"Lumayan juga."
Grand Duke Everon duduk di ruang tamu. Beberapa pelayan berjaga di sekitar mereka kalau-kalau tuan dan tamunya ingin dituangkan teh lagi atau meminta yang lain-lain.
Di hadapan pria itu sudah duduk dengan anggun, Lady Evelina von Monrad, putri satu-satunya keluarga Duke Gidean von Monrad yang tersohor karena sikap baiknya. Setidaknya itu yang mereka tahu, tapi Grand Duke Everon lebih kenal sikap buruk dan kurang ajarnya.
"Kudengar kau benar-benar bergaul dengan teman-teman ayahmu."
"Saya tidak menyangka Yang Mulia Grand Duke memperhatikan apa yang saya lakukan belakangan ini," balasnya anggun. Tentu dia merasa tersanjung.
Mata hijau Evelina yang menawan memandangi laku pria itu. Grand Duke Everon ... orang yang paling dipercaya pemimpin nomor satu di kerajaan ini.
Sebetulnya Grand Duke Everon juga tak kalah tampan dari Raja Ditrian. Rambut hitam legam, hidung yang tinggi, telinga anjing warna kelam senada. Yang berbeda kontra
Ditrian, Sheira telah tiba di tempat yang mereka kenali. Istana Kerajaan Canideus. Rasanya seperti telah meninggalkan tempat itu seumur hidup.Rombongan berkuda memasuki pelataran istana.Di puncak tangga pualam, Lady Emma, beberapa dayang, para pelayan, dan ... Grand Duke Everon sudah siap sedia menyambut mereka."Selamat datang Yang Mulia, Tuan Putri," sapa Lady Emma sopan. "Bagaimana perjalanan Anda?""Cukup melelahkan. Tapi menyenangkan," Ditrian melirik pada Sheira."Saya mendengar banyak kabar tentang perjalanan Anda," timpal Grand Duke Everon.Ditrian jadi menyadari kehadiran orang itu. Ia sudah rapi."Salam, Yang Mulia," sapanya kemudian."Grand Duke Everon," ucapnya seraya mengangguk. "Bagaimana keadaan ibukota selama aku tidak ada?""Begitulah, Yang Mulia. Kepergian Anda yang tiba-tiba cukup membuat saya kewalahan. Semuanya terkendali, tapi ada beberapa hal mendesak yang ingin saya bicarakan."Ditrian bi
Di antara pilar-pilar pualam yang gelap dan dingin. Di sisi dinding-dinding tua yang berdiri berabad-abad. Raja Ditrian melangkah gontai di koridor. Pikirannya kalut. Tubuhnya letih.Bukan karena rapat yang bertubi-tubi setelah ia tiba hari ini. Bukan karena dokumen-dokumen yang menumpuk yang harus ia simak hingga tengah malam. Tapi ... karena sebuah keputusan berat yang harus ia timbang.Menikah dengan Evelina.Ia telah berada di istana ratu. Kamar paling ujung dengan pintu putih pohon ek. Kamar yang paling tidak dianggap. Tapi ... ini adalah kamar yang berharga baginya, karena si empunya. Malam ini ... tidak seperti yang lalu-lalu. Berat rasanya melangkah kemari.Ia mengetuk pintu itu dengan sangat pelan.
"Jadi ... apa Anda sudah memahami soal fundamental kerajaan ini?"Sheira mengangguk mantap. Fred baru saja menjelaskan beberapa hal dasar padanya."Kerajaan Canideus terdiri dari beberapa elemen penting. Keluarga Kerajaan, Partai Bangsawan, Dewan Rakyat, Garda Militer Kerajaan, dan Pengadilan Agung. Pengadilan Agung bertugas untuk menegakkan hukum dalam setiap kasus hukum, baik kepada para bangsawan, maupun rakyat biasa. Yang Mulia Raja juga punya hak istimewa sebagai hakim jika suatu kasus berkaitan dengan keluarga kerajaan.""Lalu bagaimana dengan Garda Militer Kerajaan?" tanya Fred sambil membetulkan kacamata bacanya."Garda Militer Kerajaan melakukan patroli, menjamin keamanan seluruh negeri dan mencegah tindakan kriminal. Berperang di bawah perintah Yang Mulia Raja jika diperlukan.""Bagus. Apa Anda sudah paham peran Partai Bangsawan, Dewan Rakyat, dan Keluarga Kerajaan?""Umm ... Partai Bangsawan akan mengajukan suatu pembangunan atau
"Mulai sekarang, Tuan Putri akan menjadi pegawai magang di sini. Beliau sama seperti kita semua, tidak perlu di beri perlakuan khusus!" seru Fred di ruang kantor para pegawai. "Kembali bekerja!"Seketika semua orang kembali pada buku jurnal dan perkamen di meja masing-masing. Sheira bisa melihat para Direwolf itu dengan telinga-telinga anjing kecil mereka. Di bawahnya ada wajah-wajah serius yang penuh konsentrasi. Beberapa menetap di meja dengan pena-pena bulu yang tak berhenti menggesek perkamen. Lainnya ada yang mengangkut gulungan perkamen di pelukan mereka atau buku jurnal tebal bersampul kulit lembu.Namun, Sheira tak bisa menghindari lirikan-lirikan mereka yang seperti ingin tahu padanya. Atau beberapa pegawai Direwolf wanita yang berbisik di pojok sana. Entah bicara apa.Mereka ada di Departemen Legal Istana. Sebuah ruangan yang berisi dokumen-dokumen dalam proses dengan para pegawai yang memakai seragam sama dengan Fred. Jas biru tua dengan bordiran sulu
Di balkon ruang kerja raja, sengaja disiapkan sebuah meja dengan dua kursi. Pelayan menyusun sedemikian rupa hingga nyaman bagi raja dan selirnya untuk makan siang bersama.Ditrian tak henti-henti memandangi Sheira yang makan dengan anggun. Hingga sampailah mereka ke makanan penutup."Apa ada sesuatu di wajah saya, Yang Mulia?" tanya Sheira bingung."Tidak," jawab Ditrian mesem-mesem. "Aku cuma senang saja. Sepertinya membuatmu bekerja di istana adalah ide yang bagus. Aku bisa sering-sering melihatmu di jam-jam sekarang.""Seharusnya Yang Mulia membiarkan saya untuk makan siang dengan rekan sejawat yang lain. Tidak bagus loh menganak emaskan pegawai.""Kau kan
"Kira-kira, berapa lama hal itu bisa terjadi?" tanya Raja Ditrian.Di siang yang senggang, ia sengaja memanggil Dokter Stuart, dokter kerajaan dan Master Viserian, ahli alkimia kerajaan."Saya tidak bisa menjanjikan atau bahkan menjamin Tuan Putri bisa memiliki anak dari Yang Mulia," jawab Dokter Stuart. "Ini karena Anda berdua adalah dua ras yang berbeda. Manusia dan Direwolf.""Apa tidak ada ramuan yang bisa mewujudkannya?" Ditrian beralih pada Master Viserian."Saya tidak menyarankan ramuan apapun, Yang Mulia. Salah-salah, janin yang ada dalam perut Tuan Putri bisa terkena kutukan, atau malah bisa membuat beliau mandul. Tapi kalau Yang Mulia menginginkan ramuan kontrasepsi, saya bisa menyediakan."
'Bagaimana membatalkan pernikahan dengan Evelina?' pikir Ditrian.Dadanya cemas. Dia ingat bagaimana wajah Everon tadi. Langkah kaki yang panjang begitu cepat melintasi lorong-lorong istana. Ia melesat melewati pilar-pilar pualam yang tinggi dan gagah."Siapkan kereta kuda!" perintah Ditrian ketika ia berpapasan dengan salah satu pengawal. Tanpa menghentikan langkahnya sebentar pun."Baik Yang Mulia!" sahut pengawal itu. Ia berlari sepanjang koridor hendak memenuhi perintah rajanya.Ditrian telah sampai di salah satu ruang di istana. Ruang Departemen Legal Kerajaan. Pintu itu masih terbuka lebar."Yang Mulia," sapa seorang pegawai sambil membungkuk. "Apa ada yang bisa kami-.""Dimana Fred? Dimana istriku?" potong Ditrian semena-mena dan tergesa.Ditrian mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan. Para pegawai langsung membungkuk begitu melihat sang raja. Ia menememukan Sheira dan Fred tengah berbincang. Mereka berdua tak menyadari keha
Tidak bisa dihindari.Wajah gemuk Duke Gidean von Monrad dan Duchess Anna von Monrad berseri-seri. Di ruang kerja raja yang biasa membuat stress Raja Ditrian, kini terasa lebih buruk baginya. Grand Duke Everon duduk khidmat. Lady Evelina pun menunggu-nunggu jawaban tunangannya."Se-Sebulan. Beri aku waktu sebulan lagi," lirih Ditrian.Seketika senyuman keluarga Monrad redup. Bahu Evelina melorot lesu. Yang paling berubah jengkel adalah Everon. Mata biru pria itu melirik tajam seperti berkata, 'apa yang kau lakukan?!'"Maksud Yang Mulia ... apa ya?" tanya Duchess Anna gugup. Ia terlihat semakin tidak nyaman.Ketika wanita itu melirik Evelina, mata zamrudnya berkilat sekilas nyaris memuntahkan air mata."Ah! Haha! Yang Mulia pasti ingin supaya pernikahan dilakukan sebulan lagi," sambar Grand Duke Everon dengan nada bercanda. Ia mengatakan seolah ini adalah lelucon. Seringai canggungnya mekar di bibir."A-Aku tidak-," Ditrian berkeringat