"Bagaimana bisa kau menikah resmi dengan Liliana? Aku tidak setuju, jika kalian menikah resmi," protes Nadine siang itu. Ia baru saja kembali dari apartemen setelah puas memadu asmara dengan Dirga.
"Mama dan Papa yang mau mereka menikah dengan resmi. Ingat, bayi yang ada dalam kandungan Liliana akan menjadi anak David. Jadi, mereka harus menikah dengan sah sehingga secara hukum akan resmi dan sah. Kau tidak bisa protes, ingat ini semua kan idemu," ujar Kinasih kesal.
Nadine terdiam, ia benar-benar bodoh sehingga lupa jika yang ia manfaatkan adalah anak dalam kandungan Liliana.
"Lalu, apa dia akan tinggal di sini?" tanya Nadine cemas.
"Tentu saja, dia akan menjadi menantuku juga. Ini rumah David, jadi istri David tentu akan tinggal di sini," jawab Kinasih lagi.
"Aku juga akan mencari sekretaris baru, Liliana sudah aku larang untuk bekerja. Aku tidak mau nantinya akan ada omongan tidak
"Bukankan Nak David sudah memiliki istri? Bagaimana mungkin mau menikahi anak kami? Saya tidak akan memberi restu jika anak saya hanya dinikahi secara siri."Sepasang suami istri setengah baya yang masih tampak bersahaja itu tampak terkejut dengan kedatangan David dan keluarganya."Pak Lingga, Bu Arini kedatangan kami ke Bandung ini bukan untuk menjadikan anak Bapak dan Ibu sebagai istri siri. Menantu kami tidak dapat memberi anak kami keturunan. Dan saat saya melihat Liliana, saya bisa melihat anak Bapak dan Ibu anak yang sangat baik dan juga sopan. Jujur saja, saya sudah merasa jatuh hati kepada putri Bapak dan Ibu. Saya ingin menjadikannya menantu," kata Kinasih panjang lebar. Lingga dan Arini saling pandang."Kau tidak hamil, kan?" tanya Lingga tajam."Tidak. Menantu saya sendiri yang memang meminta anak kami untuk menikah lagi. Keluarga kami ini hanya memiliki David sebagai ketur
David menjemput Liliana dan keluarganya tepat pukul 7 malam. Sementara Arnold dan Kinasih menunggu di restoran hotel tempat mereka menginap. Rencananya pesta resepsi David dan Liliana juga akan diadakan di hotel itu. Kinasih juga sudah menyewa kamar-kamar di hotel itu untuk tamu-tamunya dari Jakarta dan luar kota lainnya."Ini Lisna, adikku, Mas. Tadi ketika kita sampai dia sedang kuliah," kata Liliana memperkenalkan sang adik. David hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya pada Lisna yang berdiri di samping Liliana. Jika Liliana lebih kalem dan anggun, berbeda dengan Lisna yang sedikit tomboy. Gadis berusia 19 tahun itu menatap tajam ke arah David sebelum masuk ke dalam mobil. Penampilan mereka juga sangat kontras. Liliana dengan dress press body berwarna hitam membuat ia terlihat elegan dan sangat anggun. Sementara Lisna hanya memakai kulot hitam dengan blouse sederhana berwarna coklat susu.
Sesuai dengan permintaan keluarga Liliana, maka acara adat Sunda pun mulai dilaksanakan. Dimulai sesuai urutan yaitu dari prosesi neundeun omong atau menyimpan janji, lamaran, seserahan, sampai acara siraman. Semua acara itu dilakukan sesuai dengan adat istiadat Sunda yang masih kental. Hal itu membuat Lingga dan Arini merasa sedikit lega. Setidaknya meski anak mereka menjadi istri kedua tetapi mendapatkan hak sebagaimana pengantin pada umumnya. Terpenting adalah sah secara agama dan negara. "Saya terima nikah dan kawinnya Liliana Tsania binti Lingga Utama dengan mas kawin seperakat perhiasan total seberat lima puluh gram ditambah uang tunai sebesar seratus delapan puluh delapan juta delapan ratus delapan puluh delapan ribu delapan ratus rupiah (RP 188. 888.800) dibayar tunai.""Bagaimana para saksi, sah?""SAH!" Liliana menghela napas lega dan menatap David yang duduk
Untung saja di pesta itu tidak ada minuman beralkohol, jika ada mungkin saat ini Bagas sudah mabuk. Ia benar-benar merasa sangat patah hati. Liliana adalah wanita pertama yang mampu menyentuh hatinya dengan cinta."Maaf, kalau saya perhatikan sejak tadi Anda tampak sangat serius memperhatikan mempelai wanita. Apa dia adalah mantan kekasih yang meninggalkan Anda karena menikah?" Bagas tersentak kaget, ia menatap gadis cantik di hadapannya. Untuk beberapa saat ia tampak tak bisa berkata apa-apa. Hanya menatap sambil melongo."Maaf, apa saya mengagetkan atau pertanyaan saya terlalu berani? Ah, perkenalkan, saya Lisna. Saya adik kandung mempelai wanita.""Eh, maaf ... saya hanya kaget karena melihatmu begitu mirip dengan Liliana. Hanya saja kau kelihatan-""Kelihatan galak?" potong Lisna membuat Bagas tertawa."Eh ... tidak, bukan, duh," gugup Bagas. Kali ini Lisna yang tertawa. Gadis itu pun d
Acara resepsi selesai, Liliana pun sudah berada di kamar pengantinnya bersama David. Namun, wanita cantik itu merasakan kegelisahan yang luar biasa. David masih berada di kamar mandi. Ia sendiri sudah berada di kamar dan mengenakan piyama satin miliknya. Klek! Terdengar pintu kamar mandi terbuka dan David muncul dengan kaos polo berwarna putih dengan celana pendek. Ia tampak segar karena habis mandi dengan rambut yang tampak basah. Liliana bersumpah suaminya tampak sangat tampan malam ini."Kau mandi, Mas?" tanya Liliana pelan. David mengangguk kemudian melangkah mendekati Liliana dan duduk di samping wanita cantik itu."Aku tidak bisa jika tidur dalam keadaan berkeringat." Liliana beringsut menjaga jarak dengan David, ia mulai berkeringat dingin dan jelas ia tampak ketakutan.David yang menyadari jika LIliana bersikap aneh mulai mengerutkan dahinya."Kau be
Kali ini Liliana kembali terbangun karena rasa mual yang datang tiba-tiba. Ia langsung bangkit dari tidurnya dan setenag berlari menuju ke kamar mandi. Sementara David yang masih terlelap langsung terjaga mendengar suara Liliana yang muntah-muntah di kamar mandi. Lelaki itu pun langsung menyusul sang istri dan berusaha membantu dengan memijit tengkuk Liliana perlahan."Mual?" tanyanya lembut."Iya, Mas. Persediaan obat mualku habis.""Tidak apa-apa. Kau meminumnya saat di rumah supaya kedua orangtuamu tiak curiga, kan? Sekarang tdak ada yang perlu disembunyikan lagi." Liliana menganggukkan kepalanya dan menatap David."Maafkan aku, Mas," ujarnya. David tersenyum dan membantu istrinya berdiri kemudian memapahnya kembali ke tempat tidur."Kau mau sarapan apa? Kita pesan dari kamar saja, ya. Aku pesankan buah-buahan dan makanan yang lainnya?" &n
"Bulan madu? Liliana kan sedang hamil, Ma?" sahut Nadine spontan. Rasanya ia mulai merasa kesal karena Kinasih yang tampak begitu membela Liliana sejak tadi."Kenapa memangnya, Nad? Wajar saja kan, jika pengantin baru melakukan perjalanan bulan madu?" kata Kinasih."Sudahlah, Ma. Kita ini mau makan, lihat itu Lili dan David sejak tadi hanya memandangi makana mereka saja. Lebih baik, kita makan dulu. Tidak perlulah membicarakan hal yang kurang perlu. Soal bulan madu, biarkan saja Lili dan David yang memutuskan," ucap Arnold pada akhirnya. Ia tau jika ia tidak bersuara maka debat kusir yang tak jelas ini tidak akan berakhir. Dan benar dugaan Arnold. Setelah ia selesai bicara tidak ada lagi yang berani buka dan mengatakan hal-hal yang membuat suasana tidak nyaman. David melirik sekilas ke arah Arnold dan mengatakan terima kasih lewat tatapan matanya."Aku dan Lili akan ke rumah orangtua
Lingga tertawa terbahak-bahak."Memangnya kenapa? Kalian kan bisa pergi bulan madu, jika memang mau langsung ke Jakarta ayah dan ibu tidak masalah. Kalian bisa menginap di rumah ini lain waktu. Kau bisa menyiapkan waktu kan. Kami mengerti jika Nak David mungkin mempunyai banyak pekerjaan. Jangan merasa tidak enak pada kami," kata Lingga. David menghela napas penuh kelegaan. Tadinya ia sempat takut jika ayah mertuanya itu akan marah dan merasa tidak dihargai karena ia dan Liliana tidak bisa menginap di rumah mereka."Ayah hanya titip Lili, ya. Dia sekarang sudah menjadi tanggung jawabmu. Apa lagi, posisi Lili sebagai istri kedua, jadi akan sedikit riskan. Jadi, tolong jaga dia, ya," kata Lingga serius."Aku janji akan menjaga putri ayah dengan sebaik-baiknya. Ayah dan ibu tidak perlu khawatir. Aku juga mama dan papaku akan menjaga Lili dengan baik. Aku juga janji tidak akan ada yang bisa menyakiti L