untuk beberapa saat ia tampak tak bisa berkata apa-apa. Hanya menatap sambil melongo."Maaf, apa saya mengagetkan atau pertanyaan saya terlalu berani? Ah, perkenalkan, saya Lisna. Saya adik kandung mempelai wanita.""Eh, maaf ... saya hanya kaget karena melihatmu begitu mirip dengan Liliana. Hanya saja kau kelihatan-""Kelihatan galak?" potong Lisna membuat Bagas tertawa."Eh ... tidak, bukan, duh," gugup Bagas. Kali ini Lisna yang tertawa. Gadis itu pun d
Acara resepsi selesai, Liliana pun sudah berada di kamar pengantinnya bersama David. Namun, wanita cantik itu merasakan kegelisahan yang luar biasa. David masih berada di kamar mandi. Ia sendiri sudah berada di kamar dan mengenakan piyama satin miliknya. Klek! Terdengar pintu kamar mandi terbuka dan David muncul dengan kaos polo berwarna putih dengan celana pendek. Ia tampak segar karena habis mandi dengan rambut yang tampak basah. Liliana bersumpah suaminya tampak sangat tampan malam ini."Kau mandi, Mas?" tanya Liliana pelan. David mengangguk kemudian melangkah mendekati Liliana dan duduk di samping wanita cantik itu."Aku tidak bisa jika tidur dalam keadaan berkeringat." Liliana beringsut menjaga jarak dengan David, ia mulai berkeringat dingin dan jelas ia tampak ketakutan.David yang menyadari jika LIliana bersikap aneh mulai mengerutkan dahinya."Kau be
Kali ini Liliana kembali terbangun karena rasa mual yang datang tiba-tiba. Ia langsung bangkit dari tidurnya dan setenag berlari menuju ke kamar mandi. Sementara David yang masih terlelap langsung terjaga mendengar suara Liliana yang muntah-muntah di kamar mandi. Lelaki itu pun langsung menyusul sang istri dan berusaha membantu dengan memijit tengkuk Liliana perlahan."Mual?" tanyanya lembut."Iya, Mas. Persediaan obat mualku habis.""Tidak apa-apa. Kau meminumnya saat di rumah supaya kedua orangtuamu tiak curiga, kan? Sekarang tdak ada yang perlu disembunyikan lagi." Liliana menganggukkan kepalanya dan menatap David."Maafkan aku, Mas," ujarnya. David tersenyum dan membantu istrinya berdiri kemudian memapahnya kembali ke tempat tidur."Kau mau sarapan apa? Kita pesan dari kamar saja, ya. Aku pesankan buah-buahan dan makanan yang lainnya?" &n
"Bulan madu? Liliana kan sedang hamil, Ma?" sahut Nadine spontan. Rasanya ia mulai merasa kesal karena Kinasih yang tampak begitu membela Liliana sejak tadi."Kenapa memangnya, Nad? Wajar saja kan, jika pengantin baru melakukan perjalanan bulan madu?" kata Kinasih."Sudahlah, Ma. Kita ini mau makan, lihat itu Lili dan David sejak tadi hanya memandangi makana mereka saja. Lebih baik, kita makan dulu. Tidak perlulah membicarakan hal yang kurang perlu. Soal bulan madu, biarkan saja Lili dan David yang memutuskan," ucap Arnold pada akhirnya. Ia tau jika ia tidak bersuara maka debat kusir yang tak jelas ini tidak akan berakhir. Dan benar dugaan Arnold. Setelah ia selesai bicara tidak ada lagi yang berani buka dan mengatakan hal-hal yang membuat suasana tidak nyaman. David melirik sekilas ke arah Arnold dan mengatakan terima kasih lewat tatapan matanya."Aku dan Lili akan ke rumah orangtua
Lingga tertawa terbahak-bahak."Memangnya kenapa? Kalian kan bisa pergi bulan madu, jika memang mau langsung ke Jakarta ayah dan ibu tidak masalah. Kalian bisa menginap di rumah ini lain waktu. Kau bisa menyiapkan waktu kan. Kami mengerti jika Nak David mungkin mempunyai banyak pekerjaan. Jangan merasa tidak enak pada kami," kata Lingga. David menghela napas penuh kelegaan. Tadinya ia sempat takut jika ayah mertuanya itu akan marah dan merasa tidak dihargai karena ia dan Liliana tidak bisa menginap di rumah mereka."Ayah hanya titip Lili, ya. Dia sekarang sudah menjadi tanggung jawabmu. Apa lagi, posisi Lili sebagai istri kedua, jadi akan sedikit riskan. Jadi, tolong jaga dia, ya," kata Lingga serius."Aku janji akan menjaga putri ayah dengan sebaik-baiknya. Ayah dan ibu tidak perlu khawatir. Aku juga mama dan papaku akan menjaga Lili dengan baik. Aku juga janji tidak akan ada yang bisa menyakiti L
David mengempaskan tubuhnya di sisi Liliana dengan napas tersengal-sengal. Rasanya sudah lama sekali ia tidak melakukan kegiatan yang satu itu. Sudah sangat lama sekali ia dan Nadine tidak melakukan kegiatan suami istri."Terima kasih, sayang," kata David sambil mengecup kening Liliana dan membawa sang istri ke dalam pelukannya."Sudah kewajibanku, kan, Mas," jawab Liliana dengan lembut. Wanita itu pun dengan nyaman membiarkan kepalanya bersandar di dada David yang bidang."Li, aku berharap kau akan selamanya mendampingi aku, ya. Kita akan besarkan anak kita nanti bersama.""Anak kita masih lama lahirnya, masih delapan bulan lagi. Jadi, yang harus kau pikirkan itu aku dulu. Baru nanti jika anak kita sudah lahir kau boleh membagi kasih sayang dan cintamu untuk kami berdua," ujar Liliana. David menghela napas panjang, ia mengecup kening Liliana penuh kasih sayang. Dalam hati ia berjanji akan
David dengan terpaksa menghentikan mobilnya di pinggir jalan dekat tempat orang berjualan. Tadinya, ia berpikir jika Liliana akan membeli beberapa oleh-oleh. Tetapi ternyata sang istri melangkah ke lapak seorang ibu yang berjualan mangga muda. Melihat hal itu, David hanya bisa menggelengkan kepalanya dan segera turun menyusul Liliana."Mangganya ini berapa sekilo, Bu?" tanya Liliana."Murah, Neng. Ini dari pohon sendiri, sepuluh ribu aja sekilo," jawab ibu tua penjual mangga. Liliana melihat mangga di hadapannya sudah tidak terlalu banyak dan tanpa berpikir panjang ia meminta semua mangga itu untuk dibeli."Semuanya, Neng?" tanya ibu itu tidak percaya. Liliana hanya mengangguk sementara David tertawa kecil. Dengan memborong mangga yang totalnya delapan kilo itu David dan Liliana kembali melanjutkan perjalanan mereka."Mangga sebanyak itu untuk apa, sayang?" tanya David